Kamis, 25 April 2024

Pariwisata Indonesia bakal Kalahkan Malaysia

Berita Terkait

Gelar Apel Antisipasi Kejadian Bencana

Ganjar Tegaskan Akan jadi Oposisi

Menteri Pariwisata Arief Yahya memberikan paparan di depan Dirut Bank Jatim R. Soeroso (kiri), Dirut Jawa Pos Koran Azrul Ananda (dua dari kiri), Direktur PT Pakuwon Jati Tbk Sutandi Purnomosidi (tiga dari kiri), Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim Jarianto (empat dari kiri), Dirut PT Gala Bumi Perkasa Henry J. Gunawan (tiga dari kanan), Ketua Hipmi Surabaya Giri Bayu Kusumah (kanan).
Menteri Pariwisata Arief Yahya memberikan paparan tentang masa depan pariwisata Indonesia. Foto: jawapos

batampos.co.id – Menteri Pariwisata, Arief Yahya optimistis industri pariwisata di dalam negeri akan terus tumbuh. Bahkan Arief yakin, pariwisata Tanah Air akan segera mengungguli negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand.

Menurut Arief, berdasar data dan prestasi Indonesia di bidang pariwisata menunjukkan kinerja yang positif. Misalnya soal branding ‘Wonderful Indonesia’ secara online yang mampu mengalahkan Malaysia dan Thailand.

“Kita berada di peringkat ke-47, lebih tinggi daripada Malaysia yang berada di posisi ke-96 dan Thailand di peringkat ke-83,” kata Arief dalam diskusi dengan sejumlah tokoh, klien, dan mitra kerja Jawa Pos (grup batampos.co.id) di Graha Pena Surabaya, Kamis (14/4/2016).

Selain itu, Indonesia mendapatkan 10 penghargaan internasional di bidang pariwisata tahun lalu. Di sisi lain, Malaysia hanya menang dua penghargaan. ’’Jadi, skor kita dengan Malaysia sudah 10:2. Saya yakin dua tahun lagi kita bisa menyalip Malaysia,” tegas pria 55 tahun itu.

Namun begitu, Arief mengakui saat ini Indonesia masih jauh tertinggal dari Malaysia dalam hal kunjungan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). Data 2014 menyebutkan, kunjungan wisman ke Indonesia hanya 9,4 juta orang. Sementara itu, wisman Malaysia sudah mencapai 27,4 juta. Sementara Thailand masih berada di bawah Malaysia, yakni 24,8 juta turis.

Sehingga untuk mewujudkan tekad menyaingi Malaysia tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Misalnya, wisata buatan (man-made) yang masih kurang di Indonesia.

Arief menuturkan, ada tiga faktor yang menarik wisman berkunjung ke suatu negara, yakni budaya (culture), alam (nature), dan wisata buatan (man-made). Pengaruh faktor budaya mencapai 60 persen, alam 35 persen, dan wisata buatan 5 persen. Indonesia unggul dalam hal budaya dan alam, namun lemah di wisata buatan.

’’Kalau ini, kita masih kalah sama Singapura,” lanjutnya.

Kesiapan sumber daya manusia (SDM) juga harus diperhatikan. Tahun ini baru ada 125 ribu tenaga kerja di bidang pariwisata yang tersertifikasi sesuai dengan standar Mutual Recognition Arrangement (MRA). Padahal, kabutuhannya mencapai 375 ribu. Pada 2019 Indonesia bahkan membutuhkan 500 ribu tenaga kerja tersertifikasi. Sertifikasi MRA diakui di Asia Tenggara sehingga sangat dibutuhkan untuk memenangkan era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Menurut Arief, perkembangan tren dunia sudah melewati tiga tahap, yakni agrikultur, manufaktur, dan era teknologi informasi. ’’Nah, sejak dua tahun lalu, secara perlahan kita masuk ke fase cultural product,” sebutnya.

Di fase itu, produk-produk yang berbasis kreativitas seperti pariwisata, start-up technology, dan karya seni akan banyak dicari. ”Karena itu, saya bilang ke Presiden (Jokowi), kita harus serius mempromosikan pariwisata Indonesia. Syukurlah, presiden paham, anggaran kami kemudian ditambah hingga Rp 11 triliun,” cerita Arief yang disambut tepuk tangan hadirin.

Lantas, strategi promosi pariwisata apa yang cepat? Arief mengatakan menggunakan strategi klasik, yakni menciptakan musuh bersama (common enemy). Pada tahap awal, sektor pariwisata dua negara tetangga, yaitu Malaysia dan Indonesia, dibandingkan. Hasilnya mengejutkan. Devisa dari pariwisata Indonesia sebentar lagi menyalip penerimaan devisa pariwisata Malaysia.

’’Pada 2014 penerimaan devisa kita hanya setengah dari Malaysia dan seperempat dari Thailand. Dua tahun lagi, kita bisa menyalip Malaysia. Devisa kita akan mencapai setengah dari yang didapatkan Thailand,” ujarnya.

Menurut data World Travel & Tourism Council (WTTC), tahun lalu kontribusi sektor pariwisata terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia memang hanya USD 82,4 miliar atau 9,6 persen. Itu masih lebih rendah daripada Malaysia yang kontribusinya mencapai USD 38,9 miliar atau 13,1 persen terhadap PDB. Thailand malah lebih tinggi karena kontribusi sektor pariwisatanya mencapai 20,8 persen atau USD 81,6 miliar.

Gubernur Jawa Timur (Jatim) Soekarwo menambahkan, daerah membutuhkan inovasi dalam hal kepariwisataan. Dia pun berharap Pelabuhan Tanjung Tembaga di Probolinggo, Jatim, bisa mengundang wisman. ’’Saya usulkan agar kapal turis bisa berhenti di pelabuhan itu,” katanya.

Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia III Djarwo Surjanto mengungkapkan, pihaknya mulai memperkenalkan pariwisata maritim melalui event yang diadakan di pelabuhan. ’’Kita adakan event rutin di Surabaya North Quay. Kita juga mengelola Marina Boom di Banyuwangi. Ini dilakukan untuk membiasakan masyarakat dengan wisata bahari karena kita negara maritim,” ungkapnya.

Sementara itu, Bupati Banyuwangi Azwar Anas mengatakan, pengembangan wisata bahari di Banyuwangi hanyalah salah satu upaya memajukan pariwisata di daerahnya. Banyuwangi memang memiliki banyak pantai. Namun, selama ini pantai di sana terkenal jorok dan bau. Belum lagi, image Banyuwangi yang identik dengan kawasan tapal kuda yang penuh unsur klenik.

’’Kita buat banyak festival di pantai. Mulai festival jazz sampai festival busana muslim. Bahkan, kita juga mengadakan event festival toilet bersih untuk menghilangkan image tersebut,” tuturnya. (rin/c7/kim/jpgrup)

Update