batampos.co.id – Pasca terbaliknya pompong rute dari Tanjungpinang-Penyengat, Minggu (21/8), membuat orangtua warga Tiang Wang Kang Barelang, khawatir dengan keadaan anak-anak mereka yang pergi dan pulang sekolah.
Pasalnya anak-anak mereka menyeberangi Pulau Panjang dan Pulau Akar tidak pernah diberikan safety life jackets.
Krisna Wati, warga Tiang Wang Kang orangtua dari Nurhafifah dan M. Ilham mengatakan, kedua anaknya tersebut belajar di SDN 09 dan SMPN 14 Pulau Panjang, setiap hari menggunakan pompong bersama anak-anak lainnya.
“Semua anak di sini tidak menggunakan baju pelampung kalau ke sekolah,” ujar Krisna kepada Batam Pos, Senin (22/8).
Dia mengatakan, hal paling mencemaskan bagi orangtua ketika cuaca buruk hujan dan angin. Selain itu dalam satu pompong penumpang bisa mencapai sekitar 70 orang pelajar dan juga guru-guru.
“Mana pompongnya buruk lagi, takut kita lihat,” kata Krisna.
Setiap pukul 07.00 WIB, anak-anak hinterland selalu berebutan untuk menaikkan pompong, pasalnya pompong antar jemput anak-anak ke sekolah di daearah hinterland Tiang Wang Kang hanya satu.
Jika pompong tersebut rusak anak-anak dan guru tidak dapat menyeberang ke sekolah.
“Kalau telat bangun nggak bisa sekolah, karena ketinggalan pompong,” ucap Krisna.
Hal serupa juga disampaikan oleh Halimah orangtuan dari Sakira dan M. Fari, meski rute menuju sekolah hanya 20 menit menggunakan pompong, sebagai orangtua mereka merasa cemas kepada anak-anak mereka.
“Setiap hari seperti itu,” ungkap Halimah.
Halimah meminta pemerintah memberikan sarana baik itu life jackets bahkan pompong baru untuk transportasi anak-anak hinterland ke sekolah, agar orangtua tidak lagi cemas melihat anak-anak mereka.
“Kita orangtua was-was nunggu anak-anak pulang sekolah,” tutup Halimah. (cr14)