Kamis, 25 April 2024

Warga Keluhkan Mahalnya Parkir dan Kurangnya Keamanan di Jembatan Barelang

Berita Terkait

Jembatan Barelang. Foto: yusuf hidayat/batampos
Jembatan Barelang. Foto: yusuf hidayat/batampos

batampos.co.id – Pungutan biaya parkir di Jembatan I Barelang Batam dikeluhkan pengunjung.

Selain kemahalan, pungutan biaya parkir itu juga dianggap tidak bermanfaat baik untuk kepentingan peningkatan pengamanan ataupun perawatan Jembatan itu sendiri.

Tarif parkir yang diterapkan oleh petugas parkir di sana Rp 5 ribu untuk kendaraan roda dua dan Rp 10 ribu untuk kendaraan roda empat.

Tarif tersebut dikenakan kepada kendaraan yang parkir di pinggir jalan dan di lokasi parkir Dendang Melayu yang dibangun oleh Pemko Batam.

Sementara untuk kendaraan roda dua yang masuk dan parkir di bawa Jembatan I juga dikenakan biaya sebesar Rp 10 ribu persepeda motor.

Warga dan pengunjung Jembatan yang menjadi ikon kota Batam itu mempertanyakan legalitas pemungutan biaya parkir tersebut sebab tarif parkir yang diterapkan diluar batas kewajaran.

“Biaya parkir mahal kali, tapi kondisi jembatan tak ada perubahan. Masih banyak korban bunuh diri di sini. Kemana anggaran dan biaya parkir itu kalau fasilitas pengaman jembatan begini-begini saja” ujar Hasanudin, salah satu pengunjung.

Menurutnya dengan penarikan biaya parkir tersebut, sudah seharuslah lingkungan jembatan itu diperhatikan untuk segi keamananya.

Sebab belakangan ini memang kerap terjadi aksi bunuh diri atau korban yang terjatuh dari jembatan tersebut.

“Kalau fasilitas dan pengamanan terus ditingkatkan masih bisa dimaklumilah. Ini cuman ambil uangnya saja, sementara fasilitas dan keamanan jembatan begini-begini saja. Kemana uang pungutan itu perginya?” ujar Hasanudin.

Hal senada disampaikan oleh Gery warga lainnya yang menginginkan adanya pembatas yang aman di pinggir jembatan agar bisa mencegah hal-hal yang tidak diinginkan baik itu niat bunuh diri atau terjatuh secara tak sengaja dari lokasi jembatan tersebut.

“Seharusnya ada pembatas yang tak bisa orang lewat ke bibir jembatan. Kalau hanya besa pembatas yang ada masih bisa orang lewat,” ujarnya.

Selain itu juga perlu ada penempatan petugas keamanan yang rutin memantau pengunjung di jembatan tersebut agar hal-hal yang tidak diinginkan bisa dicegat.

“Kalau ada petugas minimal bisa tegur jika ada orang mau bunuh diri atau lompat,” tutur Gery.

Selama ini sudah kerap terjadi aksi bunuh diri di lokasi jembatan tersebut namun sampai saat ini belum ada upaya peningkatan pengamanan diatas badan jembatan tersebut. Badan jembatan hanya diberi pembatas besi biasa sehingga mempermudah niat orang yang ingin mengakhiri hidupnya dari atas jembatan itu.

“Kalau lah tarif parkir ini dikelola dengan baik pasti ada solusi untuk meminimalisir aksi bunuh diri dan menambah biaya perawatan jembatan ini. Jangan hanya tahu pungut biaya parkir tapi sumbangsih untuk jembatan ini tak ada,” ujar Ibrahim pengunjung lainnya.

Informasi yang disampaikan warga dan petugas di sekitar lokasi jembatan tersebut, dalam setahun bisa mencapai angka 15-20 orang yang tewas karena nekat meloncat dari Jembatan tersebut.

“Angkat rata-ratanya kisaran 15 orang tapi ada juga yang sampai 20 orang pertahun,” ujar Aweng warga yang berdiam di bawa Jembatan I Barelang.

Tahun 2016 ini saja sudah empat nyawa yang melayang di lokasi Jembatan itu. “Beberapa bulan lalu ada cewek loncat meninggal. Terus ibu dan anak itu meninggal juga dan yang terakhir kemarin itulah cewek rambut pirang tewas juga,” kata Aweng.

Keluhan dan kejadian itu sudah berulang kali disampaikan ke pemerintah terkait namun sampai saat ini belum ada upaya apapun untuk meminimalisir niat warga yang bunuh diri dari atas Jembatan tersebut. (eja)

Update