Jumat, 29 Maret 2024

b’right PLN Batam Goes to Campus Sambangi Politeknik Negeri

Berita Terkait

Salustra Wijaya
Salustra Wijaya

batampos.co.id – Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia (SDM) PT PLN Batam, Salusra Wijaya mengatakan, tarif listrik di Batam jauh lebih murah dibandingkan satu batang rokok. Sebab, satu kwh listrik saat ini hanya berada pada angka Rp950. Dalam satu kwh tersebut dapat digunakan untuk melistriki peralatan elektronik yang memiliki daya hingga 1000 watt.

Data ini ia sampaikan pada program b’right PLN Batam Goes to Campus di auditorium Politeknik Negeri, Rabu (9/11/2016).

Kegiatan yang dirangkum dalam: Dialog Infrastruktur Kelistrikan Penunjang Investasi di Batam, bersama para mahasiswa Politeknik. “Harga satu kwh saat ini Rp950 dan itu lebih murah dibandingkan satu bungkus rokok. Bahkan lebih murah dibandingkan satu batang rokok Anda,” ujarnya.

Ia memaparkan yang bisa diperoleh dengan satu kwh listrik yaitu dapat menyalakan empat lampu LED 9 watt selama 27 jam, menonton TV LED 32” 100 watt selama 10 jam, menggunakan setrika listrik 250 watt selama empat jam.

Menghangatkan nasi dengan rice cooker 100 watt selama 10 jam. Bisa juga mencharge handphone dengan daya 4 watt dapat digunakan untuk 75 hari. Dengan estimasi waktu charge dua jam per hari.

“Jadi satu kwh, bisa kita pakai untuk melistriki 1.000 watt,” paparnya.

Ia juga menyampaikan jika selama ini banyak masyarakat berpikiran jika listrik merupakan barang murah. Padahal lanjutnya, untuk menghasilkan energi listrik dibutuhkan biaya yang sangat besar.

“Listrik itu bukan barang murah, tapi mewah. Karena semua kita impor. Mulai dari minyak sampai mesin, semua kita impor,” ucapnya.

Namun lanjutnya untuk mengubah pemikiran tersebut sangat susah.

“Hal itu harus kita cermati,” tegasnya.

Saat ini, lanjutnya, harga tarif listrik di Batam untuk kategori R1 (rumah tangga) Rp950, R2 Rp1.089 dan R3 Rp1.128 per kwh.  Sementara secara nasional tarif listrik rumah tangga sudah berada diangka Rp1.509.

Direktur Politeknik Negeri Batam, Priyono Eko Sanyoto menyatakan, kampusnya sangat tergantung dengan listrik. Sehingga seluruh aktifitas di tempatnya bekerja tidak bisa lepas dengan listrik.

“Kami punya dua fungsi. Pertama adalah user. Karena kita banyak memiliki program studi. Sehingga sangat membutuhkan tenaga listrik yang besar,” paparnya.

Ia juga menjelaskan, investasi pasti membutuh energi. Sehingga apa yang sudah dilakukan PLN Batam perlu mendapat dukungan. Sehingga nantinya investor akan berdatangan ke Batam.

“Ini harus didukung bagaimana mencukupi tenaga listrik dan tenaga terampilnya,” katanya.

Fungsi kedua, pihaknya lanjutnya, adalah menyediakan tenaga-tenaga terampil.

General Manager (GM) Batam Pos, Chandra Ibrahim juga sempat menceritakan pengalamannya saat berada di Tanjungpinang. Saat berada di ibukota Provinsi Kepri tersebut, perusahaan yang dipimpinnya kerap kejar-kejaran dengan pemadaman listrik. “Sangat berbeda ketahanan listrik di Sumatera dibandingkan di Batam,” bebernya.(ams)

Update