Jumat, 19 April 2024

Pembangunan Jalan layang Simpang Jam Capai 23 Persen

Berita Terkait

Kepadatan kendaraan bermotor baik roda dua maupun empat yang melintas di Simpang Jam yang sedang dalam proses pembangunan flyover, Lubukbaja, Senin (12/9). Targetnya akan selesai di tahun 2017 mendatang. F.Rezza Herdiyanto/Batam Pos

batampos.co.id – Langkah pemerintah untuk mengurai kemacetan di Batam terus dilakukan dimulai dengan membangun jalan jalan layang (flyover) di Simpang Jam sejak Desember 2015. Hingga saat ini, proyek yang dikerjakan oleh PT Pembangunan Perumahan Persero ini telah rampung 23,52 persen meliputi pembangunan pondasi, yakni dua pangkal jembatan dan pondasi (abutment) dan empat pilar jembatan (pier).

“Seharusnya progresnya sudah rampung 24 persen, namun ada sedikit kendala terkait arus lalu lintas, namun pada November nanti, progres akan dimaksimalkan sesuai atau bahkan melebihi target,” ujar Manajer Operasional PT Pembangunan Perumahan Persero, Ardi, kemarin (29/12).

Jalan layang ini kata Ardi memiliki panjang 460 meter, lebar 32 meter, dan titik tertinggi dari permukaan tanah capai 9 meter. Total pagu anggaran untuk membangunnya capai Rp 180 miliar dengan masa kerja dari 18 Desember 2015 hingga 17 November 2017.

“Setelah masa pengerjaan selesai, maka akan masuk masa pemeliharaan sejak 18 November 2017018 November 2019,” jelasnya lagi.

Jalan layang ini akan ditopang empat pilar. Dua pilar di kanan dan dua pilir di kiri, masing-masing membentuk huruf V. Setelah proses pembangunan pondasi selesai, maka akan dilanjutkan dengan pembangunan empat jalan bawah (frontage,red), namun sebelumnya jalur lalu lintas terlebih dahulu dialihkan.

“Untuk masing-masing pondasi, makan waktu satu bulan untuk membangunnya. Khusus untuk pilar, satu pilar makan waktu dua bulan,” tambahnya.

Setelah selesai, maka akan dilanjutkan dengan pembangunan jembatan atas. Ardi menjelaskan bahwa pembangunan jembatan akan menggunakan konsep traveller. Langkah pertama dalam konsep ini adalah dengan memasang dua jaring pengamanyang terdiri dari spandek dan plat baja sehingga tidak ada material yang akan jatuh ketengah jalan dan mengganggu arus lalu lintas.

“Membangunnya tidak pakai penyangga. Prosesnya akan bekerja membangun jalan perlima meter perharinya. Dan akan dikerjakan di malam hari,” imbuhnya.

Umur jembatan diperkirakan mencapai 100 tahun dan dilengkapi dengan expantion joint untuk menahan getaran.

Pimpinan Proyek (Pimpro) jalan layang Simpang Jam, Himler Manurung dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PU-Pera) mengungkapkan meman akan terjadi sedikit kemacetan karena Simpang Indomobil berdekatan dengan Simpang Jam.

“Kami akan tetap lakukan penanganan berkesinambungan untuk penanganan di Simpang Baloi dan Kabil karena kemungkinan titik macet akan pindah kesana,” jelasnya.

Latar belakang pembangunanĀ jalan layang di Simpang Jam ini karena tiap harinya melintas sekitar 272.138 kendaraan. Dengan jumlah ini, memang sudah sepantasnya Simpang Jam memiliki jalan layang.

ā€œTujuannya untuk mengurai kemacetan,ā€ imbuhnya.

Keberadaan jalan layang sebutnya, memang bisa mengurai kemacetan. Namun apabila jumlah kendaraan selalu bertambah maka dampaknya tidak terlalu signifikan. Kementrian PU, sebutnya akan membangun jalan layang di simpang lain selain dua simpang tersebut, yakni di Simpang Kabil dengan pagu anggaran Rp 200 miliar dan akan dikerjakan pada 2017.

Dan yang paling menarik, ternyata pengembang jalan layang juga akan mendirikan empat jam di Simpang Jam dengan tujuan untuk menjadikan jalan layang Simpang Jam menjadi ikon baru kota Batam.

“Namun, pengerjaan empat jam dan landscapenya masuk dalam paket. Untuk saat ini, prioritasĀ  adalah pembangunan struktur jalan layang,” paparnya.

Di tempat yang sama, Deputi V BP Batam, Gusmardi Bustami menerangkan bahwa pembangunan infrastruktur memang menjadi program pemerintah dalam mengembangkan investasi di Batam.

“Program pembangunan infrastruktur itu bertujuan untuk mendorong kemajuan perekonomian. Dan ini sudah dipikirkan pemerintah sejak 4 tahun lalu dan disampaikan ke pusat pada 2012,” jelasnya.

Setelah pembanguna jalan layang di kedua simpang selesai, maka proyek pembangunan infrastruktur lain akan mengikuti.

“Dan Batam dalam lima tahun kedepan akan menjadi kota yang berbeda. Namun, kami juga perlu kajian yang sifatnya lebih detail lagi sebelum melakukan pembangunan,” jelasnya.

Selain pembangunan jalan layang, ternyata Batam menjadi sasaran dari pembangunan jalan tol oleh Kemenpu-Pera. Wacana pembangunan jalan tol akan dipusatkan di wilayah Batuampar hingga Mukakuning dengan alasan jumlah kendaraan yang melintas tiap harinya cukup tinggi.

Terpisah, Anggota Badan Pengatur jalan Tol (BPJT) Kemenpu-PR, Bambang Eko mengungkapkan pembangunan jalan tol di Batam sudah masuk dalam penugasan program strategis nasional pertama setelah proyek pengerjaan Trans Sumatera selesai.”Belum ditender, tapi sudah masuk dalam penugasan,” katanya.

Pembangunan jalan tol berbeda dengan jalan layang karena jalan tol bersumber bukan dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

“Pembangunan jalan tol dilihat dulu dari segi kelayakannya. Sebenarnya Batam masih kurang,”imbuhnya.

Syarat utama untuk membangun jalan tol adalah suatu kota harus dilintasi 20 ribu mobil tiap harinya. Mengapa harus mobil ?.

“Karena biaya perawatan jalan tol nantinya berasal dari tarif jasa penggunaan jalan tol,” ungkap Bambang.

Selain itu pembangunan jalan tol juga mempertimbangkan harga tanah, topografi lingkungan, pembebasan lahan, dan lainnya. Hingga saat ini total panjang jalan tol di Indonesia mencapai 949 kilometer.

“Pemerintah menargetkan pembangunan jalan tol hingga 2019 capai 1060 km,”pungkasnya.(leo)

Update