Rabu, 24 April 2024

SCADA ATB Batam Terbaik Se-Indonesia

Berita Terkait

Puluhan direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) se-Indonesia berkunjung ke ruang kendali teknologi Supervisory Control And Data Acquisition (SCADA) dan Geographic Information System (GIS) milik PT Adhya Tirta Batam (ATB), Mukakuning, Selasa (17/1). Teknologi tersebut digunakan untuk mengoptimalkan tiga hal yaitu pengawasan kebocoran, produksi dan distribusi air di Batam. F.Rezza Herdiyanto/Batam Pos

Selasa (17/1), puluhan Pimpinan dan Perwakilan dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang tergabung dalam Persatuan Perusahaan Air Minum di Indonesia (PERPAMSI) berkunjung ke PT Adhya Tirta Batam (ATB).

Kunjungan tersebut, sengaja dilakukan guna melihat secara langsung pengoperasian teknologi Supervisory Control And Data Acquisition (SCADA) & Geographic Information System (GIS) yang ada di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Mukakuning, Batam.

Hadir pada kesempatan tersebut, Direktur Eksekutif PERPAMSI, Ashari Mardiono, President Director PT. Adhya Tirta Batam (ATB) Ir. Benny Andrianto, MM, beserta jajaran Managemen ATB dan tamu undangan.

Sistem yang sudah dibangun sejak tahun 2011 ini, merupakan sistem unggulan yang dikembangkan oleh karyawan ATB secara langsung. Bahkan keunggulannya sudah melebihi beberapa perusahaan air yang juga menggunakan sistem seperti ini.

“Untuk saat ini, sistem SCADA dan GIS yang ada di ATB sudah terintegrasi dan terbilang lebih baik dari perusahaan air di Indonesia. Diantaranya Jakarta, Banjarmasin dan Malang,” terang Corporate Communication Manager ATB Enriqo Moreno.

Mengingat, SCADA di Malang dan Banjarmasin belum dioptimalkan dengan terintegrasi. PDAM Malang hanya menggunakan SCADA untuk Distribusi saja. Sedangkan PDAM Banjarmasin menggunakan SCADA untuk produksi. Begitu juga PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) untuk bagian produksi.

Sementara PT Adhya Tirta Batam , tambah Enriqo, menggunakan sistim SCADA dan GIS tersebut dioptimalkan untuk tiga hal. Yakni Pengawasan Kebocoran, Produksi dan Distribusi.

“Jadi, sementara ini ATB masih lebih baik dalam hal pengoptimalisasi sistem SCADA dan GIS ini. Bahkan untuk beberapa negara di Luar Negeri, ATB masih lebih baik. Diantaranya Kota Manila, Philipina yang masih fokus pada Produksi,” tambahnya.

Sebagaimana diketahui, Sistem GIS dibangun oleh ATB sejak tahun 2011. Seiring berjalannya waktu, sistem ini mengalami perkembangan fungsi dan keunggulan untuk mendukung produktifitas dan efisiensi terutama dalam hal penurunan jumlah kebocoran.

Selain itu, GIS juga berguna untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, mulai dari GIS Pelanggan, GIS Sambung baru, GIS Pencatatan meter dan GIS meter services untuk pemasangan meter air baru maupun penggantian.

Ia menambahkan, setelah menggunakan beragam teknologi pendukung, kebocoran air ATB terus menurun. Dan kini, tingkat kebocoran ATB paling rendah bila dibandingkan dengan PDAM besar lain di Indonesia.

“Pada Mei 2016 lalu, tingkat kebocoran air ATB bahkan sempat mencapai 11,90 persen. Angka tersebut jauh lebih rendah dari rata-rata tingkat kebocoran air nasional yang masih diangka 33-34 persen,” jelasnya.

Pengoperasian teknologi SCADA tersebut, terintegrasi dengan GIS dan terbilang sangat penting guna memantau, mengontrol, maupun melakukan otomasi peralatan operasional, baik dalam pengelolaan maupun distribusi air kepada pelanggan.

Dengan sistem ini, debit air, pressure/flow, kapasitas, hingga kualitas air dalam proses produksi yang dibutuhkan untuk disalurkan ke pelanggan dapat dimonitor dan dikontrol secara remote dalam satu tempat.

Hal ini memberikan efesiensi yang dibutuhkan ATB dalam pengelolaan sistem produksi dan distribusi air dalam mengoptimalkan suplai kepada pelanggan. (*)

Update