Kamis, 25 April 2024

Pak Walikota, Ratusan Rumah di Bengkong Terendam Banjir

Berita Terkait

Pemilik rumah asuh Jihadtul Ummi, membersihkan sisa-sisa lumpur yang dibawa oleh banjir di Komplek Bengkong Indah II Blok D no 99, Bengkong, Senin (23/1). F.Rezza Herdiyanto/Batam Pos

batampos.co.id – Hujan lebat mengguyur Batam sejak Minggu (22/1) malam. Guyurannya terus berlangsung hingga Senin (23/1) pagi. Hujan yang tak kunjung berhenti ini membuat tiga titik perumahan warga di Bengkong terendam banjir. Ketiga titik itu, yakni, di Bengkong Swadebi, Bengkong Indah II, dan Bengkong Sadai.

Di Bengkong Indah II, misalnya, puluhan rumah terendam banjir. Ketinggian air mencapai 1,5 meter. Sunardi, warga Bengkong Indah II mengatakan, banjir itu karena jembatan terlalu rendah. Ketika air sungai mengalir banyak dan deras, jembatan itu hanya akan memblokade aliran sungai dan membuatnya berbalik arah. Akibatnya, air pecah di tengah dan meluap ke pemukiman warga.

“Di sini, kalau tidak hujan, masalahnya sampah. Kalau hujan, masalahnya banjir,” ujar Sunardi.

Sunardi yang memiliki rumah tepat di samping sungai itu kerap terendam. Enam bulan lalu, Sunardi memutuskan untuk meninggikan rumahnya. Karena sudah ditinggikan, rumahnya tak lagi kebanjiran.

“Ini bantu-bantu tetangga keluarkan air dari dalam rumahnya,” katanya saat ditemui di depan Taman Penitipan dan Pengasuhan Anak Jihadtul Ummi.

Taman Penitipan dan Pengasuhan Anak itulah yang terkena imbasnya. Air setinggi 1,5 meter menggenangi rumah itu. Beruntung, rumah itu tak lagi ditinggali.

Ilham, putra pemilik rumah, mengatakan, keluarganya sudah pindah ke Batam Centre. Mereka segera datang ke Bengkong ketika hujan lebat berlangsung. Sebab, mereka sudah tahu, rumah itu pasti akan kebanjiran.

Rumah bernomor D99 itu berada tepat di tepi jalan. Posisinya lebih rendah dari permukaan jalan. Jika air sudah menggenangi jalan, rumahnya sudah pasti terendam.

“Tadi ke sini pukul 09.00 WIB. Air sudah masuk sampai ke dalam,” ujarnya.

Bergotong-royong dengan tetangga, Ilham mengeluarkan air menggunakan ember. Air itu dibuang ke jalan. Pukul 10.30 WIB, lantai rumahnya sudah kelihatan kembali.

Tidak ada kerugian materiil yang diderita keluarga Ilham. Mereka telah memindahkan barang-barang elektronik ke lantai atas. Bagian bawah rumah itu dibiarkan kosong tanpa perabotan.

“Kami sudah mengantisipasi dari jauh-jauh hari,” katanya lagi.

Bagi sebagian besar warga Bengkong Indah II, banjir kemarin tak bisa diantisipasi. Sebab, air meluap pada pukul 03.00 pagi. Kala itu, mereka masih nyenyak tertidur. Ini seperti yang dialami keluarga Yusni.

Yusni terbangun karena suara letusan di samping rumah. Letusan itu rupanya berasal dari patahnya pipa paralon rumahnya. Pipa itu tak kuat menampung aliran air. Air memancar keluar dari patahan itu dan masuk ke dalam rumah.

Pria yang bekerja sebagai pembuat kripik itu lantas membangunkan istrinya, Rina. Ia meminta Rina membangunkan anak-anak dan menyelamatkan barang-barang yang ada. Rina mengerjakan perintah suaminya. Namun, ketika ia membuka pintu hendak mengungsikan anak-anaknya, air menerjang masuk. Sekujur tubuhnya basah. Air itu menggenangi rumahnya hingga setinggi setengah meter.

“Kuali terendam. Makanya, ini agak licin karena air bercampur minyak dalam kuali itu,” katanya.

Dua buah kompor, kasur, sofa, kursi, lemari pakaian, kulkas, hingga pakaian dan sepatu anak-anaknya tak sempat diselamatkan. Semuanya basah. Rina segera mengungsikan kelima anak-anaknya ke rumah kerabat tak jauh dari rumahnya. Keluarganya bertahan di sana hingga hujan reda.

Pukul 09.00 WIB, Rina dan suaminya kembali ke rumahnya di Bengkong Indah II Blok D74. Bersama sanak saudara, mereka mengeluarkan air dari dalam rumah. Dan mengeluarkan semua perabotan yang basah ke teras rumah. Bagian depan rumahnya seperti kapal pecah.

Kelima anaknya tak sekolah. Pakaian seragam basah. Sepatu mereka pun tak tahu di mana rimbanya. Anak bungsunya, Tasya, menangis karena tak bisa sekolah.

“Saya telepon gurunya anak-anak, minta izin tak masuk karena rumah kebanjiran. Mereka memperbolehkan,” kata Rina.

Rina mengatakan, wilayah itu memang menjadi langganan banjir. Namun, kali inilah banjir yang paling parah. Biasanya, mereka dapat mengantisipasi dengan memasang papan di depan pintu. Supaya air tak masuk rumah.

“Ini kan datangnya mendadak, jadi kami tidak bisa selamatkan apa-apa. Selamatkan badan dan anak-anak sajalah,” ujarnya.

Seperti halnya Bengkong Indah II, Bengkong Sadai juga menjadi langganan banjir. Kampung tua yang berada di hilir sungai itu mendapat kiriman air dari Bengkong Kolam dan Bengkong Nusantara. Kondisi akan semakin parah ketika air laut pasang.

Ketua RW 10 Bengkong Sadai, Abdul Kadir, mengatakan, total ada tujuh rumah yang terendam banjir di wilayahnya. Ketujuhnya berada di RT 05 dan RT 02. Yitno, warga RT 05 RW 10 menjadi salah satunya.

“Baru kali inilah yang parah sekali. Sampai kendaraan tak bisa lewat,” katanya.

Yitno sudah meninggikan sebagian rumahnya. Tapi jalan di depan rumahnya tidak. Air itu menggenangi bagian depan rumahnya. Tingginya sekitar setengah meter dari permukaan tanah.

Ia harus menggendong anaknya ketika hendak berangkat sekolah. Ia juga meminjam mobil tetangganya yang rumahnya tidak terendam banjir. Namun, ketika hendak menjemput anaknya dari sekolah, sepeda motor istrinya mogok. Banjir itu tak kunjung surut.

“Baru sampai di depan rumah situ, tak mau hidup sepeda motor ini. Makanya, ini saya panasi,” kata istri Yitno.

Rumah Yitno kebanjiran di bagian dapur. Mesin cuci yang ia letakkan di belakang rumah juga ikut terendam. Begitu juga dengan kulkas di dapurnya. Air itu merembes masuk dari keramik porselen dindingnya. Juga dari pintu belakang.

“Anak saya yang lagi masak teriak, ‘Ma, airnya masuk!'” kisah istri Yitno.

Kejadian itu terjadi pada pukul 06.00 WIB. Air itu terus masuk karena hujan juga tak kunjung berhenti. Ketinggian air di sana hanya semata kaki.

“Cemas jugalah kalau air dari bawah meluap,” tambahnya.

Sejumlah warga mendorong motornya di gang Kampung Sadai, Bengkong, Senin (23/1). F.Rezza Herdiyanto/Batam Pos

Banjir itu juga memutus akses warga dari Bengkong Sadai ke Permukiman Sungai Nayon. Lapangan sepakbola terendam banjir. Kondisinya hampir serupa dengan sungai yang membatasi Bengkong Sadai dan Sungai Nayon. Dari jauh, wilayah itu nampak seperti sebuah kolam.

Ketua RW 10 Abdul Kadir mengatakan, pihaknya sengaja membuka lahan untuk membuat jalan lingkar. Dengan demikian, warga Sungai Nayon tak perlu berputar lagi. Cukup melintasi Bengkong Sadai saja.

Mereka juga sudah membuat parit sedalam tiga meter. Namun, karena tak dibentengi dengan batu miring, parit itu mengalami pendangkalan. Melihat luapan air tersebut, Abdul dan warga merasa usaha mereka sia-sia.

“Ini karena saluran air itu tertutup karena ada pembangunan di sungai nayon itu. Air jadi terperangkap di sini,” kata Abdul Kadir.

Camat Bengkong, Yudi Atmadji, mengakui ada ratusan rumah di Bengkong yang terendam air kemarin. Sebagian besar hanya setinggi mata kaki. Penyebabnya beragam.

Banjir di Bengkong Swadebi, katanya, terjadi karena jembatan tersumbat sampah. Saat itu juga, para petugas melakukan pembersihan. Hasilnya, mereka menemukan beragam sampah ada di sana. Mulai dari kantong-kantong plastik, gabus bekas bungkus peralatan elektronik, bahkan tong besi.

“Ditambah lagi, pada pukul 06.00 WIB tadi pagi, air pasang,” ujarnya.

Sementara banjir di Bengkong Sadai disebabkan oleh pembangunan ruko Sungai Nayon yang mengabaikan aturan. Mereka membuat gorong-gorong namun menutupnya. Kondisi ini menyumbat aliran air dari Bengkong Sadai ke Sungai Nayon.

Yudi mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Bina Marga. Perwakilan Dinas Bina Marga telah melakukan pengecekan. Dalam waktu dua atau tiga hari, Dinas Bina Marga akan mendatangkan alat berat dan membongkar gorong-gorong yang ditutup tersebut.

“Kami juga sudah berdialog dengan masyarakat itu. Mereka harus rela bagian ruko mereka itu dibongkar karena mereka menyumbat saluran air,” katanya.

Mantan Kepada Bidang Kebersihan Pemerintah Kota Batam itu juga menghimbau warga untuk tidak membuang sampah sembarangan. Mereka dapat mengumpulkan sampah itu di tempat-tempat sampah yang sudah disediakan. Petugas kebersihan dari setiap kelurahan akan mengangkutnya.

“Kami sekarang sudah punya jadwal pengangkutan sampah. Jangan takut sampah tak diangkut,” pungkasnya. (ceu)

Update