Selasa, 19 Maret 2024

Premium Friday, Saatnya “Usir” Karyawan dari Kantor Cepat-cepat

Berita Terkait


Karyawan perusahaan Suntory di Tokyo, Jepang, pulang kantor pada pukul 15.00, Jumat (24/2). (AFP PHOTO/TORU YAMANAKA)

batampos.co.id – Kematian Matsuri Takahashi pada 25 Desember 2015 menggugah nurani Perdana Menteri (PM) Shinzo Abe. Apalagi, dari hasil investigasi resmi, perempuan 24 tahun yang terjun dari asrama perusahaan tepat pada hari Natal tersebut memang melakukan karoshi (aksi bunuh diri karena tekanan pekerjaan).

Abe pun kemudian mencetuskan reformasi jam kerja. Itu merupakan kebijakan pertama Jepang terkait dengan karoshi dan etos kerja.

Lebih dari setahun setelah Takahashi bunuh diri, bos perusahaan tempatnya bekerja, Dentsu Inc, mengundurkan diri.

Januari lalu, Tadashi Ishii meletakkan jabatan sebagai bentuk tanggung jawabnya atas karoshi salah satu karyawan muda terbaik perusahaannya.

Bersamaan dengan itu, pemerintahan Abe menggalakkan beberapa program pro-buruh dan karyawan. Di antaranya, Premium Friday yang berlangsung mulai Februari ini.

Pada Jumat (24/2), kantor PM Jepang tutup lebih cepat. Saat jam menunjukkan angka 15.00 waktu setempat, Abe meninggalkan ruang kerjanya. Dia bergegas menuju ke Kuil Zen untuk bermeditasi.

Sepanjang sore, politikus 62 tahun itu menghabiskan waktu di sana. Menjelang malam, dia mengajak keluarganya menonton konser musik. Meditasi dan musik menjadi pilihan Abe untuk mengawali kesempurnaan akhir pekannya.

’’PM Abe meninggalkan kantor lebih cepat. Demikian juga seluruh staf. Sayang, saya masih tertahan di sini untuk menyampaikan semua ini kepada media,’’ kata Yoshihide Suga, jubir pemerintah, pada Jumat lalu.

Setelah jumpa pers, orang kepercayaan Abe tersebut menyusul sang PM dan staf lainnya. Dia tak mau ketinggalan ’’merayakan’’ Premium Friday perdana Negeri Sakura.

Selain kantor pemerintah, sedikitnya 130 perusahaan besar di Jepang ikut berpartisipasi pada Jumat lalu. Di antaranya, Suntory Holdings Ltd, Morinaga and Company, Honda Motor Co Ltd, SoftBank Group, Mitsubishi Motors Corp, Sumitomo Corp, dan Shimizu Corp.

Semuanya antusias mendukung program pemerintah yang diyakini bakal menumbuhkan konsumsi masyarakat dan meningkatkan GDP itu.

Karena Abe berpesan agar pihak swasta berperan aktif dalam mewujudkan Premium Friday, perusahaan-perusahaan besar Jepang menawarkan berbagai iming-iming agar karyawan mau pulang cepat. Mulai uang saku akhir pekan hingga tiket perjalanan gratis. Besaran uang saku tersebut beragam, mulai 3.200 yen atau sekitar Rp 381 ribu untuk tiap karyawan.

’’Kini, jam kerja yang terlalu lama berubah menjadi sebuah masalah besar,’’ jelas Etsuko Tsugihara, kepala humas Sunny Side Up Inc.

Jumat lalu, perusahaan tersebut juga menerapkan Premium Friday dan mengusir seluruh staf kantor begitu jam dinding menunjukkan pukul 15.00 waktu setempat. Mereka yang patuh pun berhak atas uang saku 3.200 yen.

’’Dalam bidang industri kreatif seperti kami, inspirasi tidak hanya datang saat berada di kantor. Biasanya, ide justru muncul saat bersantai, bepergian, menghirup udara segar, atau beristirahat. Yang paling penting, setelah menikmati libur akhir pekan yang berkualitas, Anda akan kembali bekerja dengan semangat kerja tinggi pada awal pekan,’’ ungkap Tsugihara.

Reformasi jam kerja ala Abe itu memang terlihat menyenangkan. Bahkan sangat menggembirakan karyawan. Sebab, mereka tidak hanya meninggalkan rutinitas lebih cepat, namun juga mendapatkan uang saku dan berbagai keuntungan lain.

Dengan begitu, saat kantor-kantor mulai lengang menjelang sore, distrik komersial dan pusat perbelanjaan kebanjiran pengunjung pada Jumat lalu.

Karyawan memanfaatkan uang saku dari kantor dan juga beragam diskon yang ditawarkan department store. Mereka pun berbelanja dengan senang hati.

’’Tujuan pemerintah memang menggairahkan kembali transaksi belanja. Sebab, belakangan, masyarakat terlalu sibuk bekerja dan tidak sempat berbelanja,’’ ucap Masanao Ueda, salah seorang petinggi Keidanren.

Pemerintah berharap geliat konsumsi masyarakat akan membuat perekonomian kembali bergairah. Dengan demikian, produk domestik bruto (PDB) alias gross domestic product (GDP) meningkat.

Sementara itu, kebahagiaan akhir pekan akan berkontribusi positif pada kinerja buruh dan karyawan sehingga produktivitas perusahaan pun meningkat.

Namun, segala harapan tersebut tidak akan langsung terwujud dengan satu atau dua kali Premium Friday saja. Yoko Ishikura, pakar budaya kerja masyarakat dari Hitotsubashi University, menuturkan bahwa perubahan yang Abe gagas itu membutuhkan kesinambungan dan dukungan penuh dari semua pihak.

’’Yang kita butuhkan adalah inovasi dan peningkatan produksi. Lama jam kerja tidak berkontribusi ke sana,’’ ujarnya.

Jepang yang merupakan salah satu anggota G7 menduduki peringat ke-3 negara dengan jam kerja terpanjang. Kendati demikian, produktivitas Jepang tercatat sebagai yang paling rendah.

’’Yang kita butuhkan adalah perubahan budaya kerja. Dari jam kerja yang lama menjadi lebih singkat, namun efektif. Itu justru akan menjadi daya tarik bagi generasi muda yang berbakat,’’ tutur Ueda. (Reuters/japantimes/theguardian/hep/c23/any/tia)

Update