Kamis, 25 April 2024

Kelanjutan Kisah Percobaan Penculikan Siswi SD di Batam

Berita Terkait

Seorang anggota Polsek Batamkota membimbing korban diduga korban penculikan untuk dimintai keterangan, Senin (6/3). F Cecep Mulyana/Batam Pos

batampos.co.id – Pelaku percobaan penculikan, TH, murid kelas tiga SDIT Al Muhajirin Mediterania, Batam, Senin (6/3) lalu, hingga kemarin belum juga tertangkap.  Polisi masih mengumpulkan keterangan untuk memastikan apakah kasus ini murni penculikan atau ada persoalan lain.

Selasa (7/3), Kanit Reskrim Polsek Batam Kota, Ikhtiar Nazara, mendatangi SDIT Al-Muhajirin guna mengumpulkan keterangan dari teman sekolah TH.

Selain ketiga teman sekolah, kepolisian juga meminta keterangan lanjutan dari RL, pemasok buku yang menjumpai TH pertama kali. Juga wali kelas dan guru yang berada di kelas saat keberadaan TH tidak diketahui.

“Ini untuk penambahan keterangan saja. Sementara ini masih mencari titik terang. Masih dalam proses penyelidikan,” ucap Ikhtiar singkat.

Batam Pos sempat melihat TH ditemani seorang perempuan datang ke sekolahnya, kemarin, sekitar pukul 10.15 WIB. TH tampak santai memasuki ruang kepala sekolah di sisi kiri yang menyatu dengan masjid.

TH datang tak mengenakan seragam sekolah. ia mengenakan baju terusan warna gelap dengan ornamen bulatan-bulatan kecil tanpa kerudung. Tak ada tanda-tanda keresehan di raut wajah anak ini. Ia tampak santai. Ia sempat menunjuk tempat ia naik mobil saat kejadian.

“Di situ,” ujarnya sambil menunjuk area belakang masjid yang terlihat dari jendela kaca ruang kepala sekolah.  Di area ini memang tak terpasang CCTV.

Hanya beberapa menit TH berada di ruang kepala sekolah. Kemudian ia keluar meninggalkan ruang kepala sekolah. Kemarin masih diizinkan tidak mengikuti kegiatan belajar di sekolahnya.

Kepala SDIT Al Muhajirin, Wijayanti Mala Sitaningtias, yang ditemui di ruangannya, Selasa (7/3) kemarin akhirnya mau menceritakan kronologi dugaan tindak kriminal kepada siswi yang dikenal ceria dan supel itu. Sebelumnya saat hari kejadian, Mala enggan bicara banyak.

Mala mengatakan, dugaan percobaan penculikan itu diawali dari dering bel pada jam istirahat, Senin (6/3).  Selang 10 menit setelah bel kedua berbunyi, tanda berakhirnya jam istirahat, TH tak kunjung terlihat memasuki ruang kelasnya. Guru yang mengisi kelasnya mulai cemas. Sembari menanyakan keberadaan TH kepada teman sekelas lainnya.

“Memang biasanya begitu. Diberi waktu sekitar 10 menit setelah bel istirahat. Ketika TH kemarin, dia tak juga masuk-masuk,” terang Mala.

Sebagian besar guru lantas dikerahkan mencari TH di sekeliling sekolahnya. SDIT Al-Muhajirin yang terbagi menjadi dua bangunan dengan masjid di antara kedua bangunan tersebut, termasuk sekolah yang memiliki wilayah luas dan cukup terbuka. Namun pencarian tak membuahkan hasil.

Mala lantas memutuskan melaporkan hilangnya TH kepada RW setempat. Selain itu, upaya lain dilakukan Mala dengan meminta tolong salah satu wali muridnya yang merupakan anggota kepolisian.

“Kami kebingungan kok bisa anak ini tiba-tiba tidak ada. Bahkan sampai saat supplyer buku ke sekolah, kami minta untuk bantu melihat kalau jumpa murid kami di jalan,” Mala menceritakan.

Sepamitan pemasok buku SDIT Al-Muhajirin, RL, sekitar 300 meter dari sekolah, tepatnya di simpang empat yang berada di kawasan perumahan, RL menjumpai anak perempuan itu berdiri seorang diri, menangis sembari memegang erat bakso dalam bungkusan plastik.

Menurut RL, ia lantas memastikan apakah TH merupakan siswa dari SDIT tersebut. Gadis kecil tadi yang kemudian diketahui  benar TH, dimintanya menunggu di tempat tersebut. Sementara RL kembali berkendara ke sekolah, guna memberitahukan kepada Mala.

“Tapi pas RL kembali ke sana TH sudah masuk taksi ikut dengan tantenya. Saya terus minta tantenya untuk ikut sama TH ke sekolah saja,” tutur Mala dalam balutan hijabnya bermotif bunga.

Sekembalinya TH, Mala kembali menanyai anak perempuan berkulit hitam manis ini. Sembari menuliskan runtutan ceritanya yang disampaikan TH.

Kepada kepala sekolahnya ini, TH mengaku dibawa ke Ocarina. Lalu melarikan diri kembali. Sampai pada akhirnya ditemukan RL di persimpangan, lalu berjumpa dengan tantenya yang mengajaknya ikut naik taksi.

Saat dijumpai, Mala menjelaskan TH hanya menangis. “Tidak ngos-ngosan atau pun keringatan,” papar Mala.

Sementara  penuturan beberapa teman TH kepada Mala, TH terlihat masuk sendiri ke mobil tersebut. Namun keterangan mengenai warna mobil yang membawa TH berbeda.

“Kawannya bilang hitam. Tapi TH bilang abu-abu silver,” beber Mala lagi.

Sembari menenangkan, Mala lantas mengajak TH makan mi bakso yang terus berada di genggamannya sedari tadi.

“Bakso itu masi utuh di tangannya. Saya yang kemudian menuangkan, untuk dia makan di sini,” terang Mala.

Terkait mobil yang membawa TH, dari informasi sementara yang diketahui Mala mobil tersebut masuk dalam wilayah sekolah tepat di belakang masjid.

“Tapi memang banyak mobil warga yang parkir di kawasan kami ini. Karena memang belum ada pagar,” sambung dia.

Di antara kawan-kawan sekelas lainya, TH dikenal sebagai anak yang ceria dan memiliki banyak teman.

Dari sisi penampilan saat ke sekolah, TH tak serapi teman-temannya yang lain.

Dalam hal urusan ke sekolah, TH,  lebih sering diwakili tantenya yang juga memiliki anak di sekolah yang sama. Ibu TH diketahui pekerja pabrik.

“Tapi hari ini (kemarin, red) TH izin. Belum bisa ikut ujian terakhir. Kami memang memberikan waktu untuk dia dan juga saat ini masih bolak balik kantor polisi untuk kelanjutan keterangan,” lanjut Mala.

Mala sendiri belum bisa memastikan apakah ini murni percobaan penculikan atau ada persoalan lain. Pihaknya mempercayakan kasus ini ke kepolisian.

Namun sebagai langkah antisipasi, Mala mengaku  pihak yayasan langsung menambah jumlah tenaga pengawasan menjadi dua orang dari sebelumnya hanya satu orang.

Selain itu, Yayasan juga meminta pekerja mempercepat pemagaran sekeliling sekolah yang telah berlangsung saat ini. Juga menambah titik CCTV, yang semula tersebar di 16 titik di sekitar sekolah dan ditambahkan enam lagi, termasuk area belakang masjid.

Saat ini, seluruh murid SDIT Al-Muhajirin juga tidak diperkenankan menunggu di luar ruang kelas saat jam pulang sekolah. “Semua orang tua atau walinya harus menjemput di dalam kelas,” pungkas Mala sembari memperlihatkan dua layar dari tampilan CCTV di ruangannya.

Yayasan juga akan segera membangun kantin sendiri di dalam lingkungan sekolah untuk memudahkan pengawasan saat jam istirahat.

Sementara suasana di SDIT Al-Muhajirin, kemarin terlihat lebih lengang. Tak tampak penjual jajanan di antara gedung sekolah dan masjid. Bahkan penjual mi bakso yang dibeli TH pun tak tampak lagi di lokasi yang sama. Hanya terlihat beberapa pekerja yang sibuk merakit besi beton untuk pagar masjid dan sekolah itu.

“Pagi ini sudah diajak bicara dengan yayasan. Supaya tidak berjualan dulu, jadi anak-anak bisa lebih mudah dipantau,” ucap penjaga sekolah SDIT Al-Muhajirin. (fara/nur)

Update