Kamis, 25 April 2024

Meski Sepatu Menganga Juhdi tetap Sekolah dengan Ceria

Berita Terkait

Juhdi saat menjadi komandan upacara di SDN Sindanglaya. Simpati berdatangan. Dia mencoba sepatu baru di salah satu toko sepatu di Kota Cianjur. (FACEBOOK EDDY KUSNADDY)

batampos.co.id  – Meski mengenakan sepatu mengenga di bagian depan Juhdi, 13, tetap percaya diri menjadi pemimpin upacara.

Siswa SD Negeri Sindanglaya, Cianjur, terkenal karena sepatunya yang menganga. Setiap pulang dari sekolah, itu sering bermain ke kebun dekat rumahnya. Istilah bermain versi Juhdi sangat berbeda dengan anak seusianya. Dia kerap bermain di kebun dekat rumah.

Sepulang bermain, Juhdi membawa setumpuk kayu bakar yang berhasil dia kumpulkan sambil bermain. Kayu bakar itu pula yang tetap membuat dapur ngebul saat di rumah tak ada uang untuk membeli gas. Juhdi tinggal di Kampung Padajaya RT05/RW04 Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas.

Jaraknya sekitar tujuh kilometer dari Istana Cipanas. Di rumah nan sederhana itu, Juhdi tinggal bersama sang ayah, Ali, 35, nenek Eha, 50, dan beberapa anggota keluarga lainnya.

Setiap hari, Juhdi menempuh perjalanan sekitar dua kilometer dari rumah menuju sekolah. Jarak itu setiap hari ditempuh dengan berjalan kaki dengan memakan waktu sekitar 30 menit.

Suasana sejuk khas pegunungan amat terasa di rumah Juhdi. Untuk menyambanginya, di kiri dan kanan menghampar perkebunan sayuran. Rupanya di kampung itu terkenal akan produksi sayuran kebun yang terkenal di Cianjur. Sayangnya, ayah Juhdi, Ali, tak seberuntung para saudagar sayuran yang tanahnya menghampar di wilayah itu.

Radar Cianjur (Jawa Pos Group), Ali hanyalah seorang kuli serabutan yang sering menggarap lahan orang. Setiap hari Ali berjibaku peras keringat membanting tulang menjadi kuli tani dan kebun. Jika ada pesanan untuk mencangkul, Ali dengan sigap menjalani pekerjaan itu.

Jika ada pesanan menggarap lahan, Ali pun tak akan menolak. Penghasilannya juga sangat jauh dari kata cukup. Meski demikian, Ali tetap bersyukur masih memiliki pekerjaan yang hasilnya digunakan untuk menyekolahkan Juhdi.

“Kalau soal penghasilan tidak tetap, tidak tentu. Dicukup-cukupkan untuk kebutuhan rumah dan sekolah anak saya ini. Saya bersyukur, Juhdi tidak rewel seperti anak lainnya. Tapi dia ini kalau ada apa-apa tidak pernah bilang. Tidak pernah juga minta yang macam-macam. Katanya tidak mau menyusahkan orang tua,” kata Ali sambil mengelus kepala Juhdi.

Saking penurutnya Juhdi, seringkali bocah itu membantu menambah penghasilan ayahnya dengan ikut menjadi kuli sayuran saat musim panen. Jika tiba musim panen wortel misalnya, sisa-sisa panen seringkali ia kumpulkan lalu dijual ke juragan sayur. Tidak banyak yang bisa ia kumpulkan.

Sekantong wortel hasil keringatnya rata-rata hanya dibayar Rp 2.500. Juhdi mengaku bangga tatkala ia berhasil menerima uang tersebut. Menurutnya, untuk uang jajan, ia tak perlu lagi minta kepada ayah ataupun neneknya. Meski sebetulnya Juhdi tak pernah merengek minta uang jajan pada orangtuanya.

“Alhamdulillah, Juhdi sering ikut pengajian. Mungkin di situ dia sering dengar ceramah bagaimana seorang anak harus berbakti pada orangtuanya. Saya seringkali menanamkan pada diri Juhdi supaya dia mau menerima keadaan, banyak bersyukur dengan kondisi seperti sekarang ini. Saya pun sangat bersyukur punya anak seperti Juhdi yang tidak mau membebani orang tuanya,” kata Ali lagi dengan mata berkaca-kaca.

Saat ditanya, Juhdi yang pemalu mengaku bercita-cita ingin jadi seorang TNI. Menurutnya, jadi seorang prajurit TNI itu keren, gagah dan berani. Terlebih, Juhdi adalah siswa yang rajin latihan baris-berbaris disekolahnya. Malah akhirnya Juhdi dipercaya menjadi komandan atau pemimpin upacara saat Upacara Bendera tiap Senin.

“Enggak tahu (alasan), jadi tentara kan gagah,” ungkap penyuka pelajaran Bahasa Indonesia itu sambil tersenyum.

Sebentar lagi Juhdi akan melanjutkan sekolah ke tahapan yang lebih tinggi. Juhdi mengaku, ingin melanjutkan sekolah ke SMP Negeri I Cipanas atau ke SMP Negeri II Cipanas. Juhdi berjanji akan terus semangat bersekolah sampai ia berhasil menggapai cita-citanya, menjadi seorang prajurit TNI yang gagah berani. (pj/lan/yuz/JPG)

Update