Jumat, 19 April 2024

Presiden Park Sempat Tertegun saat Dipecat

Berita Terkait

Australia Desak Warganya Segera Tinggalkan Israel

Hasan: Saya Akan Taati Proses Hukum

Park Geun-hye saat dilantik sebagai presiden Korsel pada 25 Februari 2013. (LEE JAE-WON/REUTERS)

batampos.co.id – Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) Jumat (10/3) menjadi pukulan telak bagi Park Geun-hye. Presiden ke-11 Korsel tersebut selama ini yakin jika dia tetap berkuasa. Kerena itulah sebesar apapun massa yang turun ke jalan menuntutnya untuk mundur, Park bergeming.

Keyakinan tersebut luntur saat putusan dibacakan. Harian  Chosun Ilbo melaporkan jika Park sendirian ketika melihat pembacaan putusan dari siaran televisi di istana kepresidenan atau Blue House.

Sebelum keputusan MK keluar, Park dan pengacaranya yakin jika 5 dari 8 hakim akan mendukungnya. Atau setidaknya posisinya seimbang yaitu 4 lawan 4. Namun pada kenyataannya, suara 8 hakim bulat untuk memakzulkan dirinya.

Tak percaya dengan apa yang dilihatnya, Park buru-buru menelepon salah seorang ajudannya untuk mengkonfirmasi.

”Presiden tampak tertegun dengan keputusan itu. Dia tampak murung. Dia ingin sendirian untuk sementara waktu,” ujar ajudan perempuan yang tidak mau disebutkan namanya tersebut.

Dia menambahkan jika Park tidak memiliki rencana untuk mengeluarkan pernyataan dalam waktu dekat. Baik itu tentang keputusan MK maupun langkah kedepan yang akan dia ambil. Dia juga tidak berusaha menenangkan para pendukungnya. Juru bicara partai Keadilan Han Chang-min menuding Park tidak bertanggung jawab dengan terus tutup mulut.

”Tindakannya seakan menunjukkan pada publik jika dia menolak menerima keputusan MK, itu akan menyebabkan kericuhan yang lebih besar,” tegas Han.

Meski dilengserkan, politisi yang pernah menjadi presiden perempuan pertama Korsel tersebut  tidak akan meninggalkan istana kepresidenan yang dalam bahasa Korea disebut dengan Cheong Wa Dae itu.  Park akan meninggalkan Blue House setelah rumah pribadinya di wilayah Selatan Seoul sudah diperbaiki dan dibersihkan.

Dalam siaran televisi, tampak sebuah truk menurunkan barang-barang di rumah dua lantai itu.  Polisi mengerahkan 200 personil untuk berjaga di kediaman Park tersebut. Dalam putusan MK, semua hak istimewa yang melekat pada Park semasa menjadi orang nomer satu di Korsel harus dicabut terkecuali pengamanan.

Mantan Presiden yang masih melajang di usia 65 tahun tersebut bakal mengahadapi jalan yang terjal. Sahabatnya, Choi Soon-sil, sudah ditahan.  Dia juga tidak dekat dengan dua adiknya. Tidak menutup kemungkinan, dalam waktu dekat Park akan menyusul Choi ke balik  jeruji  besi. Sebab kini dia tidak lagi kebal hukum. Jaksa bisa memanggilnya kapan saja untuk diinvestigasi terkait skandal penyalahgunaan kekuasaan yang membelitnya. Panggilan yang selalu dia tolak selama berbulan-bulan.

Park dituding telah memanfaatkan kekuasaannya dengan meminta perusahaan-perusahaan besar untuk menyumbang ke organisasi non profit K-Sport yang dikelola oleh Choi. Sumbangan tersebut tidak gratis.

Perusahaan akan mendapatkan keuntungan sesuai dengan permintaan. Sebagai contoh adalah Samsung. Merger dua anak perusahaan Samsung Group dipermudah setelah memberikan “uang pelicin” ke K-Sport. Park juga membiarkan Choi yang tidak memiliki jabatan kenegaraan apapun untuk mengetahui berbagai rahasia negara dan meminta pertimbangannya untukberbagai keputusan penting.

Park bukanlah mantan presiden pertama yang terlibat skandal dan bermasalah dengan hukum. Beberapa mantan presiden Korsel juga mengalami nasib serupa. Diantaranya adalah mantan presiden ke-5 dan ke-6 Korsel Chun Doo-hwan dan Roh Tae-woo.

Keduanya harus mendekam di penjara pada tahun 1990an karena masalah suap. Mantan presiden ke-9 Korsel Roh Moo-Hyun juga diselidiki akibat skandal korupsi. Alih-alih bertanggung jawab, dia malah memilih untuk bunuh diri pada tahun 2009.

Ketika kepastian akan nasib Park sudah diumumkan, aksi turun ke jalan kelompok anti-Park setiap akhir pekan tidak berhenti. Kemarin (11/3) mereka kembali memenuhi jalanan utama kota Seoul. Jika sebelumnya penduduk menuntut agar Park mundur, kini tuntutannya berubah.  Yaitu agar dia segera ditangkap dan diadili atas perbuatannya.  ”Pemakzulan bukanlah akhir. Kami tidak akan terpecah belah, kami akan terus maju dan bersatu. Dia (Park Red) kini penduduk biasa. Jika dia salah, dia harus ditahan,” tegas salah seorang demonstran T.H. Kim.

Massa juga menuntut agar Perdana Menteri (PM) sekaligus Plt Presiden Hwang Kyo-ahn mundur dari jabatannya. Hwang yang merupakan orang kepercayaan Park telah menjadi presiden sementara sejak Park dimakzulkan oleh Parlemen pada 9 Desember lalu.

Tak jauh dari lokasi tersebut, kaum tua yang mendukung Park juga ikut melakukan aksi. Polisi berjaga agar kericuhan tidak kembali terjadi. Saat pembacaan putusan MK dua hari lalu, massa pendukung Park menyerang polisi dan para jurnalis. Tiga orang tewas akibat bentrok tersebut. Korban ketiga baru meninggal  kemarin. Kakek 74 tahun itu mengalami serangan jantung saat kericuhan terjadi.

Beberapa demonstran yang berulah Jumat lalu juga ditahan. Termasuk diantaranya seorang kakek yang berusia 60 tahun. Polisi berjanji untuk mengusut dan melacak orang-orang yang memicu kerusuhan hingga menyebabkan tiga orang tewas tersebut.

Para pendukung setia Park itu adalah mereka yang hidup dalam masa kepemimpinan Park Chung-hee. Ayah dari Park Geun-hye tersebut memimpin selama 18 tahun sebelum dibunuh oleh kepala keamanannya sendiri pada 1979. (Reuters/AFP/sha/any)

Update