Jumat, 29 Maret 2024

Pulau Tolop, Salah Satu Pulau Terdepan di Kepri, Dijaga 20 Tentara

Berita Terkait

foto: google map

Salah satu pulau terluar di Kepri, Pulau Tolop bertugas menjaga perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bukanlah tugas yang mudah mengingat pulau ini hanya dijaga oleh sekitar 20 orang tentara marinir. Namun mereka siap menunaikan tugas menjaga keamanan negara.

Tim dari Kementerian Koordinator Kemaritiman (Kemenkomar) berkesempatan mengunjungi  salah satu pulau terluar di Indonesia, Pulau Tolop pada Jumat (10/3) pagi. Kedatangan mereka disambut hembusan angin laut yang cukup kuat dan juga salam komando dari tentara TNI AL yang menjaga pulau tersebut.

Satu per satu rombongan Kementerian Koordinator Kemaritiman (Kemenkomar) turun dari kapal laut milik Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) IV yang mereka naiki untuk bisa ke pulau yang berjarak 22 kilometer dari Batam tersebut.

Rombongan Kemenkomar ini merupakan pendamping dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Maritim), Luhut Binsar Panjaitan yang juga berkunjung ke pulau ini. Namun sang Menteri datang pada tengah hari karena ia menghadiri pertemuan dengan pengusaha di Batam terlebih dahulu.

Pulau dengan luas 8,6 hektare ini terletak bersebelahan dengan Pulau Belakangpadang yang ada di belakangnya. Butuh waktu 1 jam untuk bisa mencapai pulau ini. Dari kejauhan, gedung-gedung pencakar langit di Singapura terlihat jelas karena jarak Tolop dengan negeri jiran hanya 22,2 kilometer.

Jika mencoba mengelilingi pulau dengan kapal, maka akan terlihat bahwa pulau ini dikelilingi oleh tembok pemecah ombak. Tembok ini bukan seperti tembok biasa tapi berbentuk seperti kotak-kotak beton yang disusun secara simetris melindungi pantai dari pengikisan atau abrasi yang ditimbulkan oleh hantaman ombak terhadap bibir pantai secara terus menerus.

Kemudian jika berlayar ke bagian pulau yang berhadapan dengan Singapura, maka di balik tembok pemecah ombak ada lagi.tembok lainnya yang berdiameter lebih kecil. Bentuknya seperti tembok yang mengelilingi sebuah benteng layaknya benteng pada era abad pertengahan di Eropa. Di sanalah terdapat pos pemantau dari tentara penjaga perbatasan.

Rombongan Kemenkomar sendiri masuk lewat dermaga yang ada di bagian belakang pulau. Dari dermaga dapat dilihat tulisan grafiti besar yang membentang di tembok bertuliskan TNI AL Pulau Tolop.

Pulau ini ternyata sangat bersih dan banyak ditumbuhi pepohonan. Di sekeliling pantainya pun banyak pohon bakau terlihat. Sambil berjalan menuju markas TNI AL, maka rombongan Kemenkomar bersama awak media dapat melihat banyak ayam dan juga kambing yang sedang merumput.

foto: google map

Tak lama kemudian, Komandan Pos Angkatan Laut (Posal), Letda Laut Mukidi menyambut kedatangan rombongan Kemenkomar. Nama Mukidi belakangan ini memang terkenal karena kelucuannya di media sosial.

Namun Mukidi yang ada di Pulau Tolop tidaklah jenaka seperti Mukidi yang tengah viral tersebut.

Wajahnya sangat serius menunjukkan wibawa angkatan laut kepada masyarakat. Salah seorang rombongan Kemenkomar memberanikan diri untuk mengusik roman serius sang komandan dengan lontaran lelucon tentang Mukidi.

“Tahu gak bapak, kalau nama bapak itu sangat terkenal di dunia media sosial karena kelucuannya,” kata salah seorang rombongan tersebut.

Namun jangankan tertawa, tersenyum lebar pun tidak.

“Iya,” timpal Mukidi.

Ia kemudian hanya tersenyum tipis dalam sepersekian detik dan kemudian kembali pada mode seriusnya. Wibawa seorang tentara yang harus selalu siap dalam keadaan apapun terlihat dari mimik wajahnya.

Tak lama kemudian, Mukidi mengambil sikap dengan berdiri tegak layaknya pemimpin upacara. Kepada pimpinan rombongan Kemenkomar, ia menyambut kedatangan mereka dan melaporkan situasinya dengan gaya militer yang lugas.

foto: rifky / batampos

Setelah itu barulah rombongan memasuki pos angkatan laut tempat Mukidi memimpin. Komplek bangunannya tidaklah besar dan diisi oleh enam gedung ukuran kecil. Gedung-gedung itu terdiri dari tiga gedung mes tentara, satu gudang, satu gedung sebagai menara komando utama yang memiliki tinggi hingga 10 meter. Dan satu gedung lagi merupakan gedung serba guna yang bisa digunakan oleh tentara untuk melakukan sholat berjamaah. Total luasnya mungkin mencapai 120 meter.

Di tengah-tengah komplek terdapat empat pemancar parabola bernama V-Satelit. Fungsinya adalah untuk memetakan kondisi sekitar pulau lewat satelit. Petanya dapat dilihat di menara komando utama.

Rombongan awak media mencoba untuk mewawancarai Mukidi terkait kehidupan di Pulau terluar Indonesia tersebut. Namun Mukidi yang irit senyum ternyata juga irit bicara. “Kalau listrik ya pakai panel tenaga surya dan air kami tampung dari air hujan,” katanya sambil menunjuk lokasi panel tenaga surya.

Di lokasi yang ditunjuk oleh Mukidi ada empat panel tenaga surya. Keempatnya membentang ke atas menyaring sinar matahari yang kemudian diubah menjadi energi listrik oleh efek fotoelektrik. “Kalau hujan tak bisa digunakan. Namun energi yang ada cukup untuk menerangi pulau pada malam hari,” lanjut Mukidi.

Untuk kebutuhan makanan pokok sehari-hari. Mukidi menjelaskan bahwa tiap dua minggu sekali, ia dan anggotanya akan pergi ke Batam untuk berbelanja. “Namun jika dibutuhkan bisa beberapa kali dalam dua minggu,” ungkapnya.

Mereka juga memelihara ayam kampung dan kambing sebagai tambahan kebutuhan pokok. Tidak sulit bagi kedua hewan tersebut untuk mendapatkan makanan karena suasana Pulau Tolop masih asri dan segar.

Saking sunyinya, terkadang para prajurit bisa lupa waktu. Mereka bisa bertahan duduk berjam-jam memandangi laut tanpa ekspresi. Sehari-hari hal tersebut memang menjadi rutinitas mereka. “Kalau satu atau dua hari jika tujuannya berlibur ya enak, tapi kalau enam bulan lumayan bosan juga,” kata Mukidi sembari tersenyum selama tiga detik.

Saat ini Pulau Tolop dijaga oleh 20 orang prajurit. Mereka bergantian dengan teman tentara lainnya tiap enam bulan sekali. Dan setiap seminggu sekali, atas izin dari Komandan Posal, mereka bisa pulang ke Batam jika memang keluarganya ada di Batam.

Tiap malam dua kapal dari TNI AL selalu lewat di depan Pulau Tolop. Secara posisional, pulau ini sangatlah strategis karena berada di garis terdepan yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka dan Singapura.

Tidak heran hanya dengan mata telanjang saja, kita bisa melihat kapal-kapal berbendera asing berseliweran di Selat Malaka, namun sayangnya tak satupun yang singgah di perairan milik Indonesia.

Mengenai keamanannya, Mukidi mengakui situasi cukup tenang untuk saat ini. Namun pada tahun 2015, pihaknya banyak menemukan kasus di perairan depan Pulau Tolop.

“Ada sekitar 78 penangkapan pada 2015 lalu yang diamankan oleh Unit Reaksi Cepat dari Armada Barat,” jelasnya.

Jalur melewati perairan Pulau Tolop memang menjadi salah satu favorit bagi para penyelundup untuk beraksi. Menurut penuturan Mukidi, pihaknya sering menemukan mereka beraksi pada malam hari. “Dan jika cuacanya buruk, maka aksi akan semakin meningkat,” ungkapnya.

Ada bermacam-macam barang ilegal yang diselundupkan, mulai barang elektronik, kasur, dan sembako. Dan bahkan pihaknya pernah menemukan penyelundup yang membawa mobil berlayar memutar perairan Belakangpadang untuk bisa masuk ke pelabuhan tikus di Batam.”Umumnya penyelundup berasal dari Malaysia,” imbuh Mukidi.

Ditempat yang sama, Panglima Komando Armada Barat (Pangarmabar), Laksamana Muda Aan mengatakan saat ini armadanya mampu menurunkan tingkat penyelundupan hingga nol. “Kami membentuk pola pengamanan teritorial yang menggunakan citra satelit, sehingga Unit Reaksi Cepat bisa melaksanakan tugasnya,” tambahnya lagi.

Namun ia juga mengungkapkan banyak kendala yang dialami oleh Unit Armada Barat. Salah satunya adalah kekurangan kapal untuk melakukan pengawasan. Selain itu mereka tidak memiliki kapal tanker yang cukup kompetitif.”Kapalnya ada, tapi bahan bakarnya yang tak ada,” jelasnya.

Apapun ceritanya, Mukidi menegaskan bahwa Pulau Tolop merupakan benteng terluar dari Indonesia. Apapun konsekuensinya, TNI AL siap mengemban tugas menjaga kedaulatan negara di titik terdepan.”Hidup mati hanya untuk NKRI,” tegasnya. (RIFKI SETIAWAN LUBIS, Belakangpadang)

Update