Kamis, 25 April 2024

Penderita Tumor Ganas Butuh Uluran Tangan

Berita Terkait

Baharudin sedang menunjukkan tumor ganas yang bersarang dipaha kaki kanannya. F. Harry/batampos.

batampos.co.id – Baharudin ,45, hanya bisa terbaring diatas ranjang kamar tidurnya. Sesekali dia berusaha berjalan keruang tamu dengan bantuan alat (tongkat) walaupun harus memendam rasa sakit. Penderitaan itulah yang dirasakannya selama tujuh bulan.

Baharudin telah divonis menderita tumor ganas dibagian paha kaki kanannya oleh dokter RSUP Kepri, Batu 8 Tanjungpinang. Tumor itu membuat dirinya tak bisa berbuat banyak.

Selama menderita penyakit tersebut, dia hanya bisa beribadah dan memohon doa kesembuhan disalah satu rumah kontrakan yang berjejer empat pintu di Gang Alpukat, Jalan Ganet, Batu 12, Kelurahan Pinang Kencana, Kecamatan Tanjungpinang Timur.

Dia tak bisa lagi bekerja sebagai buruh serabutan. Baik sebagai tukang bangunan, tukang bersih-bersih maupun pekerjaan lainnya. Bahkan untuk memenuhi isi perutnya saja dia berharap dari belaskasihan tetangga.

“Alhamdulillah masih ada yang peduli dengan hidup saya. Walaupun dalam keadaan begini, tetangga masih ada yang antar makanan bahkan majelis taklim di masjid-masjid juga memberikan bantuan,” ujar Baharudin dengan terbata-bata akibat menahan rasa nyeri dari tumor itu.

Bapak empat anak ini bercerita bahwa paha kaki kanannya sudah menimbulkan gejala nyeri sejak Oktober 2016 lalu. Namun nyeri itu dianggapnya rasa letih yang ditimbulkan dari kerjakerasnya sebagai tukang bangunan.

Namun empat bulan kemudian tepatnya Januari 2017, lanjut Baharudin, pahanya terus membengkak sampai sebesar bola basket. Akhirnya rekan dan tetangganya melaporkan kejadian tersebut kepada Ketua RT dan RW sampai pihak kelurahan. Dari situlah dia memiliki Kartu BPJS dan berobat ke RSUP Kepri.

“27 Januari saya masuk rumah sakit. Ketika diperiksa, dokter memvonis bahwa bengkak dipaha akibat tumor ganas. Lebih kurang seminggu dirawat disana tak ada perubahan sehingga tim medis meminta pengobatan jalan,” bebernya.

Sebelum keluar dari Ruang Inap RSUP Kepri, sambung Baharudin, dokter sempat mengusulkan kepada dia untuk rujukan ke rumah sakit yang lebih lengkap. Pilihannya ada dua yaitu rumah sakit di Jakarta atau Surabaya.

Namun dia tidak langsung menanggapinya. Sebab rujukan yang diusulkan dokter kesalah satu rumah sakit terlengkap itu bukan untuk pengobatan mengangkat tumor ganas itu. Melainkan harus diamputasi sehingga dia memilih untuk pulang dan berusaha menjalani pengobatan secara alternatif saja.

“Dokter berikan dua pilihan. Mau berobat di Jakarta atau Surabaya. Awalnya saya senang, tapi karena kaki harus diamputasi jadi ketakutan. Yang saya mau tetap berobat disana tapi jangan diamputasi. Bisa themotraphy atau alternatif lainnya,” akunya.

Sementara itu, Muntiya ,48, istri Baharudin mengaku sedih jika kaki kanan suaminya harus diamputasi. Sebab dengan cara seperti itu suaminya tak bisa bekerja lagi. Apalagi kaki bagian kirinya juga sudah mengalami gangguan sejak lahir.

“Saya orang miskin dan tak punya apa-apa. Jadi saya mohon kepada dokter maupun pemerintah janganlah amputasi kaki suami saya. Kalau bisa tolonglah dengan cara lain,” katanya dengan terisak tangis.

Tulang punggung pencari nafkah selama ini hanya suami. Jadi selama beliau menderita tumor tak ada pendapatan yang bisa dikelolanya lagi untuk memenuhi hidup. Bahkan selama tujuh bulan keluarga kecil ini hanya berharap dari bantuan tetangga-tetangga.

Meskipun kondisi keluarganya sedang tertimpa musibah, kata Muntiya, dirinya juga berusaha keras untuk bekerja apapun juga. Namun pundi-pundi jerih payahnya itu hanya cukup untuk membeli obat-obatan herbal suaminya.

“Sudah tujuh bulan kami makan berlaukkan garam. Kalau ada yang kasih sayur itulah menu tambahannya.

Ditanya kerelaannya jika kaki suaminya berobat keluar daerah, Muntiya mengaku sangat rela asalkan kaki suaminya tidak diamputasi. Karena dirinya percaya banyak solusi-solusi pengobatan untuk menyembuhkan penyakit suaminya itu.

Mungkin, masih Muntiya, dengan cara pengobatan themotraphy ataupun pengobatan tradisional dengan mengkonsumsi herbal dan lainnya. Hanya saja dirinya tidak memiliki biaya sepersenpun untuk menjalani pengobatan tersebut.

“Saya harapkan bantuan dari manapun. Baik pejabat pemerintah maupun swasta. Saya janji akan mendokaan orang yang bantu itu setiap saya beribadah,” sebutnya.

Terpisah, tetangga korban, Fandi mengatakan selama Baharudin menderita tumor ganas dipaha kaki kanannya banyak tetangganya datang silih berganti untuk menjenguk. Bahkan juga memberikan berbagai bantuan baik makanan maupun uang.

“Majelis taklim masjid-masjid sering memberikan bantuan. Bahkan ada Anggota Dewan dari PKS yang berikan bantuan obat herbal sebanyak empat botol dan rencananya juga akan berikan uang,” katanya.

Ditanya bantuan dari lainnya untuk Baharudin, Fandi mengatakan dalam waktu dekat direncanakan Baznas Kepri mau memberikan bantuan berupa uang perbulan atau pertahun. Kemudian juga memberikan bantuan alat untuk jalan seperti tongkat atau lainnya.

“Diluar dari itu serasa saya belum ada. Baik itu kepala daerah maupun lainnya juga belum pernah kesini. Mungkin mereka tidak tahu atau lupa kali kalau ada warga yang sakit parah,” ungkapnya dengan nada sindir. (Harry)

Update