Selasa, 19 Maret 2024

Hingga Juni, Tarif Listrik dan BBM dan Naik

Berita Terkait

Permintaan Tiket Terbanyak adalah Rute Batam-Padang

Peningkatan Status RSUD Tanjungbatu Terus Digesa

Suhu Udara Batam Bisa Mencapai 33 Derajat Celcius

Truk tanki Pertamina. Foto: istimewa

batampos.co.id – Hingga akhir Juni nanti, pemerintah memutuskan tidak menaikkan harga BBM dan tarif listrik bersubsidi.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menyatakan, pemerintah biasanya mengevaluasi harga BBM subsidi jenis premium, solar, dan minyak tanah tiap tiga bulan sekali.

Harga yang berlaku sejak awal tahun ini dipastikan akan dipertahankan selama triwulan II atau periode April hingga Juni.

“Jadi, meski harga minyak dunia berfluktuasi, harga BBM subsidi tetap,” ujarnya kemarin (24/3).

Artinya, harga solar subsidi tetap Rp 5.150 per liter dan harga premium untuk penugasan di luar wilayah Jawa, Madura, dan Bali Rp 6.450 per liter. Menurut Jonan, salah satu alasan harga BBM subsidi tidak naik adalah adanya efisiensi. Selain itu, saat harga minyak turun ke level USD 40 per barel, pemerintah tidak menurunkan harga BBM subsidi sehingga Pertamina mendapat keuntungan dari penjualannya.

“Keuntungan itulah yang jadi dana cadangan,” katanya.

Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja menambahkan, harga BBM ditahan di level saat ini untuk menjaga stabilitas makroekonomi nasional. Khususnya meredam potensi inflasi saat bulan puasa dan Lebaran.

“Meskipun, harga BBM yang dijual saat ini berada di bawah keekonomian Pertamina,” ucapnya.

Namun, kata Wirat, pemerintah yakin Pertamina tidak akan terlalu lama menanggung rugi. Sebab, tren harga minyak saat ini kembali turun. Di awal tahun, harga minyak jenis Brent dan West Texas Intermediate (WTI) memang sempat menyentuh angka USD 55,47 per barel dan USD 52,33 per barel. Sementara itu, kemarin harga Brent dan WTI masing-masing turun ke level USD 50,56 per barel dan USD 47,7 per barel.

“Trennya memang turun. Tapi, kita tidak tahu sampai kapan turunnya,” jelasnya.

Menurut Wirat, harga minyak dunia selama tiga bulan terakhir cenderung fluktuatif. Apabila dihitung berdasar formula, harga BBM memang berada di atas harga yang ditetapkan saat ini. Namun, penetapannya harus mempertimbangkan perekonomian bangsa, aspek sosial dan politik, serta tren ke depan.

“Jadi, banyak aspek yang dipertimbangkan,” ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Pemasaran Pertamina M. Iskandar menuturkan, jika pemerintah memutuskan tidak menaikkan harga BBM jenis tersebut, Pertamina akan patuh. Meski, saat ini harga solar subsidi dan premium diakuinya sudah di bawah harga keekonomian.

“Ya, memang itu penugasan pemerintah, situasi apa pun kita siap menerima penugasan tersebut,” katanya.

Iskandar mengungkapkan, jika periode harga dua jenis BBM dipatok tidak berubah sampai Juni, penjualan solar subsidi dan premium penugasan akan semakin defisit. Itu akan berdampak pada keuangan Pertamina. Jika mengacu pada keekonomian, saat ini harga solar subsidi Rp 8.200 hingga Rp 8.300 per liter dan premium penugasan Rp 6.750 sampai Rp 6.850 per liter.

“Jadi, cukup jauh di atas harga saat ini,” katanya.

Sementara itu, terkait tarif listrik, Jonan menuturkan, pemerintah terus mendorong PLN untuk melakukan efisiensi.

Sebagaimana diketahui, saat ini pemerintah hanya memberikan subsidi kepada pelanggan dengan daya 450 volt ampere (VA) yang jumlahnya 27 juta pelanggan. Tarifnya tetap Rp 415 per kWh.

Sedangkan untuk pelanggan dengan daya 900 VA, hanya 4,1 juta yang masih berhak mendapat subsidi dengan tarif Rp 605 per kWh. Sedangkan 18,7 juta pelanggan 900 VA lainnya yang dianggap mampu sudah mengikuti tarif adjustment atau penyesuaian mulai Januari lalu. (dee/c10/owi)

Update