Selasa, 19 Maret 2024

INSA Batam tentang Tarif Pelabuhan

Berita Terkait

Aktifitas bongkar muat kontainer di Pelabuhan Batu Ampar, Foto: M Noor Kanwa/dok.Batam Pos

batampos.co.id – Indonesian National Shipowners Association (INSA) atau Batam meminta Badan Pengusahaan (BP) Batam meninjau kembali tarif jasa kepelabuhanan. Saat ini, tarif yang dikenakan terlalu mahal.

“Kami berharap penetapan tarifnya mempertimbangkan banyak aspek supaya kegiatan usaha pelayaran tetap jalan dan adil,” ujar Osman Hasyim, sekretaris II INSA Batam, usai bertemu dengan pihak BP Batam, Jumat (24/3).

Osman mengatakan, tarif jasa pelabuhan sangat berpengaruh dengan iklim investasi di Batam. Jika tarifnya tidak kompetitif, maka investasi bisa terganggu.

Ia mengaku memahami keinginan BP Batam meningkatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari pelayanan pelabuhan. Namun, kelanjutan usaha pelayaran juga tak bisa diabaikan.

Direktur Promosi dan Humas BP Batam, Purnomo Andiantono, menegaskan rapat lanjutan BP dengan perwakilan pengusaha pelayaran seperti Batam Shipyard and Offshore Association (BSOA), INSA, dan Pelabuhan Rakyat (Pelra) Batam, baru sebatas mendengarkan usulan dan masukan.

Rapat tersebut juga lanjutan pertemuan pihak Kementerian Koordinator dan Kemaritiman (Kemenkomar), Kemenkeu, Pemprov Kepri, dan Kadin Kepri di Hotel Syahid Batam,Jumat (24/3).

“Fokusnya masih pada Perka BP Batam Nomor 17/2016 tentang Tarif Jasa Kepelabuhanan dan sistem host to host. Tapi belum final, masih ada pertemuan lanjutan,” ujar Andi.

Perka 17/2016 dan sistem host to host memang banyak diprotes oleh para pengusaha pelayaran. Osman sebelumnya menyebut tarif pelabuhan di Batam rata-rata 2.000 persen lebih mahal jika dibandingkan dengan Johor dan Singapura. Tarif ini tertuang dalam Perka 17 Tahun 2016

“Dengan keluarnya Perka itu, tarif semakin tinggi dan ini tidak baik bagi Batam,” kata Osman.

Contohnya tarif labuh tambat (Port Dues) untuk kegiatan kapal sandar dengan tujuan bongkar muat barang. Di Batam dikenakan tarif hingga 11.394 dolar Amerika untuk kapal dengan gross tonnage (GT) 10.000. Tarif tersebut berlaku untuk tiga hari sandar.

Sementara di Johor, untuk berat kapal dan durasi yang sama, tarifnya hanya 649 dolar Amerika. Di pelabuhan Singapura tarifnya jauh lebih murah lagi, yakni hanya sekitar 604 dolar Amerika.

Sedangkan laid up atau parkir kapal, tarifnya jauh lebih mahal lagi. Di pelabuhan Batam, parkir kapal dengan GT 100.000 ke atas dikenakan tarif sebesar 209.434 dolar Amerika per tahun. Angka itu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tarif di Johor yang hanya 29.269 dolar Amerika.

“Singapura lebih murah lagi. Tarifnya, untuk skala yang sama, hanya 6.164 dolar Amerika per tahun,” jelasnya.

Untuk bisa menghitung berapa tarif yang dikenakan ketika berlabuh di pelabuhan Singapura, Osman mengatakan bisa mengeceknya di website NPA Port Dues Calculator. Dan untuk bisa melihat kepadatan arus lalu lintas kapal bisa dicek di website Marine Traffic.

“Maka kita dapat mengetahui angkanya dan bagaimana lalu lintas kapal di Selat Malaka. Batam itu sangat sepi,” ungkapnya.

Karena tarif yang murah tersebut, tidak heran banyak kapal yang mampir ke Singapura. Dalam setahunnya ada 201.198 kali kunjungan kapal yang bersandar ke negeri jiran tersebut. Sedangkan kapal yang mampir ke Batam hanya 6.894 kali kunjungan.

Selain berpengaruh kepada kunjungan, tarif murah tersebut mempengaruhi pemasukan. Pada tahun 2015, pelabuhan di Singapura menghasilkan Rp 2,7 triliun. Sedangkan pelabuhan di Batam hanya Rp 250 miliar.

“Masih jauh dengan Port Klang di Malaysia yang bisa meraup Rp 912 miliar,” imbuhnya. (leo)

Update