Kamis, 25 April 2024

Ada 350 Spesies Baru Flora & Fauna di Pejantan

Berita Terkait

batampos.co.id -Pulau Pejantan, Kecamatan Tambelan memiliki potensi besar untuk pariwisata. Ini setelah Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia dan hasil riset Institute of Critical Zoologists (ICZ) Jepang melakukan riset di Pulau tersebut.

Hasil riset ditemukan spesies baru. Ini bisa menjadi peluang pariwisata sekaligus pusat pengetahuan di Indonesia maupun dunia. Hal ini disampaikan Ketua Komisi II DPRD Kepri, Iskandarsyah, Minggu (26/3).

Diungkapkan Iskandarsyah berdasarkan hasil riset ICZ Jepang, mereka menemukan 350 spesies baru di Pulau Pejantan. Sedangkan hasil riset Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menemukan 93 spisies diantaranya 53 spesies sudah teridentifikasi dan 40 spesies belum teridentifikasi.

Berdasarkan hasil riset tersebut, sudah layak Pejantan dijadikan kawasan wisata alam, wisata selam (diving), wisata goa dan panjat dinding (rock climbing), wisata susur hutan (jungle tracking), dan pelepasan tukik untuk konservasi satwa penyu.

Sementara itu, Wakil Ketua Kerukunan Keluarga Tambelan di Tanjungpinang Robby Patria mengatakan, ICZ Jepang sudah melakukan penelitian selama empat tahun di Pulau Pejantan. Menurut Robby, ada sesuatu yang luar biasa di Pulau Pejantan, sampai ICZ menghabiskan waktu yang lama untuk melakukan penelitian.

“Pemerintah Daerah harus bergerak cepat untuk menata Pulau Pejantan. Dari hasil penelitian Pulau Pejantan layak menjadi kawasan konservasi,” ujar Robby.

Di pulau yang memiliki luas 927,34 hektare ini, tim menemukan spesies baru seperti tupai yang memiliki bulu tiga warna, biawak dengan corak berbeda, pepohonan di atas batu granit, dan aliran air di bawah batu granit, ekosistem mangrove, hutan pantai, hutan hujan dataran rendah, ekosistem goa batu granit, dan ekosistem terumbu karang.

Pulau Pejantan memiliki luas 927,34 Ha ini terletak di Desa Mantebung, Kecamatan Tambelan, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Pulau ini dihuni oleh 12 KK dengan jumlah penduduk 40 orang suku Melayu yang berprofesi sebagai nelayan. Fasilitas umum di pulau ini masih sangat terbatas. (jpg)

Update