Jumat, 29 Maret 2024

Tak Ada Lahan, Investor Jepang Batal Masuk ke Batam

Berita Terkait

batampos.co.id – Batam masih cukup menarik bagi para investor asing. Sayangnya, rencana investasi dengan modal ‘raksasa’ kerap urung direalisasikan karena tidak ada lahan yang tersedia.

Direktur Humas dan Promosi Badan Pengusaha (BP) Batam, Purnomo Andi Antono, mengakui hal ini. Di antara beberapa investor asing yang rencana investasinya di Batam terkendala lahan adalah Tsuneishi Group dari Jepang. Rencana investasi perusahaan shipyard asal Negeri Matahari Terbit itu dipastikan kandas karena BP Batam tak bisa menyediakan lahan seluas 40 hektare yang mereka butuhkan.

“Mereka sudah ancang-ancang. Tapi kami tak punya lahan seluas itu,” kata Andi, Rabu (29/3/2017).

Andi menyebut, saat ini memang masih tersedia lahan dengan luas total 1.800 hektare. Namun lahan tersebut tersebat di beberapa titik di Pulau Batam.

“10 hektare di sini, 20 hektare di tempat lain, terpencar. Sementara mereka maunya 40 hektare itu di satu lokasi,” terang Andi.

Lalu, pihak Tsuneishi mencoba mencari lahan dari para pengusaha yang ada di Batam. Namun pengusaha tersebut menawarkan tarif sewa lahan yang cukup mahal. Yakni 150 dolar Singapura per meter atau sekitar Rp 1.410.000 per meter per 30 tahun (kurs 1 dolar Singapura=Rp 9.400).

Tarif tersebut jauh lebih mahal dibandingkan dengan tarif Uang Wajib Tahunan Otorita (UWTO). Di mana tarif UWTO tertinggi saat ini hanya sekitar Rp 900 ribu per meter per 30 tahun. Itupun untuk lokasi paling strategis di kawasan Nagoya.

Selain tarifnya mahal, masa UWTO lahan yang ditawarkan pengusaha itu dipastikan tidak lama lagi. “Sisanya belum tentu 30 tahun. Gak ada jaminan, soalnya sudah lama (lahan itu berada di tangan pengusaha, red),” tuturnya.

Atas tawaran itu, pihak Tsuneishi Group berpikir dua kali. Sebab setelah dihitung, investasi yang harus mereka keluarkan bisa naik dua kali lipat. “Secara itung-itungan ekonomi nggak bagus. Karena harganya segitu, tak masuk lah mereka,” ungkapnya.

Menurut Andi, Tsuneishi Group sudah ditawari peluang investasi di Vietnam. Selain lahan tersedia, sewa atau harga lahan di sana jauh lebih murah dibandingkan di Batam. Namun Tsuneishi Group menolak karena menginginkan berinvestasi di Batam.

Andi mengakui, sebenarnya saat ini banyak lahan tidur yang bisa ditarik dan dialokasikan kepada calon investor yang membutuhkan lahan. Namun menurut dia, proses penarikan lahan tidak bisa dilakukan serta merta, melainkan harus mengikuti aturan dan prosedur yang ada.

“Bisa di-PTUN (digugat, red),” ucapnya.

Karena itu, dia berharap para pengusaha pemilik lahan tidur segera membangun lahannya. Jika tidak, dia menyarankan supaya segera mengembalikan ke BP Batam. Sebab masih banyak calon investor yang serius inngin berinvestasi, tetapi tak mendapatkan alokasi lahan.

Selain itu, dengan memanfaatkan lahan yang selama ini ditelantarkan, otomatis pengusaha akan membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Batam.

Saat ini, sambung Andi, BP Batam sudah memanggil sejumlah pemilik lahan tidur. Namun baru beberapa yang berkomitmen membangun lahannya dengan menyampaikan rencana pembangunan ke BP Batam.

“Tapi berapa jumlahnya, saya lupa,” kata Andi. (leo/ska/cr18)

Update