Jumat, 29 Maret 2024

Ekspor-Impor Batam Merosot

Berita Terkait

Pekerja dermaga bongkar muat barang Batu Ampar saat bekerja, Batuampar. Foto: Rezza Herdiyanto Untuk Batam Pos

batampos.co.id – Kegiatan ekspor dan impor dari hasil industri pengolahan di Batam turun drastis dalam setahun terakhir. Asosiasi Tenaga Ahli Kepabeanan (ATAK) Batam mencatat penurunan terjadi hingga 50 persen.

“Sepi. Kami melihatnya berdasarkan aktivitas pengurusan dokumen keluar masuk barang industri,” kata Ketua ATAK Kota Batam, Sunaryo, Jumat (7/4).

Sunaryo menjelaskan barang keperluan industri sudah mencakup kebutuhan galangan kapal dan manufaktur. Sepinya impor barang baku ke Batam menandakan kegiatan industri pengolahan di Batam juga tengah lesu. Dan otomatis kegiatan ekspor barang hasil industri juga menurun.

“Dulu urus dokumennya sampai kerepotan. Sekarang lengang sekali,” imbuhnya.

Kondisi ini juga berimbas pada aktivitas industri, khususnya di sejumlah perusahaan manufaktur. Banyak perusahaan yang mengurangi jumlah karyawan karena minimnya kegiatan produksi. “Dulu banyak lemburnya. Sekarang untuk produksi normal selama delapan jam sehari saja sudah sulit,” ungkapnya.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Lalu Lintas Barang Badan Pengusahaan (BP) Batam, Tri Novianta Putra, mengakui bahwa aktivitas industri pengolahan di Batam memang menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya.

“Penyebabnya adalah masalah global seperti penurunan harga minyak, hasil pertambangan, minerba dan lainnya,” jelasnya.

Imbasnya, banyak perusahaan manufaktur maupun galangan kapal di Batam sepi order. “Kita akui sangat sepi order. Karena order dari tempat lain lah yang mampu menggerakkan ekonomi dari industri pengolahan,” jelasnya.

Novi, sapaan akrab Tri Novianta, mengaku sepinya order mengakibatkan turunnya pendapatan tenaga kerja. “Jika order ada untuk perusahaan galangan kapal, oil, manufaktur, maka ekonomi Batam akan berputar. Karena nilai order-order tersebut sangat besar,” jelasnya lagi.

Pihaknya, kata Novi, tengah berupaya untuk menciptakan berbagai kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Batam. Ia mengakui investasi sebesar 441 juta dolar Amerika yang masuk saat ini lewat program Izin Investasi 3 Jam (i23J) belum cukup untuk menopang roda perekonomian. “Ternyata yang menggerakkan ekonomi Batam dari sisi order,” ungkapnya.

Dulu ada wacana untuk membangun tempat pengolahan barang tambang atau smelter di Pulau Bintan. Dengan pembangunan tersebut maka aktivitas laut akan meningkat sehingga berpengaruh pada Batam. “Namun ternyata kontur dan air di wilayah Kepri ini tidak cocok untuk pembangunan smelter,” pungkasnya.

Sebelumnya, Kepala BP Batam Hatanto Reksodipoetro juga mengakui jika aktivitas industri di Batam sedang lesu. baik industri galangan kapal maupun industri manufaktur. Penyebabnya, kata dia, karena terdampak ekonomi global yang sedang melambat.

Akibatnya, jumlah pesanan dari luar negeri ke Batam juga semakin menurun. Sehingga kegiatan impor bahan baku ke Batam sangat sepi.

“Dan otomatis ekspor hasil industri juga turun drastis,” katanya.

Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batam juga mencatat nilai ekspor-impor Batam terus menurun. Untuk ekspor Kota Batam pada bulan Desember 2016 mencapai 587,76 juta dolar AS atau mengalami penurunan sekitar 16,45 persen dibanding ekspor bulan November 2016. Begitupun bila dibandingkan dengan ekspor pada periode yang sama pada 2015, ekspor bulan Desember 2016 ini mengalami penurunan sekitar 7,59 persen.

Selama tahun 2016 lalu, nilai ekspor Kota Batam mencapai 8,41 miliar dolar AS. Realisasi tersebut turun sekitar 18,90 persen dibandingkan dengan nilai ekspor sepanjang tahun 2015.

Penurunan juga terjadi pada kegiatan impor. Pada bulan Desember 2016, impor Kota Batam tercatat mencapai 473,88 juta dolar AS atau mengalami penurunan sekitar 1,78 persen dibanding ekspor bulan November 2016. Begitupun bila dibandingkan dengan impor bulan Desember 2015, impor bulan Desember 2016 ini juga mengalami penurunan yaitu sekitar 6,77 persen.

Secara keseluruhan, nilai impor Kota Batam sepanjang tahun 2016 mencapai 6,13 miliar dolar AS atau turun sekitar 9,86 persen jika dibandingkan dengan nilai impor selama tahun 2015. (leo)

Update