Jumat, 29 Maret 2024

Novel Baswedan Dibuntuti selama Dua Minggu sebelum Disiram Air Keras

Berita Terkait

Novel Baswedan di atas kursi roda

batampos.co.id – Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan, menjadi korban penyiraman air keras usai salat subuh di Masjid Al-Ihsan, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Sebelum insiden itu, Novel mengaku merasa dibuntuti oleh beberapa orang yang tidak dia kenal.

Keterangan itu disampaikan oleh Ketua Yayasan Al–Ihsan, Abdur Rahim Hasan. Menurut pria yang akrab dipanggil Hasan itu, Novel belum lama curhat kepada dirinya.

”Dia bilang, dua minggu ini saya merasa dibuntuti,” ujarnya.

Novel enggan menceritakan kegelisahan tersebut kepada banyak orang karena tidak ingin disebut paranoid.

Bagi Hasan, insiden penyiraman air keras kemarin menjadi jawaban atas kegelisahan Novel selama ini.

”Saya jawab, Pak Novel banyak salawat. Tahu-tahu ada kejadian hari ini,” kata dia.

Pria yang mengantar Novel ke RS Mitra Keluarga Kelapa Gading itu menuturkan, curhat Novel memang bukan tanpa alasan. Beberapa hari belakangan banyak orang tidak dikenal berkeliaran di sekitar Masjid Al–Ihsan.

Ketika ditanya soal teror terhadap Novel, Hasan sontak menjawab.

”Kami sudah kenyang. Banyak orang asing berkeliaran,” ungkapnya.

Novel memang bukan kali pertama diteror. Selama berperan sebagai penyidik KPK, dia sudah berulang-ulang berhadapan dengan situasi gawat. Namun, insiden kemarin boleh dibilang paling ekstrem.

Selesai salat subuh berjamaah sekitar pukul 05.10 WIB, Novel langsung beranjak meninggalkan masjid. Dia pamit kepada beberapa jamaah yang turut salat berjamaah di Masjid Al–Ihsan.

”Pak Novel keluar dari pintu utama,” ucap Ketua Forum Musyawarah RW 10 Edy Juwono.

Namun, tidak lama setelahnya Novel teriak minta tolong. Semula, jamaah Masjid Al–Ihsan menduga persoalan biasa.

Karena itu, tidak semua jamaah keluar masjid untuk memberi bantuan. Menurut Edy hanya beberapa yang langsung membantu Novel. Salah satu diantaranya adalah Romli.

”Dia yang memapah Pak Novel,” ujarnya.

Sebelum dipapah, alumnus Akpol 1998 itu menabrak pohon nangka di depan rumah blok T nomor 11.

Rumah tersebut tidak lain milik Ketua RT 03, RW 10 Wisnu Broto. Dia termasuk salah satu jamaah yang ikut salat subuh bersama Novel. Berdasar keterangan Wisnu, seluruh jamaah bergegas keluar setelah Romli berteriak di depan pintu masjid.

”Pak Novel, Pak Novel,” kata Wisnu menirukan ucapan Romli.

Kondisi Novel saat itu sudah basah oleh air dari bak di tempat wudhu Masjid Al–Ihsan.

”Pak Novel kesakitan. Teriak keras sekali. Sampai semua tetangga bangun,” jelas Wisnu.

Meski begitu, Novel tetap sadar. Dia bahkan sempat ingin mengejar pelaku namun ditahan oleh jamaah yang menolongnya.

”Saya dan Pak Hasan yang bawa ke rumah sakit,” kata dia.

Penyiraman air keras kepada Novel berlangsung sangat cepat. Tidak heran beberapa warga merasa insiden tersebut sudah direncanakan secara matang. Apalagi, beberapa hari belakangan tidak jarang warga melihat orang tidak dikenal. Sutrisno, 55, seorang warga yang tinggal tidak jauh dari rumah Novel menyebutkan, pelaku sudah tahu jalan.

”Kabur ke arah jalan yang tidak diportal,” jelasnya.

Meski tidak melihat secara langsung, Sutrisno mendapat informasi bahwa pelaku sudah bolak-balik di sekitar Masjid Al–Ihsan sejak sebelum salat subuh berjamaah mulai.

”Ada yang lihat sekitar jam setengah lima kurang seperempat,” ungka dia.

Namun, demikian identitas keduanya tidak diketahui. Sebab langit masih gelap.

”Yang kelihatan dua-duanya laki-laki,” imbuhnya.

Atas insiden yang menimpa Novel, Lurah Pegangsaan Dua, Abdul Buang mengaku kecolongan.

”Kejadian setelah subuh. Beberapa portal sudah dibuka,” ujarnya.

Dia berjanji bakal lebih ketat mengawasi wilayahnya. Termasuk di antaranya menggiatkan siskamling. Sehingga kejadian serupa tidak terulang. (syn/jpgroup)

Update