Rabu, 17 April 2024

Pak Menteri, Kepri Perlu Tempo 2 Tahun untuk Siapkan Kelas

Berita Terkait

ilustrasi

batampos.co.id – Kepala Bidang Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Disdik Kepri, Atma Dinata, sistem sekolah dua shift di Kepri tidak bisa dihapus begitu saja. Setidaknya, kata dia, perlu waktu dua tahun untuk mempersiapkan diri menyambut kebijakan Kemendikbud itu.

“Tentu membutuhkan proses. Karena terbatasnya daya tampung sekolah,” ujar Atma di Tanjungpinang, Jumat (14/3).

Atma mengakui, sistem sekolah dua shif -atau bahkan tiga shift- sangat merugikan siswa. Sebab jam belajar mereka menjadi sangat singkat. Apalagi bagi yang masuk di shift sore, suasana belajar mengajar dipastikan tidak kondusif lagi.

Dia mengatakan, aksesabilitas dan kualitas pendidikan menjadi catatan penting dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kepri 2016-2021. Pihaknya berencana membangun setidaknya 300 ruang kelas baru (RKB) dalam kurun waktu tiga tahun ke depan.

Tahun ini, Disdik Kepri berencana merampungkan pembangunan sembilan sekolah baru. Baik itu SMA, SMK, maupun Sekolah Luar Biasa (SLB).

“Di Batam kebagian pembangunan SMA Negeri 18, 19, 21, dan SMK Belungut. Selain itu ada juga satu unit SLB di Batam,” jelas Atma.

Sementara untuk Karimun, Disdik Kepri akan membangun satu SMA, satu SMK di Kundur, dan satu SLB.  Kemudian di Kabupaten Lingga akan dibangun satu SLB. Sedangkan untuk Tanjungpinang akan dilanjutkan pembangunan satu SMA dan SMK.

Disdik Kepri juga terus menambah jumlah ruang kelas baru (RKB). Tahun ini ada 96 RKB yang akan diselesaikan pembangunannya. Pembangunan sarana pendidikan, kata Atma, memang menjadi prioritas karena anggaran untuk Dinas Pendidikan dalam APBD Kepri 2017 ini cukup besar, yakni Rp 584,45 miliar.  (cr17/rng/cr13/jpg/cr18)

Update