Jumat, 29 Maret 2024

RM Mahkota Bundo Berani Bumbunya

Berita Terkait

Suasana Rumah Makan Mahkota Bundo yang berlokasi di Komplek Rumah Toko Mahkota Niaga Blok B nomor 15-16 Jalan Raja Isa, Batamkota. F. Yusuf/batampos.

batampos.co.id – Meski rumah makan Padang sudah bertaburan di Kota Industri ini, Hilda dan Nurhafiza sepakat membuka rumah makan serupa. Kata sang koki Nurhafizah, yang membedakan RM Mahkota Bundo dengan lainnya adalah menu khas Minangnya lengkap dan berani bumbu.

“Semua menu yang ada di Padang, Mahkota Bundo menyediakan. Satu tempat semua ada, jadi gak pulang kampung sudah terobati kangennya di sini,” Nurhafizah, 50, membuka pembicaraan, Minggu (9/4) lalu.

Perempuan asal Bukittinggi, Sumatera Barat itu, ditemani rekan bisnisnya Hilda Dewiza, 47, duduk di meja segi empat yang disusun tiga sehingga membentuk meja persegi panjang, di siang yang hangat itu.

Mereka berdua bekerjasama mengelola Rumah Makan Mahkota Bundo yang berlokasi di Komplek Rumah Toko Mahkota Niaga Blok B nomor 15-16 Jalan Raja Isa, Batamkota. Hilda, begitu Hilda Dewiza biasa disapa, dulunya adalah pemilik Warung Batok di DC Mall dan Pelita (2004-2008), dengan menunya yang terkenal soto ceker dan sop tulangnya.

Hilda mengatakan naluri bisnisnya muncul kembali setelah melihat perkembangan dunia kuliner di Yogyakarta yang maju, padahal, menurutnya, banyak yang biasa saja. “Buka usaha masakan Padang karena selama tinggal di Jogja gak nemu masakan Padang yang cocok di lidah,” ungkap notaris lulusan Magister Kenotariatan Universitas Gajah Mada, Jogjakarta itu.

Maka ketika di pulang ke Batam, dia mencari partner untuk membuka rumah makan Padang. Dan bertemulah dengan Nurhafizah pemilik RM Pondok Yulif atau Ngarai Sianok di dekat Hotel Goodway, Nagoya. Dimana ketika itu ruko yang disewanya telah habis kontrak.

Rumah makan berlantai dua dengan warna cat dominan kuning itu dikonsep menjual masakan Padang dan seafood. Berkapasitas seratusan tempat duduk, punya ruang VIP berpendingin udara yang bisa menampung hingga 30an orang, dan punya musala di lantai dua.

Apa yang disampaikan Nurhafiza, memang benar, di Mahkota Bundo terdapat 34 menu dari olahan daging, ayam, ikan, belut, bebek, kikil atau tunjang, telur, ikan salai, babat, sayur, hingga daging kambing yang dipajang di etalasenya. Dari dendeng, rendang, cincang, gulai, bakar, goreng sambal, hingga sambal hijau. “Pokoknya semua masakan khas Minang ada di sini, namun di sini istimewa karena kami berani bumbu,” ujar Uni, begitu Nurhafiza akrab disapa pelanggannya.

Kata Uni, bumbu yang pas akan menjaga kualitas rasa, “termasuk pemilihan ikan, daging, ayam dan bahan baku lainnya.”

“Karena ada juga orang yang sengaja mengurangi bumbu dan memilih bahan yang kualitasnya kurang baik untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Misalnya ayam beku, itu sudah mengurangi rasa karena kualitas kaldunya tak seperti ayam segar. Rasanya pasti lari,” tuturnya. “Sama dengan ikan, kalau ikannya segar kaldunya pasti enak,” imbuhnya.

Gulai kikil atau tunjang misalnya, Uni memilih bagian kenyal dari kaki sapi itu dengan selektif. Dia tidak mau mencampur kikil dengan kulit. “Karena ada juga yang mencampurnya, rasanya ya pasti beda,” katanya.

Sementara untuk gulai kambing disajikan khusus di hari Jumat. Alasannya karena hari tersebut jam istirahat perkantoran lebih lama dari hari biasa. “Kalau sayur yang istimewa di sini gulai kapau,” lanjutnya. Gulai kapau berisi sayur nangka, kol dan kacang panjang yang digulai. (ryh)

Update