Jumat, 19 April 2024

Harga Karet Tidak Stabil

Berita Terkait

batampos.co.id – Ketidaksetabilan harga karet di Kabupaten Lingga membuat seluruh petani karet bimbang untuk meningkatkan produksi karet atau memperluas pembukaan lahan untuk budidaya karet lebih banyak lagi. Baru saja beberapa pekan silam karet dibandrol Rp 10 ribu per kilo di pasaran, sekarang harga karet hanya mencapai Rp 6 ribu.

“Sekarang harga karet sudah di harga Rp 6 ribu, cepat sekali turunnya. Kalau harga sudah turun, mau naik lagi itu yang lama,” ujar Ansori salah seorang petani karet di Desa Brindat, Rabu (26/4) pagi.

Di Kabupaten Lingga tidak seperti di daerah lainnya yang memiliki perusahaan pengolahan karet. Di Tanah Bunda Melayu ini, petani karet hanya dapat bergantung pada pengepul karet. Para pengepul juga menentukan harga karet yang mereka beli dari petani.

Selanjutnya, pengepul akan menjual hasil karet tersebut ke Provinsi Jambi untuk diolah. Menurut Kepala Dinas Perindustrian Kabupaten Lingga, Mizamil Ismail, setiap bulannnya karet yang keluar dari Tanah Bunda Melayu kurang lebih sebanyak 1000 ton.

“Hingga saat ini se-tahu kami belum ada produksi pengolahan karet di sini (kabupaten Lingga, red), karena belum ada laporan yang masuk,” kata Muzamil.

Lebih lanjut Muzamil menyampaikan, karena tidak adanya perusahaan pengolahan karet di Kabupaten Lingga, membuat harga karet mengikuti harga pasaran yang berlaku di tempat penjualan karet tersebut seperti di Jambi.

Namun Muzamil tidak menyangkal jika ada satu perusahaan pengolahan karet yang baru berdiri di Marok Tua, Singkep Barat, walau hingga saat ini dia belum menerima laporan terkait perizinan industrinya. Walau demikian Mizamil menyangka kalau perusahaan tersebut telah mengantongi izin dari dinas perizinan.

“Maksud saya jika pemilik perusahaan mau sharing pendapat kepada kami pasti kami membantu untuk tujuan meningkatkan pendapatan masyarakat petani karet,” ujar Muzamil.

Sementara itu, pemilik perusahaan karet di Marok Tua, Bebi mengatakan, mereka baru akan berjalan namun kafasitas mesin penggiling karet masih belum mampu beroperasi secara maksimal. Masih banyak kendala yang dihadapi sehingga masih membutuhkan waktu lebih lama lagi untuk dapat beroperasi secara maksimal.

“Maklumlah kami hanya mampu menggunakan mesin rakitan, sehingga masih banyak kendala,” ujar Bebi kepada Batam Pos.

Beberapa pekan beroperasi, Bebi mengaku hanya dapat mengolah 200-300 ton karet per-bulan. Dalam masa operasi tersebut, dia juga mengakui kalau harga karet yang diterimanya tidak stabil. Seperti saat ini dia mengaku harga karet tergolong murah. (wsa)

Update