Selasa, 16 April 2024

Dua Tahun Pembangunan Kebun Raya Batam Tersendat

Berita Terkait

Impian Batam memiliki kebun raya sudah di depan mata. Lahan seluas 86 hektare di Nongsa mulai disulap sejak 28 Agustus 2014 lalu. Namun impian itu nyaris hancur. Anggaran dikorupsi, pembangunan terhenti 2 tahun. Bagaimana kondisinya kini?

Menemukan Kebun Raya Batam (KRB) sebenarnya tak sulit. Cukup memacu kendaraan ke arah Nongsa. Setelah melalui Mapolda Kepri ada pertigaan, ambillah jalan ke kiri menuju arah Motigo Resort dan Batam View. Tepatnya jalan Hang Lekiu KM 4 di sebelah kanan jalan.

Bisa juga mengambil jalan lurus menuju Turi Beach Resort dan Nongsa Point Marina. Beberapa kilo meter dari dua resort itu bisa ditemukan lokasi Kebun Raya Batam di kiri jalan.

Menurut data Dinas Perumahan, Pemukiman, dan Pertamanan Kota Batam, jika start dari Bandar Hang Nadim jaraknya hanya 11 Km, dari Batam Centre 21,8 Km, dari Nagoya 24 Km, dan dari Nongsa Point Marina hanya berjarak 1,5 Km.

Namun jangan terkejut dan jangan menyangka jika area Kebun Raya Batam itu sudah seperti Kebun Raya Bogor yang memiliki pohon menjulang, tumbuhan lebat, danau, jembatan, dan hamparan hijau dengan beragam ukuran rusa di hamparan hijau itu. Kebun Raya Batam masih berbentuk semak belukar. Bahkan di beberapa sudut terlihat bukit-bukit gersang. Belum tampak seperti kebun raya.

Satu-satunya petunjuk kalau area itu Kebun Raya Batam adalah gerbang masuk yang bertuliskan: Kebun Raya Batam. Letter board ini terbuat dari beton berukuran besar yang baru dibuat setelah prahara kasus korupsi di pembangunan kebun raya ini rampung.

Sebelumnya, sejak dimulai pembangunan 28 Agustus 2014 lalu, tidak ada palakat yang menunjukkan kawasan itu adalah Kebun Raya Batam.

Saat Batam Pos berkunjung, Kamis (4/5) pekan lalu, pemandangan menyedihkan tersaji di area Kebun Raya Batam ini. Saat memasuki pintu gerbang, langsung dihadapkan kondisi jalan masuk yang belum beraspal, bahkan tergerus oleh air hujan hingga menyisakan alur aliran air dan lubang yang mengangga.

Sekitar sepuluh meter dari jalan utama, ditemukan bangunan kantor pengelola yang kondisinya kurang terawat. Bahkan menjadi sarang burung. Beberapa dindingnya retak.

Ada area parkir yang tak terawat. Dari tempat ini bisa melihat secara kesuluruhan Kebun Raya Batam yang gersang itu. Dari sana juga terlihat sebuah embung, sejenis daerah tangkapan air hujan yang luasnya sekitar 2 hektare. Dari sanalah sumber air untuk menyiram tanaman di area pembibitan kebun raya tersebut.

Didekat embung terdapat bedeng-bedeng kecil yang menjadi tempat istirahat para pekerja yang memelihara tanaman. Di sana juga terdapat ribuan tanaman yang akan ditanam. Hanya area pembibitan tanaman ini yang tampak hijau dan terurus karena memang ada beberapa orang dari Kebun Raya Bogor yang memberi perhatian di area pembibitan.

Sedangkan di rumah kaca kondisinya lebih parah. Lampu-lampu di rumah kaca sudah tak ada lagi. Karena jatuh dan pecah.

Secara umum, fasilitas fisik di area ini banyak yang rusak. Padahal pada 28 Agustus 2017 mendatang sudah 3 tahun sejak peletakan batu pertama oleh Almarhum HM Sani.

Praktis hanya ada empat bangunan fisik yang telah berdiri. Yakni bangunan kantor yang luasnya tak lebih dari luas kantor camat Nongsa. Area pembibitan aneka tumbuhan termasuk rumah kaca, dan bangunan kecil tempat istirahat pekerja, dan embung.

Padahal, kebun raya ini digadang-gadang jadi tempat edukasi ilmu tumbuhan dan pariwisata. Seluruh jenis tumbuhan yang ada di Kepri bakal mudah ditemukan di kebun raya yang dibangun atas kerjasama KemenPUPR, BP Batam, Pemko Batam, LIPI, dan Kebun Raya Bogor.

Ya, dua tahun terakhir pembangunan di Kebun Raya Batam ini terhenti. Semua akibat kasus korupsi yang mendera kontraktor dan pejabat terkait pembangunan kebun raya ini.

Sekadar mengingatkan, tahap awal pembangunan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR) telah menggelontorkan dana sebesar Rp 21,8 miliar pada 2014, dari total anggaran sekitar Rp 800 miliar.

Namun, di tahap awal pembangunan itu, KemenPUPR bersama penegak hukum (Kejati Kepri) mencium aroma korupsi setelah mendapati bangunan kantor dan beberapa bagunan lainnya di Kebun Raya Batam tak sesuai dengan spesifikasi.

Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Kepri kemudian ditugaskan melakukan audit. Hasilnya mengejutkan, ditemukan kerugian negara sebesar Rp 6, 947 miliar.

Tiga orang yang paling bertanggungjawab kemudian diseret ke pengadilan. Mereka adalah One Indirasari merupakan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari KemenPUPR. Kemudian M Zaini Yahya, manager proyek sekaligus subkon PT Arah Pemalang. Terakhir Yusirwan, direktur utama PT Asfri Putra Rora yang menggarap proyek tersebut di Nongsa.

Dalam sidang tuntutan ketiga terdakwa dituntut selama satu tahun enam bulan (18 bulan) oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) dari Kejaksaan Tinggi (Kejati) Kepri saat sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Tanjungpinang, Senin (14/12/2015) lalu.

Selain tuntutan itu, ketiga terdakwa juga dikenakan denda Rp 50 juta, subsider tiga bulan kurungan, serta uang pengganti kerugian negara sebesar Rp 2,742 miliar.

Sebelum putusan, Yusirwan mengembalikan kerugian negara senilai Rp 2,742 miliar kepada Kejati Kepri. Zaini mengembalikan Rp 360 juta. Sehingga total keseluruhan uang kerugian negara yang telah dikembalikan para terdakwa mencapai Rp 3,102 miliar dari Rp 6, 947 miliar kerugian negara.

Ketiganya kemudian divonis ringan pengadilan Tipikor Kepripada 29 Desember 2015. Zaini diganjar satu tahun penjara dan denda Rp 50 juta subsider satu bulan kurungan. Vonis ini lebih rendah dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang meminta Zaini dihukum satu tahun enam bulan penjara dan denda Rp 50 juta subsider tiga bulan kurungan.

One Indirasari juga diganjar penjara satu tahun dan denda Rp 50 juta subsider satu bulan kurungan. Sementara Yusirwan divonis hakim  lebih berat, yakni penjara satu tahun tiga bulan dan denda Rp 50 juta subsider satu bulan kurungan.

Selain hukuman badan, terdakwa Yusirwan juga dijatuhkan hukuman untuk membayar uang pengganti kerugian negara sebesar Rp 5,028 miliar. Dengan ketentuan jika terdakwa tidak mengganti dalam waktu satu bulan sejak putusan maka harta benda terdakwa akan disita oleh Jaksa.

Vonis ringan itu membuat para koruptor ini sujud syukur. Sementara, selama proses hukum ketiga orang tersebut, pembangunan Kebun Raya Batam terhenti hingga akhir 2016. Padahal, rencananya Kebun Raya Batam ini akan diresmikan pengoperasiannya akhir tahun 2017 ini.

Pengawas pembibitan Kebun Raya Bogor, Supandi, yang ditemui di Kebun Raya Batam Kamis pekan lalu enggan bicara soal kasus korupsi yang melanda proyek di Kebun Raya Batam itu. Baginya, ia dan beberapa orang timnya dari Kebun Raya Bogor khusus bertugas di bagian pembibitan, bukan di bagian pembangunan fisik dan fasilitas kebun raya. “Itu porsinya KemenPUPR,” katanya.

Koleksi 10 Ribu Jenis Tanaman

Terlepas dari kasus korupsi yang membuat pembangunan fisik proyek ini terhenti 2 tahun, masih ada setitik harapan untuk melihat wujud kebun raya ini. Setidaknya bisa dilihat dari penyiapan tanaman yang akan menghijaukan Kebun Raya Batam. Apalagi, yang memimpin bagian pembibitan langsung Pengawas Pembibitan dari Kebun Raya Bogor, Supandi.

“Mungkin saya tak bisa menikmati kebun ini, tapi mungkin anak atau cucu saya bisa melihatnya. Sebab menanam itu dengan hati, jadi tak masalah akan gaji,” ujar Supandi, saat menggali lubang untuk menanam pohon pelindung di sepanjang jalan masuk Kebun Raya Batam, Kamis (4/5).

Supandi sebenarnya utusan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang bertugas memberikan pengetahuan bagi pemerintah daerah tentang bagaimana cara menyemai bibit, menanam, merawat, dan mengelola kebun raya. LIPI sengaja mendatangkan ahlinya, agar pemerintah daerah bisa mendirikan tonggak pertahanan terakhir alam.

Dijelaskan pria tiga anak tersebut, tonggak terakhir alam itu merupakan pertahanan buatan manusia. Bila suatu saat nanti, hutan-hutan lindung atau hutan cagar budaya rusak, masih ada kebun raya yang menjadi rumah untuk tumbuh-tumbuhan.

“Setidaknya kebun raya ini masih bisa dinikmati generasi masa depan. Mereka bisa tahu kalau tanaman ini pernah ada di hutan-hutan yang saat itu mungkin sudah beralih fungsi menjadi pemukiman,” ucapnya.

Sambil berbincang dengan wartawan koran ini, pria yang akrab disapa Pandi itu terus mengemburkan tanah untuk Pohon Bungur, sejenis pohon yang bisa jadi peneduh bagi pengunjung Kebun Raya Batam nanti.

“Tak gampang membangun kebun raya, tempat saya bekerja saja (Kebun Raya Bogor,red) masih terus berbenah hingga saat ini,” ucapnya.

Untuk membangun kebun raya, kata Pandi, bagian pembibitan cukup memegang peranan penting. Karena akan terlihat menjadi sebuah lelucon, bila kebun raya tanpa tanaman.

Untuk mendapatkan bibit di kebun raya, ada beberapa teknik yang bisa digunakan. Mulai dari pengambilan biji, ekplorasi, side exchange, spontan, dan perbanyakan.

“Ayok kita pindah ke sana,” ujar sambil bergerak menuju sebatang pohon yang cukup rindang.

Walau sudah berumur, tak terlihat raut wajah letih dari pria yang sudah puluhan tahun berkecimpung di dunia tumbuh-tumbuhan tersebut. Sesampai di bawah pohon tersebut, Pandi melanjutkan penjelasan tata cara pengambilan bibit.

“Pengambilan biji itu dengan cara menanam biji yang diambil dari suatu tempat. Biasanya sistim pengambilan biji untuk tanaman yang ortodoks relkasitan. Tumbuhan yang bijinya bisa tahan lama,” jelasnya. Sementara sistim ekplorasi, kata Supandi cara mengambil bibit langsung dari alam.

Tenaga Pendamping yang juga didatangkan dari Kebun Raya Bogor, Apep Prihidayat, menambahkan sudah ada beberapa jenis tanaman yang sudah di tanam yakni palem. “Tempatnya sudah ada, bulan ini kami sudah mulai menanam,” tuturnya.

Namun Apep juga enggan berkomentar seputar kasus korupsi yang mendera proyek besar ini. Sebagai pekerja yang mengurusi tanaman, fokusnya hanya pada tanaman.

Ia dan tim bahkan sudah mengumpulkan 10 ribu jenis tanaman dari berbagai daerah di Kepri. Sekitar 3.000 ribu tanaman belum teridentifikasi secara jelas. Namun sebanyak 7.000 sudah diketahui jenis dan genusnya.

Apep menjelaskan 7.000 spesimen teridentifikasi itu terdiri terdiri dari 112 famili, 301 marga, 394 jenis, 526 sp, 65 indermined, dan 3 genup. Lalu  ada 404 spesimen anggrek. “Anggrek yang dimiliki ada 1 famili, 24 marga, 30 jenis, 12 spesies,” jelasnya.

Beberapa anggrek dimiliki Kebun Raya Batam, termasuk jenis langka yang dilindungi dan kelak akan jadi primadona di kebun tersebut. Tak hanya itu, pihaknya saat eksplorasi tanaman di Karimun Anak berhasil menemukan satu spesies cukup langka dan termasuk dari keluarga tumbuhan bunga bangkai. “Jenisnya sama, dari keluarga Amorpopalus,” ungkapnya.

Selain Amorpopalus,  Kebun Raya Batam memiliki koleksi 10 tanaman yang dilindungi dan langka. Tanaman yang menjadi primadona tersebut yakni Vatica venulosa, Hopea Bancana, Aquilaria Malaccenis, Aquilaria hirta, Calophyllum soulatrii, Instia bijuga, Pteocarpus indicus dan Claderia viridiflora.

“Kalau bahasa daerahnya itu, Meranti, gaharu, Bintangur, Angsana dan Anggrek tanah. Tanaman-tanaman ini akan jadi daya tarik kebun raya,” ujarnya.

Apep mengatakan ada dua jenis tanaman yang ditempatkan dalam satu kawasan yang sama. “Palem dan Nephantes. Kebun Raya Batam juga akan memiliki taman Palem dan Nephantes,” ucapnya.

Selain itu, ada juga taman bakau seluasa 16 haktare. Pohon bakau di area ini tumbuh secara alami. “Ada sekitar 6 jenis bakau, tapi belum dipetakan secara pasti. Di dalamnya juga ada berbagai hewan yang hidup,” tuturnya.

Apep menambahkan, Kebun Raya Batam akan didominiasi oleh tumbuh-tumbuhan yang ada di daerah pesisir dan pulau-pulau kecil yang ada di seluruh Kepaulauan Riau. Sehingga fokus ekplorasi diadakan di daerah Kepri.

“Ekplorasi ini kami turun langsung memetakan tanaman apa yang ada di suatu daerah. Contoh Bintan, dari pemetaan kami, daerah yang kaya akan jenis tanaman ada di Gunung Bintan,” ucapnya.

Selain eksplorasi, ada sistim side exchange yakni pertukaran bibit dengan kebun raya lain.”Terakhir itu perbanyakan,” ungkapnya.

Pria lajang tersebut mengatakan, menanam bibit di kebun raya tak sama dengan cara para petani atau peladang. “Tanaman disini semuanya punya KTP loh,” ungkapnya.

Kartu Tanda Penduduk? “Semacam itulah,” jawabnya sembari tersenyum.

Apep yang sudah dua tahun di Batam menemani petugas dari Dinas KP2K Batam menerangkan KTP yang dimaksud hampir mirip dengan kartu pengenal milik warga negara Indonesia.

KTP tanaman yang ada di Kebun Raya Batam, menjadi diberikan pada setiap tanaman yang ada di Batam yang diambil dengan sistem pengambilan biji, eksplorasi, side excange, spontan, dan perbanyakan.

“Masih bingung yah,” ucapnya.

Urip seorang pekerja sedang mengerjakan tugu nama Kebun Raya Batam di Kselurahan Sambau Kecamatan Nongsa, Kamis (4/5). F Cecep Mulyana/Batam Pos

Apep mencontohkan bibit yang diambil dengan sistem ekplorasi, waktu pengambilan itu dicatat. Selain itu juga dilakukan pencatatan tingginya saat diambil, koordinat pengambilan, ciri fisik, PH tanah, kelembaban udara, suhu, dan juga nama lokal tanaman tersebut.

“Selain itu disertakan manfaat tanaman itu dan jumlahnya. Nanti akan dicatat dalam bentuk kode. Setelah itu kode itu di gantungkan pada tanaman, itulah KTP mereka,” tuturnya.

Sementara itu, sistim pengambilan biji, tanaman perlu akte. Menurut Apep, akte lahir tanaman ini mencatat kondisi tanaman perpriodenya, mulai dari biji hingga tumbuh tunas dan daun. “Itu sangat penting, sebab akan memudahkan para peneliti atau yang ingin mengetahui proses kehidupan tanaman tersebut,” ujarnya.

Apep menyebutkan bahwa inilah yang dimaksud oleh Supandi, Kebun Raya Batam adalah gudang ilmu pengetahun tumbuhan. “Segala hal tentang tumbuhan, bagaimana cara tumbuhan itu berkembang biak juga kami catat. Sehingga bila Kebun Raya Batam dikunjungi anak sekolahan,maka mereka akan mendapatkan pengetahuan berlimpah,” tuturnya.

Perkataan Apep ini diamini Supandi. “Di Kebun Raya Bogor, tak hanya jadi tempat wisata semata, tapi juga pembelajaran. Bukan mahasiswa IPB saja, tapi anak SMA, SMP, SD, dan juga masyarakat umum lainnya,” ungkap Supandi.

Kebun anggrek kata Apep akan difokuskan di rumah kaca. “Rumah kacanya masih belum bisa didiami, jadi anggreknya kami titipkan dulu di Hutan Mata Kucing,” ungkapnya.

Selain kebun anggrek, nantinya Kebun Raya Batam akan memiliki hutan mangrove seluas 16 haktare. “Hutan ini juga ada lutung, menjadi penyemarak Kebun Raya,” ucapnya.

Baik Apep maupun Supandi, berharap Kebun Raya Batam bisa menjadi sesuatu kebangaan bagi masyarakat Kota Batam. “Kalau bisa mengalahkan dome flowernya milik Singapura, saya tak sabar menantinya,” pungkas Pandi.

Apep bahkan mengatakan saat ini Kebun Raya Batam sudah memenuhi beberapa fungsinya. Sesuai dengan aturan yang ada, Kebun Raya memiliki fungsi sebagai konservasi lingkungan, penelitian, pendidikan, dan jasa lingkungan. Tinggal fungsi wisatanya yang memang belum jalan.

“Poin pertama hingga terakhir sudah terlaksana di sini. Konservasi sudah dilakukan, penelitian sedang berjalan, pendidikan juga. Karena ada beberapa sekolah datang ke sini,” katanya.

Siapkan Anggaran Rp 5 Miliar

Menteri PUPR Basoeki Hadimoeljono juga prihatin dengan terbengkalainya pembangunan Kebun Raya Batam akibat digerogoti koruptor dari kementerian yang ia pimpin bersama kontraktor pemenang tender proyek tersebut.

“Itu ulah mereka, makanya pembangunan terbengkalai,” kata Basoeki usai peletakan batu pertama pembangunan asrama mahasiswa di Kampus Batan Tourism Politecnic (BTP) di Sekupang, Jumat (5/5) pekan lalu.

Namun Basoeki berjanji akan meneruskan pembangunan Kebun Raya Batam. Tahap pertama ini, pihaknya akan melakukan renovasi bangunan yang telah dibangun sebelumnya.

“Ada beberapa infratruktur seperti pagar, gedung, kantor, dan paranet. Intinya semua yang sudah terbangun beberapa waktu lalu akan kami renovasi,” tegas Basoeki.

Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Endra Atmawidjaja menambahkan saat ini masih dalam tahap review desain bagian-bagian yang akan direnovasi. “Setelah itu baru lelang dan diperkirakan pembangunan fisik dimulai pada Juli mendatang,” ujarnya.

KemenPUPR juga telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 5 miliar pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2017 ini. Sebelumnya, pemerintah mengajukan Rp 13 miliar namun harus dipangkas karena adanya pembangunan infrastruktur dan sarana Asean Games di Palembang.

Dia menargetkan proses renovasi bisa selesai pada akhir tahun ini, karena Pemerintah Kota Batam bersama dengan LIPI akan melakukan launching dua taman yang tengah dalam pengerjaan.

“Ya minimal harus ada perubahan bentuk dari yang sekarang, apa yang mau dilaunching kalau infrastruktur tidak ada, itulah kan kami kejar pengerjaannya,” terang pria berkemaja putih ini.

Selain proses pembangunan, pihaknya juga sangat berhati-hati dalam memilih kontraktor yang akan mengerjakan proyek Kebun Raya Batam ke depannya, agar tak dikorupsi lagi.

“Karena biaya yang dikeluarkan untuk penyelesaian Kebun Raya Batam tidak sedikit,” sebutnya.

Endra menyebutkan untuk  pembangunan fisik saja, bisa menghabiskan dana hingga Rp 50 miliar. Karena itu KemenPUPR sangat berhati-hati dalam lelang kali ini. Dia mengungkapkan Kebun Raya Batam merupakan salah satu yang terbesar di Indonesia, dan kelanjutan pembangunan menjadi perhatian pemerintah.

Kebun Raya Batam akan berisi tanaman pesisir se-Kepri yang menjadi ikon kebun raya ini. Selain itu, Kebun Raya Batam juga akan diisi berbagai tanaman dari daerah lain.

Kebun Raya Batam harus segera digenjot pembangunannya sebab tahun 2018 nanti pihaknya juga akan mengajukan anggaran untuk kelanjutan pembangunan bagian lainnya di kebun raya ini.

“Untuk jumlahnya belum tahu, karena harus melihat masterplan Kebun Raya Batam  yang jelas Kebun Raya Batam harus selesai pembangnunannya,” tutup dia. (juanda/osias/yuli/adian)

Update