Jumat, 29 Maret 2024

Mengingat Kembali Perjalanan Sang Buddha

Berita Terkait

Umat Buddha pada perayaan Hari Raya Trisuci Waisak 2561 di Vihara Duta Maitreyawira, Seipanas Batam, Kamis (11/5).Perayaan Hari Raya Trisuci Waisak 2561 berlangsung khidmat dan lancar yang dihadiri riibuan umat Buddha. F Cecep Mulyana

batampos.co.id – Hari Raya Trisuci Waisak 2561 berlangsung khidmat dan lancar di Vihara Duta Maitreyawira, Seipanas, Kamis (11/5). Ribuan umat Buddha sudah berkumpul sejak 11.00 WIB untuk memperingati tiga peristiwa suci oleh Buddha Sidharta Gautama dalam mengamalkan agama buddha.

Pertama adalah kelahiran kembali Budha Siddharta Gautama ke dunia yang merupakan kelahiran ke-500 kali dalam perjuangan dia menemukan kebenaran dan menuntun umat manusia dalam menemukan kebenaran.

“Kita berharap umat yang hadir di sini bisa meresapi, bahwa kita hidup di dunia ini tujuannya berbagi kebaikan dan hidup untuk saling kontribusi kepada sesama manusia,” kata Pengurus Harian Vihara Maha Vihara Duta Maitreya, Liyas Masri.

Kedua adalah proses perjuangan Buddha Gautama untuk menemukan kebenaran sejati yang akan menjadi pembelajaran umat manusia.

“Buddha meninggalkan istananya, berguru dan bertapa hingga akhirnya mencapai penerangan agung di bawah Pohon Bodhi,” jelasnya.

“Mendapatkan penerangan yang membebaskan manusia dari penderitaan. Selama 45 tahun, beliau menyampaikan kebaikan tersebut kepada manusia,” tambahnya.

Buddha percaya setiap orang punya benih Buddha, sehingga punya kebaikan di dalam dirinya untuk bisa dibagikan kepada sesama manusia. Selama penyebaran tersebut, Buddha pun mencapai Parinibbhana atau disebut dengan wafat agung. “Karena beliau mempunyai jasad dan ragawi, yang mana tidak lepas tidak kekal. Beliau akhirnya mencapi Parinibbhana,” terangnya.

Dari tiga peristiwa ini, kata Liyas manusia lahir di dunia harus ada panggilan untuk berbuat baik kepada sesama manusia. Manusia harus bisa menemukan kebenaran yang ada di dalam hati, dikembangkan dan disebarkan.

“Itu semua membutuhkan perjuangan tanpa pamrih, hingga akhirnya kita meninggalkan dunia ini.  Inilah yang dinamakan perjalanan hidup yang tidak sia-sia,” ungkapnya.

Melalui prosesi yang dilaksanakan tepat Hari Waisak ini, mulai dari sujud bakti, persembahan lilin dan bunga, mendengarkan wejangan singkat hingga pemandian arca buddha. “Berbagai prosesnya ini adalah cara untuk memperingati Trisuci Buddha tadi,” ucapnya.

Selain prosesi ini, umat Buddha juga mengenal Pancasila Buddhis. Lima aturan hidup, yakni menghindari pembunuhan, mencuri, berbuat asusila, berbohong dan mabuk-mabukkan. Sebagai cerminan hati buddha yang memiliki cinta kasih kepada kehidupan, umat buddha juga melaksanakan budaya vegetarian.

Bazaar vegetarian ini bertujuan untuk memberikan pengalaman bagi yang belum menjalani, memberikan variasi kepada mereka yang sudah menjalani. “Budaya bervegetarian ini adalah salah satu cara mengamalkan Pancasila Buddhis, yakni menghindari pembunuhan dan menghormati setiap elemen kehidupan,” kata Liyas.

Acara terakhir adalah malam kesenian pada pukul 18.30 WIB. Tujuannya sama menyampaikan tujuan Buddha.

“Kita datang ke dunia untuk mendapatkan yang berharga dan kemudian berbagi kepada orang lain agar hidup tidak sia-sia. Tentunya saat ini, harus disesuaikan dengan cara berbeda tapi dengan tujuan yang sama. Disesuaikan dengan jalan kita masing-masing, caranya berbeda-beda tiap orang,” bebernya.

Mengenai malam kesenian, Humas Maha Vihara Duta Maitreya, Alvin O Yolanda mengatakan diisi dengan puisi, tarian dan drama. Dimainkan oleh aktivis muda mudi dan senior dan akan berlangsung selama dua jam.

Sebelumnya, proses ibadah Waisak langsung dihadiri oleh Kepala Pembinaan Masyarakat (Bimas) Buddha Kota Batam, Eko Prayogo.

“Karena kegiatan ini berlangsung sehari ini hingga malam, diperkirakan umat Buddha yang hadir sekitar 10 ribu orang,” ujarnya.

Untuk keamanan, kata Liyas sudah berjalan dengan baik. “Kami ucapkan terimakasih kepada pemerintah sudah hadir dan memberikan rasa aman kepada umat buddha yang menjalankan ibadah,” pungkasnya. (cr18)

Update