Jumat, 29 Maret 2024

Ekonomi Kepri Lemah karena Net Ekspor Turun

Berita Terkait

Ilustrasi ekspor. Foto: istimewa

batampos.co.id – Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kepri, Gusti Raizal Eka Putera mengatakan penyebab turunnya tingkat pertumbuhan ekonomi Kepri hingga level 2,02 persen disebabkan penurunan net ekspor jika dilihat dari sisi permintaan. Sedangkan dari sisi penawaran, penurunan sektor industri menyebabkan perlambatan ekonomi Batam.

“Penurunan net ekspor terutama bersumber dari penurunan ekspor domestik diperkirakan berupa komoditas kapal dan produk elektronik,” kata Gusti, Jumat (12/5).

Pertumbuhan net ekspor jatuh hingga angka -6,92 persen pada triwulan pertama 2017. Nilainya sangat jauh jika dibandingkan dengan triwulan keempat 2016 sebesar 19,47.

Untuk pertumbuhan industri terjadi penurunan. Penurunan terjadi karena permintaan yang masih rendah khususnya pada industri kapal, besi baja dan pendukung migas karena belum dapat proyek-proyek baru.

“Nilainya jatuh dari 2,32  persen pada triwulan keempat 2016 menjadi 0,23 persen pada triwulan pertama 2017. Hal ini dapat dilihat karena permintaan domestik juga melemah, tercermin dari penurunan ekspor domestik,” jelasnya.

Selain industri, tren penurunan lifting migas berlanjut karena sumur-sumur yang semakin tua.”Investasi sektor migas juga terbatas karena minyak belum membaik signifikan. Lifting minyak dan gas menurun 16,72 persen (yoy) dan 40,55 persen (yoy),” katanya.

Lesunya ekonomi global juga menyebabkan sektor perdagangan menurun. Perdagangan retail menurun rata-rata 15 hingga 20 persen (yoy).”Penjualan mobil terkontraksi 28,81 persen (yoy), truk berkontraksi hingga 26,50 persen dan motor terkontraksi 25,30 persen (yoy),” jelasnya.

Namun masih ada harapan mengingat dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga akan menguat ketika bulan suci tiba.”Dan ada catatan menarik, yakni tingkat pengangguran Kepri menurun pada Februari kemarin dari 9,03 persen pada tahun sebelumnya menjadi 6,44 persen,” ucapnya.

Investasi juga meningkat. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Penanam Modal Asing (PMA) menguat 2711,9 persen (yoy). Serapan terbesar investasi berasal dari sektor hotel restoran serta industri elektronik.”PMDN juga menguat 6287,6 persen (yoy) terutama dari sektor perumahan dan pertambangan,” imbuhnya.

Sedangkan dari sisi penawaran, sektor konstruksi menguat, sejalan dengan data realisasi PMA dan PMDN yang antara lain didominasi pembangunan hotel dan perumahan.

“Ditopang juga oleh proyek-proyek tahunan seperti pembangunan  flyover Simpangjam, waduk Sei Ging, pelabuhan Punggur dan lainnya,” jelasnya.

Sedangkan pihak Badan Pengusahaan (BP) Batam menjelaskan bahwa ekonomi global yang berpengaruh terhadap ekonomi di Batam. “Perlambatan ekonomi global serta penurunan harga migas yang menekan kinerja sektor industri dan pertambangan penggalian,” kata Direktur Promosi dan Humas BP Batam, Purnomo Andiantono, Jumat (12/5).

Risiko ketidakpastian masih membayangi terutama oleh sejumlah faktor yakni perlambatan ekonomi Cina, kebijakan ekonomi dan luar negeri Amerika Serikat pasca terpilihnya Donald Trump, potensi kenaikan harga minyak dunia pasca kebijakan pembekuan produksi negara OPEC dan gejala eksodus negara UNI Eropa.

Tapi Andi mengakui sejumlah isu lokal seperti persoalan UWTO, transisi kepemimpinan BP Batam sempat menyebabkan tertahannya realisasi investasi.

“Namun setelah itu, investasi terus masuk ke Batam lewat progam i23J dan KILK,” pungkasnya.(leo)

Update