Selasa, 19 Maret 2024

Mahasiswa Kepri di Solo Pulangkan Warga Natuna yang Terlantar

Berita Terkait

Arya (tengah) ketika diantar ke terminal oleh mahasiswa IPMKR Surakarta, kemarin. F. Amrizal untuk batampos
batampos.co.id – Laman Facebook Komunitas Masyarakat Solo geger. Seorang laki-laki asal Natuna dikabarkan terlantar dan tidak punya ongkos pulang. Seluruh hartanya hilang. Mahasiswa Kepri di sana lantas tidak berdiam diri.
Gerakan jempol Amrizal pada layar ponselnya terhenti. Matanya tertuju pada tulisan di laman Facebook Komunitas Masyarakat Solo. Tersiar di sana pada 23 Mei lalu, dikabarkan seorang laki-laki asal Natuna, Kepulauan Riau terlantar. Sepotong kabar yang tidak biasa bagi Amrizal yang kini tengah menempuh studi tinggi di Surakarta.
Ada getar di hatinya. Apalagi jika bukan kesamaan provinsi asal. Sepotong berita itu tentu saja tidak bisa didiamkan dan dianggap angin lalu belaka. Amrizal gegas mencari kesahihan kabar tersebut.
“Memang sudah kami cari-cari info tentang abang ini, semua teman-teman di asrama Kepri pun dikerahkan,” tutur Amrizal saat dihubungi, Kamis (25/5).
Dari foto yang terlihat pada laman Facebook, tertulis keterangan pengunggah foto pria terlantar berbahasa Jawa. Pada keterangan tersebut, diketahui lokasi pria tersebut ditemukan warga terkulai lemas di daerah Pucang Sawit, Solo.
“Sore jam tiga ini, ada kejadian orang pingsan di gapura rumahku. Ditanyain, asalnya dari Natuna Kep. Riau namanya Arya,” tutur pengunggah dengan nama akun RB Crew.
Dalam lanjutan keterangannya, Arya diketahui merupakan korban penipuan bisnis. Tidak bisa kembali ke daerah asal dikarenakan seluruh identitasnya hilang. Dalam tasnya yang berisi paspor, tiket kapal, uang sebanyak Rp 2 juta dan lain-lain lesap. Yang melekat tinggal tas berisikan baju saja.
Atas kejadian yang menimpanya itu, Arya membuat laporan ke polisi. “Tapi cuma dikasihkan surat keterangan jalan saja. Mau pulang tidak punya dana, kalau ketemu, tolong dibantu. Singkatnya begitu bunyi suratnya. Kalau ketemu orang ini, tolong dibantu ya lur… kasihan,” bunyi akhir tulisan tersebut.
Tulisan di laman Facebook itu lantas dilengkapi dengan tiga buah foto. Terlihat seorang pria terduduk lemas menyandar ke dinding bangunan di pinggir jalan. Ia mengenakan kaos berwarna biru putih, pria tersebut diyakini empunya nama Arya. Terlihat lemah tak berdaya dan dikelilingi beberapa warga yang ikut duduk di dekatnya. Satu di antara tiga foto tersebut, terlihat pria berkaos merah dengan mangkuk di tangan kirinya dan sendok pada tangan kanannya. Diarahkan sendok ke Arya, seperti ingin menyuapinya makanan dari mangkuk tersebut.
Melihat kondisi tersebut, para mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Pelajar Mahasiswa Kepulauan Riau (IPMKR) Surakarta semakin menggencarkan pencarian pemuda bernama Arya ini.
“Akhirnya kami jumpa bang Arya di kantor Kecamatan Jebres Rabu (24/5) kemarin,” kisah Amrizal.
Saat ditemui, Arya hanya membawa dua buah tas. Satu tas punggung dan satu tas selempang kecil. Isinya sekadar sisa barang berupa pakaian. Dikarenakan masih terlihat lemas, Amrizal dan rekan mahasiswa lainnya mengajak Arya ke asrama IPMKR Surakarta. “Abang itu istirahat dan ikut makan di asrama,” kisah Amrizal.
Dari cerita Arya kepada Amrizal, diketahui pemuda bernama lengkap Arya Hamzah Pradipta ini berasal dari Pulau Laut, Natuna. Sebelumnya ia berencana berkerja di Karimun Jawa, namun sesampainya di sana ia tidak mendapatkan kejelasan terkait penempatan ketenagakerjaan yang sudah dijanjikan salah satu agen yang mengatasnamakan salah satu perusahaan.
Dikarenakan ketidakjelasan tersebut, Arya berencana kembali ke kampung halaman. Sesampainya di Pelabuhan Semarang, Arya justru kehilangan hartanya ketika ditinggal salat. Arya pun langsung melapor ke kepolisian dan dinas sosial provinsi setempat agar ia dapat dipulangkan ke daerah asalnya.
Namun, sayangnya Arya tidak mendapatkan kepastian yang jelas. Hasil dari laporannya ke dinas sosial, Arya terpaksa harus berada di Banjar-Jawa Barat, Sidoarjo, Cilacap, Yogyakarta, Ngawi hingga Solo. Ia pun pernah diberitakan di beberapa media. Baik media cetak maupun elektronik. Namun hal tersebut tidak membuahkan hasil. Prosedur pemulangan ke daerah asal dirasa rumit, terlalu lama, dan tidak jelas.
Serasa putus asa dengan penolakan berulang kali dari dinas sosial setempat, Arya kemudian nekat hendak berjalan kaki dari Solo ke Jakarta agar dapat mengejar keberangkatan kapal menuju Natuna.
“Keesokan harinya baru kami urus lagi apa-apa yang memungkinkan bisa diurus, kami bawa abang itu ke Dinas Sosial kota Solo,” kata Ketua Umum IPMKR Surakarta, Fahmi.
IPMKR Surakarta berusaha berkoordinasi dengan dinas sosial setempat untuk membantu pemulangan ke daerah asal yaitu Natuna, Kepulauan Riau. Namun, tak jauh berbeda dari sebelumnya, prosedur pemulangan orang terlantar terlalu rumit dan memakan waktu.
Nyatanya hal ini tidak membuat Arya kaget.
“Ini bukan pertama kalinya saya alami, Bang. Saya sudah keluar masuk kota-kota. Sudah mati-matian berjuang hidup mencari cara agar saya dapat pulang dan hampir semua sama saja. Saya ga bisa langsung pulang ke Natuna, semua prosedurnya berbelit-belit dan terlalu lama, memakan waktu berbulan-bulan. Kadang saya berfikir, apa susahnya langsung memulangkan saya, ini malah seakan-akan dipersulit. Untunglah saya ketemu keluarga Kepri di Solo,” tutur Fahmi menirukan kalimat Arya.
Dikarenakan ketidakjelasan yang terjadi pula, pada akhirnya IPMKR Surakarta mengambil inisiatif untuk segera memulangkan Arya ke Natuna, Kepulauan Riau.
“Kami IPMKR Surakarta membantu semampu kami, bagi kami, Bang Arya juga merupakan keluarga kami di perantauan. Kami mencoba memulangkan Bang Arya dengan iuran anggota maupun sumbangan lain untuk membeli tiket dan ongkos di perjalanan. Insya Allah Bang Arya malam ini akan naik Bus menuju Jakarta, dilanjutkan perjalanan dengan kapal laut ke Natuna,” terang Keenan anggota IPMKR Surakarta.
Kejadian semacam ini tentu merupakan tamparan keras. IPMKR Surakarta menilai, semestinya pemulangan orang-orang terlantar ke daerah asal tidak melulu melalui administrasi dan sistem yang berbelit-belit. “Bang Arya ini hanya satu dari sekian contoh. Saya berharap sih yang terakhir. Semoga Pemprov Kepri juga membaca kisah ini,” tambah Lala, anggota IPMKR Surakarta. (aya)

Update