batampos.co.id – Pariwisata digadang-gadang sebagai penopang ekonomi nasional. Namun berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) Kepri kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) Kepri pada kuartal pertama tahun 2017 turun 0,94 persen dibanding kuartal yang sama pada tahun 2016.
Pada tahun 2016 kunjungan wisman berjumlah 475.840 kunjungan sedangkan tahun 2017 ini hanya 471.347 kunjungan.
Turunnya kunjungan wisman turut berimplikasi pada Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Kepri.
Walau Maret, TPK mencapai rata-rata 47,34 persen atau naik 4,89 poin dibanding TPK Februari 2017 sebesar 42,45 persen. Namun dibanding Maret 2016 malah turun sebesar 2,05 persen, TPK bulan Maret 2016 yaitu sebesar 49,39 persen.
Bahkan, TPK Kepri pada Maret tersebut lebih kecil 7,35 persen dibanding dengan TPK hotel berbintang secara nasional, dimana rata-rata TPK Nasional mencapai 54,69 persen.
Rata-rata  lama  menginap  tamu  asing dan  Indonesia  pada  hotel  berbintang  pada bulan Maret 2017 adalah 1,91 hari, lebih rendah 0,48 persen dibanding dengan rata-rata lama menginap tamu pada Februari 2017.
Bahkan, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Batam mengatakan alasan utama hotel di Batam tutup karena tingkat hunian yang rendah. Seperti yang terjadi pada Hotel Mercure Batam
“Tingkat hunian rendah, ini hal yang pasti (mempengaruhi),” kata Ketua Harian PHRI Batam, Tarigan.
Dia bahkan mengaku pesimis dengan perkembangan bisnis hotel ditengah ekonomi yang juga lesu. Menurutnya, jumlah wisatawan yang kerap naik tidak menjamin bisnis perhotelan di Batam bagus. Hal ini karena kebanyakan wisatawan menginap tidak lama bahkan tidak meniginap sama sekali.
“Mereka one trip saja, pagi datang sorenya pulang,” kata dia. (cr13)