Selasa, 19 Maret 2024

Minimarket Jual Barang Murah Laris Manis di Batam

Berita Terkait

Ilustrasi toko serba 8 Ribu. Foto: Lenni Julia/ Batam Pos

batampos.co.id – Sejak pertumbuhan ekonomi Batam anjlok ke level terendah, pusat-pusat perbelanjaan murah menjadi sasaran warga dalam memenuhi kebutuhannya.

Di wilayah Tiban Sekupang, minimarket seperti minimarket serba Rp 8 ribu sangat laris dikunjungi masyarakat.

Seperti namanya, minimarket ini memang menjual aneka produk kebutuhan hidup dengan harga Rp 8 ribu perunitnya.

Barang-barang yang notabenenya merupakan komoditi mewah seperti parfum, barang pecah belah dan lainnya dijual dengan harga semurah tersebut.

Salah seorang warga Tiban, Nuryani sangat mensyukuri kehadiran minimarket serba Rp 8 ribu ini. Apalagi di situasi menjelang lebaran.

“Wah, toples-toples kue dijual dengan harga segitu, desainnya juga bagus lagi,” katanya usai berbelanja, Selasa (20/6).

Nuryani mengakui ia bisa berhemat banyak dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari apalagi saat ini situasi ekonomi tengah lesu.

“Jika dulu belanja piring ke grosir atau ke kota, namun sudah ada minimarket ini, lebih enak belanja kesini,” ungkapnya.

Minimarket serba Rp 8 ribu sama seperti minimarket serupa di wilayah lainnya di Batam. Pada umumnya komoditi yang mereka jual berasal dari Singapura atau Malaysia. Makanya tidak heran merk komoditi yang dijual tidak pernah dikenal di Batam.

Sehingga momen seperti lebaran ini benar-benar dimanfaatkan oleh pemilik minimarket tersebut. Karena berdasarkan tren menjelang lebaran, meskipun daya beli menurun, tapi tingkat permintaan tetap tinggi. Hal inilah yang menyebankan minimarket yang menjual barang dengan harga miring laris manis.

Fenomena lainnya yang terjadi saat ini akibat ekonomi lesu adalah maraknya penjualan barang di media sosial.

Faktor utamanya adalah banyaknya pemutusan hubungan kerja akibat perusahaan industri di Batam sepi order. Kebanyakan mereka menjualnya di forum-forum media sosial seperti di Forum Jual Beli Batam yang ramai di Facebook.

Warga Nongsa, Hafiz Harahap terpaksa pulang kampung setelah kontraknya tak diperpanjang. Setelah lima tahun berada di Batam, ia sudah cukup banyak memiliki harta benda, seperti televisi, AC, lemari, mesin cuci, kulkas dan lainnya.

“Cari kerja juga sudah sulit, uang tabungan sudah habis. Mau pulang kampung pun tak ada modal, maka barang yang ada terpaksa dijual, mana tahu cepat lakunya,” jelasnya.

Hafiz mengaku sudah bertahan selama delapan bulan di Batam. Ia sudah mencari kerja kemana-mana, namun tak kunjung mendapat panggilan.

“Uang tabungan menipis, terpaksa ngutang sana sini. Daripada begini terus, bagus pulang ke Medan,” terangnya.(leo)

Update