Jumat, 29 Maret 2024

Remaja 16 Tahun Nikahi Nenek 71 Tahun

Berita Terkait

batampos.co.id – Slamet Riyadi (16) minkahi Rohaya (71). Betul ini bukan salah ketik, memang demikian usia mereka

Keduanya warga Desa Karang Endah, Kecamatan Lengketi, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Sumatera Selatan.

Dari pusat Kota Baturaja, jarak untuk menuju ke  rumah Slamet Riyadi dan Rohaya sekitar  45 Kilometer. Perjalanan butuh waktu satu jam dengan  menggunakan sepeda motor ataupun mobil.

Sebelum tiba di rumah pasangan pengantin baru beda usia 55 tahun itu,  koran ini singgah ke Polsek Lengkiti. Meminta petunjuk sekaligus pengamanan. Maklum, informasi kalau pernikahan ini ditentang keluarga Rohaya sudah menyebar.

Melewati dua desa, laju perjalanan dari Polsek Lengkiti hanya butuh 10 menit untuk sampai ke kediaman Rohaya. Wajah sumringah menyambut koran ini. “Ibu Rohaya ya,” ujar Sumatera Ekspres (Jawa Pos Group).

Nenek tiga cucu itupun tersenyum.

“Iya… Tunggu sebentar. Slamet sedang keluar. Rumah dikunci,” ujar Rohaya yang duduk di  teras rumahnya bersama sejumlah tetangga.

Tak lama berselang, Slamet—demikian dia disapa—datang. Dia langsung membuka pintu.

“Silakan masuk,” katanya sembari membentangkan tikar sebagai alas lantai semen rumahnya. Tak ada barang mewah semisal kursi makan ataupun televisi di rumah 4×6 meter persegi tersebut. Ruang tamu hanya disekat. Ada dua kamar tidur. Juga ruang dapur.

Rumah itu, milik Rohaya. Dia beli dari keluarganya. Hingga sekarang masih menyisakan hutang pembelian, Rp500 ribu. Rohaya tinggal sendirian di sana. Tepatnya, sejak suami keduanya meninggal 12 tahun lalu.

Sekarang, rumah itu sudah ada kepala keluarganya lagi. Tentu saja, suami ketiga Rohaya yang biasa disapa Slamet.

Pasangan Slamet (16) dan Rohaya (71) saat menerima Sumatera Ekspres di kediamannya yang sederhana. (Gus Munir/Sumatera Ekspres/JPG)

“Sudah lega sekarang. Kami sudah menikah,” ujar Slamet sembari memainkan jemari tangannya. Duduk di samping kirinya sang istri Rohaya.

Perbincangan baru dimulai, warga berdatangan. Mereka ikut masuk untuk melihat pasangan pengantin yang menikah pukul 19.30 WIB, Minggu (2/7) lalu. Sekaligus mengucapkan selamat. “Wah….selamat. Sudah jadi suami istri sekarang,” celetuk seorang warga.

Slamet tersipu. Mukanya memerah. Dia bertingkah manja dan mesra dengan istrinya. Namun, Rohaya dengan wajah keriputnya sedikit malu-malu.

“Agak minggir dikit,” ucap Rohaya. Mendengar permintaan istrinya, Slamet berujar,” Biarlah. Kita ‘kan sudah nikah.”

Keduanya saling mencintai. Slamet yang tidak tamat Sekolah Dasar itu,  mengaku menyayangi Rohaya sejak tiga tahun lalu. Ketika itu, dirinya jatuh sakit. Hampir satu bulan.

“Saya sakit, dia yang merawat. Dari situ saya mulai suka dengannya,” aku pria yang belajar dan bisa baca tulis secara otodidak ini.

Slamet lantas mengungkapkan perasaannya. Ibarat pepatah,” Gayung pun bersambung.” Ternyata, benih-benih cinta juga tumbuh di hati Rohaya. Apalagi, di usianya tak muda lagi. Dia butuh pendamping. Kedua anaknya sudah menikah. Masing-masing punya rumah. Ketiga cucunya juga ikut orang tua mereka. “Pernikahan ini ditentang. Makanya sempat tertunda,” ujar Slamet lirih.

Saat disinggung soal malam pertama, keduanya hanya senyum-senyum. “Belum,” singkat Slamet. Begitu juga dengan rencana punya momongan. Mulut keduanya seolah terkunci. Tak ada jawaban.

Meski demikian, Slamet berjanji akan selalu membahagiakan istrinya.

“Saya biasa ambil upahan membersihkan kebun warga dan kerja serabutan lainnya,” ungkapnya.

“Ya harus kerja keras. Doakan langgeng,” ungkapnya lagi.

Di tengah perbincangan dan kerumunan warga, tiba-tiba cucu Rohaya datang. Dia tendang pintu utama rumah dengan keras. Langsung masuk tanpa melepas helm.  Aksi nekat itu, kemudian dihalau oleh warga.

“Mau diapakan lagi? Kan sudah terjadi,” celetuk seorang warga seolah mengingatkan pria 20 tahunan itu. Baik Slamet maupun Rohaya hanya bisa terdiam menyaksikan kejadian di depan mata mereka. Sang cucu  kemudian pergi menggunakan sepeda motor.

Siswoyo, Ketua RT setempat menegaskan kalau pernikahan keduanya murni didasari cinta dan kasih sayang. Bukan karena harta benda. “Harta tidak ada. Kecuali rumah ini,” ucapnya.

Bahkan, lanjutnya, untuk biaya ijab kabul saja, kedua pasangan itu, tak punya. Semua ditanggung secara bersama-sama oleh aparat desa dan warga  setempat yang bersimpati. Namun, khusus  mahar Rp200 ribu langsung dari Slamet sendiri.

Pernikahan keduanya berlangsung di rumah Ketua RT 01, Siswoyo. “Meski baru pertama kali, namun ijab qabul yang diucapkan Slamet sangat lancar. Hanya satu kali uji coba. Setelah nikah, keduanya tinggal di rumah mempelai perempuan, ” ungkapnya.

Kepala Dusun (Kadus) setempat, Amzal menambahkan, sambutan warga luar biasa. Ratusan yang datang. “Kalau digelar siang hari, bisa lebih ramai lagi. Pernikahannya sudah mendapat restu dari keluarga,” ungkapnya.

Kepala Desa Karang Endah, Cik Ani membenarkan kehebohan di wilayah yang dipimpinnya. Menurut dia, pernikahan antara Slamet dengan Rohaya   sebenarnya direncanakan Jumat (30/6) pekan lalu. Bahkan akan digelar di gedung serba guna desa. Tidak hanya itu,  pemerintah Desa berencana mengundang unsur muspika. “Namun, rencana dibatalkan, karena ada salah satu pihak keluarga meminta agar jangan dibuat ramai. Takut heboh.”

Sebenarnya, nasihat agar keduanya tak menikah sudah dilakukan. Itu karena jarak usia terpaut sangat jauh. Belum lagi dari pihak salah satu keluarga tak mendukung pernikahan tersebut.

Namun, keduanya mengeluarkan ancaman. Akan bunuh diri jika tak dinikahkan. “Mau minum racun rumput kalau tak dinikahkan,” imbuhnya.

Karena ancaman itulah, pemerintah maupun warga mendukung niat keduanya. Termasuk ibu kandung Slamet. Memberikan restu setelah dihubungi via handphone. “Saya yang menghubungi. Tapi, ibunya tak bisa hadir.”

Slamet dan ibu kandungnya memang tinggal terpisah. Sang ibu tinggal bersama suami barunya di Desa Sundan Kecamatan Lengkiti. “Bapaknya Slamet sudah wafat dan ibunya menikah lagi. Di Karang Endah, Slamet tinggal bersama orangtua angkatnya. Tak jauh dari rumah Rohaya,” tuturnya.

Bagi Slamet, Rohaya adalah cinta pertamanya. Sebaliknya, bagi Rohaya ini  pernikahan kali ketiga. Dua suami sebelumnya yang telah wafat berstatus duda saat menikahinya.

“Hanya dengan Slamet ini dia menikah dengan perjaka,” pungkas Cik Ani. (/nas/JPG)

Update