Jumat, 19 April 2024

Transaksi Properti di Batam 20-30 Persen

Berita Terkait

ilustrasi

batampos.co.id – Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Real Estate Indonesia (REI) Batam, Robinson Tan melihat pasar properti masih bagus tahun ini. Setidaknya bisa dilihat dari angka penjualan yang selalu fantastis di setiap pameran properti.

“Penjualan tahun 2016 masih bagus, tahun ini mudah-mudahan lebih baik lagi,” katanya kepada Batam Pos, Kamis (6/7).

Robinson berkaca pada penjualan saat pameran REI Expo pada April kemarin.

Panitia membukukan penjualan sebesar Rp 75 miliar. Robinson berharap tahun ini nilai tersebut benar-benar terealisasi.

“Itu hanya realisasi awal. Belum tahu setahun lagi bagaimana,” ujarnya.

Realisasi ini sangat berkaitan dengan pembangunan properti nantinya. “Karena properti biasa menjual tahun ini, bangun untuk tahun depan,” jelasnya.

Senada dengan Robinson, Ketua REI Batam, Achyar Arfan juga mengungkapkan nada optimis. Ia yakin ekonomi Batam akan membaik.

Makanya ia menyarankan agar pemerintah mengeluarkan kebijakan yang pro bisnis.

“Karena jika properti berjalan, 174 sektor lainnya juga akan bergerak,” ungkapnya.

Di Batam, pasar sektor properti sangat bergantung pada kalangan pekerja dan informal. Alasannya karena rumah yang dibangun rata-rata kelas menengah ke bawah.

“Kami ini ditarik gerbong industri pengolahan, shipyard, dan lainnya,” tambahnya.

Optimisme juga diungkapkan oleh Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (APERSI) Kota Batam, Sahmadin Sinaga. Menurutnya, dua tahun ini penjualan memang tidak terlalu kencang, namun ia optimis membaik.

“Masih ada transaksi sekitar 20 sampai 30 persen, mudah-mudahan terus naik,” katanya.

Saat ini developer cenderung menunggu situasi perekonomian di Batam normal kembali. Sehingga saat ini yang dipasarkan adalah bangunan atau unit rumah yang sudah lama dibangun.

“Kalau untuk proyek baru masih cenderung menunggu. Kita masih kuatir nanti kita pinjam modal ke bank rupanya situasi masih belum berubah,” katanya.

Selama ini pengusaha selalu berharap investor yang masuk ke Batam terus bertambah. Tetapi sebaliknya, malah banyak perusahaan yang tutup.

“Kalau ada investor, pasti ada pekerja. Dan mereka butuh tempat tinggal. Tetapi nyatanya pemerintah belum berhasil mendatangkan investor,” katanya.

Selain itu, pengusaha juga menuntut kepastian berinvestasi di Batam. Di mana selama ini banyak aturan yang justru menyulitkan pengusaha.

“Misalkan UWTO, baru berapa bulan sudah langsung ganti lagi tarifnya. Ini sangat aneh dan bikin bingung pengusaha. Belum lagi gedung di bangun, tarif UWTO sudah berubah,” katanya.

Ia berharap keseriusan pemerintah untuk bisa melihat situasi sekarang ini.

“Ciptakan lapangan kerja, maka semua pelan-pelan akan membaik,” katanya. (leo/ian)

Update