Selasa, 19 Maret 2024

Penuhi Kebutuhan Air Hinterland, Pemko Butuh 15 SWRO

Berita Terkait

Permintaan Tiket Terbanyak adalah Rute Batam-Padang

Peningkatan Status RSUD Tanjungbatu Terus Digesa

Suhu Udara Batam Bisa Mencapai 33 Derajat Celcius

ilustrasi

batampos.co.id – Untuk memenuhi kebutuhan air bersih di hintertand atau pesisir, sedikitnya Batam membutuhkan 15 Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) atau sumber pengolahan air bersih dari air laut. Saat ini baru ada satu SWRO yang sudah beroperasi dan mengaliri rumah warga.

“Baru yang di Belakangpadang yang sudah beroperasi, dan sudah dinikmati warga bulan ini, tinggal tarifnya saja yang masih kami bahas, untuk bulan pertama mereka gratis dulu,” kata Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Batam, Suhar, Kamis (20/7).

Dia menjelaskan untuk satu SWRO tipe kecil membutuhkan biaya mencapai Rp 6 miliar rupiah, itu sudah termasuk sambungan ke rumah-rumah warga. Besarnya biaya untuk pembangunan ini, selain menggunakan APBD, pihaknya juga akan berusaha untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat.

“Tahun depan kita akan coba ajukan untuk Pulau Lengkang terlebih dahulu, yang lain bertahap akan kami coba kerjakan,” ujarnya.

SWRO sangat dibutuhkan, karena hampir semua daerah pesisir tidak ada air bekunya, jadi hanya SWRO yang bisa menjadi solusi kebutuhan air bersih di pesisir. SWRO untuk kapasitas kecil memiliki kemampuan 1 liter/detik dan bisa digunakan untuk mengairi 50-100 rumah mereka yang tinggal di pesisir.

Dia menyebutkan beberapa pulau yang akan dibangun SWRO berkapasitas kecil diantaranya Pulau Lengkang, Seraya, dan beberapa pulau lainnya. Pihaknya menargetkan hingga tahun 2021 nanti sebanyak 41 persen pesisir sudah bisa menikmati air bersih.

“Kita harapkan semua bisa berjalan dengan baik, dan kebutuhan akan air bersih hinterland juga bisa terpenuhi sama dengan mainland,” ujarnya.

Sebelumnya Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum telah membangun SWRO di Kecamatan Belakangpadang. SWRO ini bisa mengaliri sebanyak 250 sambungan rumah warga yang ada di sana. Proyek yang menelan dana hingga Rp 13 miliar ini mampu menghasilkan hingga lima liter per detiknya. (cr17)

Update