Kamis, 25 April 2024

Laboratorium pun Dijadikan Ruang Belajar

Berita Terkait

Murid SMPN 11 Bintan, terpaksa belajar di ruang laboratorium karena kekurangan ruangan kelas, kemarin. F. Slamet/Batam Pos.

batampos.co.id – Kurangnya ruangan kelas di SMPN 11 Bintan di Tanjunguban Kecamatan Bintan Utara membuat siswa baru yang diterima harus menuntut
ilmu di ruangan laboratorium. Beberapa sekolah lainnya di Kecamatan Bintan Utara pun mengalami dilema serupa bahkan harus menerapkan sistem doubel shift.

Kepala SMPN 11 Bintan, Sudaromi mengatakan, siswa baru yang diterima di sekolah tahun ini sekitar 189 siswa, ditambah 3 siswa yang tinggal kelas, maka total siswa kelas 7 sekitar 192 siswa. “Total semuanya sekitar 551 siswa,” kata Sudaromi.

Ruang kelas yang ada, lanjutnya, hanya 15 ruangan sedangkan rombongan belajar (rombel) sebanyak 16, sehingga ada 1 rombel memanfaatkan ruang laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). “Kalau ada siswa kelas lain mau memakai lab, siswa baru tadi harus mengalah dan pindah ke ruangan lainnya. Change kelas,” katanya.

Penerimaan didik siswa baru tahun depan, diakuinya akan berat. Karena, calon siswa yang mendaftar pasti akan membeludak sedangkan pihak sekolah belum memiliki ruangan kelas yang baru yang tersedia untuk menampung siswa baru.
“Tak mungkin di musalla atau ruang pentas,” katanya.

Selain ruangan kelas, pihak sekolah sebenarnya membutuhkan ruang keterampilan dan ruang komputer. Tidak adanya ruangan membuat ruang perpustakaan dimanfaatkan untuk ruang komputer. “Ruang pustaka isinya campur aduk, di situ ruang BK, di situ pun ruang komputer,” katanya.

Pihak sekolah, masih katanya memiliki lahan 2 hektare. Di mana, kurang dari 1 hektare lahan dimanfaatkan, sedangkan lebih dari 1 hektare belum dibangun karena perlu ditimbun. “Kalau ditimbun setengah hektare saja, mungkin bisa dibangun ruang kelas baru,” harapnya.

Sementara itu, Yeni, Kepala SD Negeri 001 Bintan Utara kepada Batam Pos, kemarin mengatakan, ruangan kelas di sekolahnya hanya 6 ruangan sedangkan rombel sebanyak 12 rombel. Kondisi itu memaksa pihak sekolah memberlakukan sistem pararel atau doubel shift. Dijelaskannya, siswa yang belajar pagi antara lain siswa kelas 1, siswa kelas 5 dan kelas 6. Siswa kelas 2 masuk setelah siswa kelas I pulang yakni sekitar pukul 10.40 sedangkan yang masuk siang yakni siswa kelas 3 dan siswa kelas 4.

Ia menyebutkan, saat ini siswa kelas 3 yang berjumlah sekitar 74 orang harus dipaksa dalam 2 kelas. Padahal siswa kelas 3 idealnya dengan jumlah segitu seharusnya 3 kelas. “Jadi 1 kelas 34 siswa padahal harusnya 28 siswa dalam satu ruang kelas,” katanya.

Pihak sekolah lanjutnya memiliki rencana memecah lokal siswa kelas 3 menjadi 3 lokal. Hanya permasalahannya, sekolah tidak memiliki lokal lain. Karena itu, sekolah sangat berharap ada bantuan pembangunan sekolah setidaknya tiga ruangan kelas baru. “Kalau pun mau dipecah kelas 3 tadi, bangku juga kurang,” katanya.

Dilema lain yang dihadapi sekolah, masih katanya, adalah kekurangan guru. Di bulan September nanti, ada guru yang pensiun sehingga sekolah memiliki rencana mengambil guru honor. “Banyak kurangnya di sini. Toiletnya kurang banyak, pintu juga sudah tua, karena sekolah ini memang sudah lama,” katanya.

Disinggung soal lahan apabila pemerintah berencana membangun ruang kelas baru? Ia mengatakan, soal lahan tidak ada. Kalau pun ingin membangun, ia menyarankan pembangunan dilakukan ke atas atau bertingkat. “Lahan kita pun sudah tidak ada masalah. TNI AL sudah memutihkan lahan kita, harapannya semoga bisa dibantu pembangunan ruang kelas baru,” harapnya. (cr21)

Update