Jumat, 29 Maret 2024

Kisah Siti Aisyah Membangun Sujak Motor

Berita Terkait

Siti Aisyah

Keikhlasan, rendah hati, serta kesabaran luar biasa-lah yang membuat Siti Aisyah bisa menjejak sukses seperti saat ini. Simak kisahnya.

Wanita Islam Kepri, Himpunan Pengusaha Muda (Hipmi Peduli) Kepri, Muslimat Nahdlatul Ulama, Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia ( Iwapi) Kota Batam, dan Asosiasi Muslimah Pengusaha Indonesia (Alisa Khadijah) adalah sederet organisasi perempuan yang kini dikomandani Siti Aisyah.

Tak hanya itu, pada 27 Mei 2017 lalu, Siti terpilih menjadi Ketua Umum Paguyuban Selingsing (Senayang, Lingga dan Singkep) Kota Batam. Padahal dulu Siti hanya dari keluarga sederhana. Ayahnya hanya seorang nelayan asli Melayu, ibunya yang asli Tionghoa mencoba merajut hidup dengan berdagang. Tapi kini ia menjadi sosok perempuan yang membanggakan bagi keluarga besar almarhum H Zahari bin Machmud dan Maharah binti Ali.

Awalnya, bermodal ijazah SMKK Jurusan Kecantikan, Siti hijrah ke Batam. Niatnya hanya satu, merantau, mencari pekerjaan, sambil membuka salon di rumah.

“Sejak ibunda Maharah meninggal, saya sudah tidak lagi tinggal di Sungai Buluh Dabo Singkep,” kata Siti di kantornya, Bengkel Sujak Motor, di Ruko Taman Niaga, Batam Center, Minggu (30/7).

Selanjutnya Siti sekolah di SMKK Negeri di Tanjungpinang. “Karena saya pikir nantinya saya bisa usaha sendiri membuka salon kecantikan. Jadi ngak perlu melanjutkan ke perguruan tinggi,” jelas wanita kelahiran Lingga tahun 1973 ini.

Berdagang bagi Siti bukanlah hal baru. Sejak SD ia sudah diajar berdagang oleh ibunya. “Ibu saya orang Cina, dia menurunkan bakat jualan untuk kami. Apa saja pernah saya jual. Baju, jilbab, aksesori di DC Mall. Setiap ada bazar saya ikut di beberapa mal. Bahkan bedak yang saya pakai juga bisa jadi barang dagangan,” ujar Siti tersenyum.

Ternyata, Siti tak ingin hanya jago jualan, ia juga menjajal dunia lain. Suatu saat seorang temannya menawarkan pekerjaan di bengkel yang baru saja buka. Tawaran itu langsung dia terima untuk cari pengalaman. Kebetulan yang dibutuhkan bagian administrasi.

“Tapi memang jalannya, di sinilah saya juga bertemu suami saya, Sujak Widodo,” kenang wanita yang pernah menjadi nominator Batam Pos Enterpreneur Award tahun 2013.

Di bulan Mei tahun 1996, akhirnya Siti bersama suami mendirikan perusahaan sendiri yaitu PT. Surya Sejahtera (SS) yang merupakan kepanjangan dari Sujak Siti. ”Alhamdulillah kami dibantu pembiayaan oleh PT. Sarana Riau Ventura untuk membeli gedung dan oven serta peralatan lainnya,” katanya lagi.

Pasangan suami istri ini pun bersama-sama menjalankan usaha tersebut. Sujak bagian lapangan, sedangkan dia bagian administrasi dan keuangan. Setiap ada pekerjaan dan proyek mereka bikin presentasi. “Supaya kami bisa bersama-sama memahami kegiatan usaha yang akan kami jalankan,” ujarnya.

Dari sinilah bisnis Siti mulai menggurita, mulai bengkel Sujak Motor, pusat pelatihan otomotif modern (PPOM) Sujak Motor, menangani sampah Kota Batam, menangani limbah sawit menjadi listrik, dan listrik dengan tenaga surya. Termasuk juga merehabilitasi TPA Muara Pajar Pekanbaru dari tahun 2013 hingga kini, serta membuat antibakteri di Bandung yang saat ini sedang dalam pengerjaan.

“Kami mempunyai tugas masing-masing. Namun tetap menjaga profesionalitas di dalam tubuh perusahaan. Kedudukan di struktur perusahaan saya Komisaris Utama, bapak (Sujak) Direktur Utama,” ujar Siti mengisahkan perjalanan panjangnya untuk membangun perusahaan body repair terkenal di Batam ini.

Walau bekerja bersama suami dalam satu perusahaan, Siti tetap membuat manajemen waktu.

”Sampai jam 5 sore saja untuk pekerjaan. Karena sudah delapan jam waktu dicurahkan untuk bekerja. Setelah itu waktunya buat keluarga terutama anak-anak,” jelasnya.

Impian Siti tidak muluk-muluk. Usaha lancar, organisasi berjalan dan selalu ada waktu untuk keluarga. “Intinya bahagia dunia akhirat,” katanya.

Bicara soal organisasi yang digelutinya saat ini, Siti mengungkapkan bahwa sebelumnya pernah aktif di organisasi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia ( IWAPI) Kota Batam, tapi mengundurkan diri sebagai ketua karena tidak sesuai dengan prinsip-prnsip dan langkah perjuangannya.
“Ada batas-batas prinsip yang tidak sesuai. Karena itu saya memilih mundur,” ungkapnya.

Keikhlasan, rendah hati juga kesabaran yang luar biasa dimiliki Siti, membuatnya selalu Nampak bahagia. Padahal permasalahan di organisasi sering memancing emosi. “Sebelum menjauh, saya selesaikan permasalahan terlebih dahulu,” jelasnya.

Dan kini setelah tak aktif lagi di IWAPI, Siti fokus memberdayakan warga Senayang, Lingga dan Singkep yang ada di Batam, seperti mendirikan koperasi usaha bersama dan kegiatan-kegiatan sosial dan diperlukan masyarakat Selingsing di Kota Batam. “Insya Allah kebutuhan masyarakat Selingsing akan rumah singgah dan mobil ambulan akan segera dicarikan solusinya,” tuturnya mantap.

Lalu bagaimana dengan bisnis pribadinya? Siti mengaku masih bisa mengontrol bengkel. Komunikasi lewat ponsel dan sesekali datang ke bengkel menjadi cara untuk tidak membiarkan bengkel berjalan tanpa pengawasan. ***

AGNES DHAMAYANTI, Batam

Update