Sabtu, 20 April 2024

Bisnis Penjualan Ponsel di Batam Merosot

Berita Terkait

batampos.co.id – Lemahnya perekonomian Batam berdampak kepada turunnya penjualan ponsel di pusat elektronik dan mal. Dibandingkan tahun lalu, penjualan ponsel diklaim turun lebih dari 50 persen dan sudah berlangsung sejak lima bulan lalu.

Pedagang ponsel di Lucky Plaza, Jacky mengatakan penjualan ponsel sudah tidak seramai tahun lalu. Jika dulu sehari bisa terjual 5-8 ponsel, sekarang ini jumlahnya mencapai dua ponsel bahkan tidak ada penjualan satupun.

“Mungkin 50 persen lebih turunnya dibandingkan tahun lalu,” kata Jacky, Senin (31/7).

Kunjungan masyarakat ke Lucky Plaza saja sudah terlihat berkurang.

“Sekarang ini sepi pengunjung juga. Dulu sampai berdesak-desakkan antre buat menanyakan ponsel,” ungkapnya.

Bukan karena saingan dengan toko online yang menjual ponsel bekas, tapi kata Jacky lebih kepada ekonomi Batam memang sedang lesu. “Enggak ada pengaruhnya ponsel bekas dengan kurangnya penjualan. Begitu juga toko ponsel lain,” ujarnya.

Bahkan beberapa toko di Lucky Plaza ini memilih menutup tokonya sementara.

“Ada juga yang mengurangi karyawan tokonya juga,” ucapnya.

Sementara itu, hal serupa juga dikeluhkan oleh pedagang ponsel di Nagoya Hill Mall, Adit mengatakan turunnya omset penjualan mencapai hingga 60 persen. “Kalau biasa perbulan mencapai Rp 20 juta lebih, akhir-akhir ini tidak sampai Rp 10 juta. Itu saja tidak semua dari penjualan ponsel, tertolong karena penjualan aksesoris ponsel,” tambahnya.

Dia menyatakan meski ada beragam produk yang ditawarkan produsen ponsel saat ini, tidak dapat mendongkrak penjualan ponsel di agen toko.

“Karena sepinya bukan karena tidak ada pilihan ponsel tapi memang warga juga susah ekonominya,” jelasnya.

Adit sendiri mengatakan sudah bekerja menjadi manajer toko selama tiga tahun. Namun, tahun-tahun ini adalah paling berat menurutnya. “Di Batam sudah tidak senyaman dulu berjualan. Dulu gaji masih sangat cukup, sekarang ini gaji dengan besaran UMK bisa dibilang pas-pasan,” ujarnya.

Pria asal Tembilahan, Riau ini harus pintar-pintar mengatur keuangannya. Ia mengaku sudah menabung, jika sewaktu-waktu pemilik menutup tokonya. “Kemungkinan kalau sudah tidak menjadi karyawan toko lagi, saya akan usaha lagi di kampung,” cerita dia.

Ia mengatakan pemilik toko saat ini juga mengeluhkan hal yang sama dengannya. Bahkan, sudah ada pengurangan karyawan.

“Semoga saja, ada solusi terhadap lesunya perekonomian Batam ini,” pungkasnya. (cr18)

Update