Rabu, 24 April 2024

Super Weekend

Berita Terkait

Bahagia itu simpel. Merayakan weekend dengan keluarga itu super.

Untuk pertama kalinya sejak bertugas di Batam Pos, saya bisa berkumpul dengan keluarga. Istri, anak-anak, kedua orang tua, dan adik perempuan saya. Bukan di Batam, tapi di Balikpapan.

Pesawat Lion Air nomor penerbangan JT-932 menerbangkan saya dari Bandara Hang Nadim Batam menuju Bandara Sepinggan Balikpapan pukul 16.20 WIB. Tepatnya Jumat (4/8).

Di pesawat ber-budget murah itu, seat A1 jadi singgasana. Nyaman. Meski berstatus kelas ekonomi, rasanya kayak bussines class. Kaki bisa selonjoran. Itu berkat bantuan Direktur Bisnis Batam Pos, Usep RS yang membantu check in jarak jauh lewat koleganya. Hatur nuhun kang.

Di atas langit nusantara, pikiran saya benar-benar bahagia. Momentum untuk melepas kangen terwujud. Meski hanya sebentar, namun patut disyukuri.

Tiba di Balikpapan, saya pun mempercepat langkah kaki. Kebetulan tidak banyak barang yang dibawa. Hanya pakaian yang menempel di badan serta sekotak kue Kek Pisang Villa.

Di pintu keluar, istri saya, Afriani sudah menunggu. Mengenakan batik hitam-putih, cewek yang saya nikahi 15 April 2011 itu tampak anggun. Saya hampiri dia dan langsung memeluknya. Melepas kangen di hadapan orang banyak. Ah… cuek saja. Dunia serasa milik berdua. Hehehehe

Selepas itu, kami pun menuju tempat parkir. Karena tidak punya mobil, saya dijemput pakai motor. Kuda besi bermerek Honda Supra Fit 125 itu adalah motor yang mempertemukan kami dulu waktu pacaran. Penuh kenangan. Istri saya memanggilnya “Si Yellow”.

Keluar dari bandara, saya memacu motor di jalanan Balikpapan. Bukan menuju rumah, tapi ke Fave Hotel. Kebetulan saya dapat voucher menginap gratis dari Bontang Post, tempat pengabdian saya sebelum di Batam Pos.

Dari malam sampai pagi kami hanya berdua di hotel itu. Apa yang kami lakukan? Itu rahasia. Hehehehe

Sabtu (5/8) pagi setelah sarapan di hotel, kami pun langsung ke rumah. Jaraknya sekitar 3 kilometer dari hotel. Baru sampai pintu, kedua putri kami, Akeila Lanoverian Guntur Sunan dan Ajeng Lanoverian Guntur Sunan langsung histeris. “Pipi….,” teriak mereka sambil memeluk kaki saya.

Air mata pun menetes. Kedua putri saya yang sebelumnya marah dan tidak mau mengangkat telepon sejak saya di Batam juga menangis. Seketika itu juga, keduanya langsung saya peluk.

Maklum, baru kali ini mereka saya tinggal cukup lama. Jauh pula. Mereka masih lugu. Wajar marah lantaran ditinggalkan ayahnya. Puas berpelukan, saya pun salim dengan kedua orang tua dan adik.

Tanpa menghiraukan lelah dan capek, saya meladeni keinginan kedua anak saya untuk bersama. Pengalaman mereka sejak saya tinggal, saya dengarkan dengan seksama. Meskipun di sela-sela cerita mereka, diselingi dengan memarahi saya yang lama tak pulang.

Tak sampai di situ, mereka juga “menghukum” saya untuk menyuapi makan siang, menemani tidur siang, dan terakhir memandikan hingga mendandani. Mirip kayak anak-anak yang haus kasih sayang seorang ayah. Hihihihi

Tapi it’s oke. Setelah tampak cantik usai mandi dan dandan, mereka pun “menyeretku” ke motor. “Ayo kita main ke Giant,” ajak si sulung, Akeila.

Istriku pun hanya tersenyum. Tanpa ba-bi-bu, kuambil kunci motor dan berangkatlah ke Giant Mall yang jaraknya hanya 1 kilometer dari rumah.

Meski hanya membawa sisa gaji, namun kupaksakan untuk membahagiakan kedua putriku. Untungnya, permainan anak-anak di Giant murah meriah. Sehingga mereka bisa main sepuasnya. Semua wahana dicoba mereka.

Malam itu terasa lama. Sesuai harapanku. Malam itu pula kupuaskan mataku untuk memandangi keceriaan anak-anakku. Melihat mereka tersenyum dan tertawa bahagia mampu menenangkan hatiku. Luar biasa.

Tak hanya itu saja. Puas bermain mereka mengajak jalan-jalan. Permintaan itu pun kuladeni. Kali ini hanya jalan-jalan keliling kota dengan menunggangi “si yellow”.

Puas bermain dan keliling kota, kami pun pulang. Tiba di rumah, keduanya langsung “menerjangku”. Mereka memilih tidur di kedua lenganku. Kanan-kiri. Kali ini istriku mengalah. Membiarkan kedua putriku melepas kangen.

“Pipi, hari ini aku senang sekali. Bisa main sama pipi. Besok main lagi ya,” kata Akeila. “Iya pi,” sahut Ajeng.

Minggu (6/8) saya bangun kesiangan. Tak kusangka, kedua putriku masih terlelap di kedua lenganku. Hanya saja, mereka sudah berganti pakaian. Sudah mandi dan dandan.

“Habis mandi anak-anak tidur lagi. Enggak mau jauh dari pipinya,” ujar istriku. Rasa keram di lengan pun kutahan. Saya tak ingin mengganggu tidur Akeila-Ajeng. Tak lama kemudian, saya pun terlelap lagi.

Sekira pukul 13.00 Wita, kedua putriku membangunkanku. “Ayo pi, bangun. Mandi. Terus jalan,” ujar Akeila. Dengan wajah kusut habis bangun tidur, saya pun beranjak dari tempat tidur dan menuju kamar mandi.

Setelah berpakaian rapi, lagi-lagi diajak jalan lagi. Kali ini tujuannya bukan untuk bermain. Tapi membeli buku cerita untuk dikumpul di sekolah. Enam buku cerita dan puzzle bergambar Putri Salju didapat. Bubur kacang ijo juga dibeli. Pokoknya asyik.

Selepas itu, langsung pulang. Karena mereka harus tidur cepat agar bangun pagi keesokan harinya.

Sebelum tidur, anakku minta dibacakan cerita. Kebetulan, buku yang dipilih mereka adalah Kisah Burung Nuri dan Kakatua. Mereka mendengarkan dengan seksama. Sesekali saya mengintip mereka, apakah sudah tidur atau belum.

Hasilnya, Ajeng tidur duluan. Sementara Akeila masih melek. Namun beberapa saat kemudian tidur.

Senin (7/8) pagi, terdengar nyaring suara kedua anak-anakku. Ternyata mereka sedang sarapan. Disuapi oleh neneknya. Saya pun bergegas mandi karena ingin mengantar mereka ke sekolah.

Waktu menunjukkan pukul 07.30 Wita, kami pun berangkat ke sekolah. Menggunakan motor, kami tiba di sekolah sekira 10 menit kemudian.

Turun dari motor, kupeluk erat mereka. Kukecup keningnya. Berusaha melawan perasaan berat untuk berpisah lagi.

Yang membuat haru, ini untuk pertama kalinya saya mengantar anak-anak sekolah selama tinggal di Balikpapan. Meskipun agak telat, namun momentum itu tidak akan pernah terlupa.

Melihat mereka masuk kelas, lagi-lagi air mata menetes. Saya hanya tertegun. Namun, ada tugas dan kewajiban di Batam. Selama sebulan ke depan, saya pun harus menahan rindu dengan keluarga.

Beberapa saat setelah mengantar anak-anak ke sekolah, saya pun diantar istri ke bandara. Nahas, bensin kami habis di tengah jalan. Tak hanya itu, di tengah perjalanan kami disambut hujan deras. Karena pakai motor, jadi harus berteduh.

Saya pun ketinggalan pesawat.

Beruntung Manajer Iklan Batam Pos, Tri Agus memesankan tiket. Saya pun berangkat ke Batam melalui Banjarmasin.

Tulisan ini saya selesaikan di Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin. Kenapa? Pesawat kami dellay dalam waktu cukup lama. Dari awal rencana keberangkatan pukul 17.00 Wita, hingga pukul 19.00 Wita (18.00 WIB), saya dan belasan penumpang “terlantar” di Gate 5. Pesawat Lion Air JT-835 yang mengangkut kami belum tiba dari Surabaya.

Terlepas dari itu semua, weekend kemarin begitu istimewa. Itulah mengapa saya sebut super weekend. ***

 

Guntur Marchista Sunan
General Manager Batam Pos

Update