Sabtu, 20 April 2024

Mengalahkan Superman

Berita Terkait

Siapa yang tidak kenal superman. Sosok superhero yang sakti mandraguna. Kuat tiada tandingan.

Tapi, percaya atau tidak, bagi saya superman bukanlah orang hebat. Meskipun saya gemar menonton filmnya, namun dia bukanlah panutan.

Menjadi superman pun tidak pernah terlintas dalam benak saya.

Dalam kehidupan sehari-hari, saya tidak butuh sosok bernama superman. Kesalahan besar jika merekrutnya. Tidak penting.

Itulah yang diterapkan di Batam Pos. Bagi media yang menjadi market leader, keberadaan superman adalah suatu kesalahan besar. Bahkan bisa berakibat fatal.

Di dalam manajemen yang kami terapkan, superteam menjadi prioritas. Karena kami yakin, superman bisa dikalahkan oleh tim yang solid dan kuat.

Keberadaan superman di suatu perusahaan memang menguntungkan. Karena pekerjaan lekas tuntas, target tercapai, kinerja perusahaan terdongkrak. Dan yang paling utama, omzet meningkat.

Namun, bagi kami keberadaan superman banyak negatifnya. Mudaratnya. Contohnya, ketika superman pergi atau mati, perusahaan akan ambruk. Kenapa? Karena hanya mengandalkan satu orang.

Berbeda dengan superteam, satu keluar akan muncul lagi yang lain. Yang akan masuk menjadi bagian tim itu. Sehingga, sinergi dan keberlangsungan perusahaan akan terjaga.
Membangun superteam bukanlah perkara mudah. Banyak tantangannya. Beda kepala, beda pula isinya. Menyatukan pikiran, sifat, dan sikap adalah hal mustahil.

Hanya saja, bukan hal mustahil menyatukan orang-orang dengan beragam perbedaan tersebut. Caranya dengan menyamakan visi tim.

Kejelasan visi membuat kerja makin terarah. Misalnya, mau dibawa ke mana perusahaan kita. Mau maju atau mundur, tergantung dari visi itu.

Anggota superteam harus tahu ke mana melangkah. Sehingga mereka paham untuk apa menghabiskan energi. Dengan visi sama, mereka semakin terlatih untuk menetapkan prioritas kerja. Tidak lagi mengurusi dirinya sendiri.

Untuk mencapai visi, kita harus menyusun target. Baik jangka pendek maupun panjang. Menyusun target merupakan batu loncatan tercapainya visi tim. Karena, visi tim yang baik mendukung visi individu masing-masing personel.

Dalam sebuah tim memang ada benalu. Mereka yang one man show, egois serta keakuannya tinggi memang tidak bisa menjadi anggota superteam. Bahkan tidak layak untuk maju bersama. Boleh diibaratkan, perusak suasana.

Kendati demikian, mereka bisa diakomodir. Selama memiliki visi sama, “kejelekan” mereka bisa dimanfaatkan. Pasalnya, perbedaan pendapat, sikap, ide, dan cara kerja justru memperkaya wawasan para anggota tim.

Bukan hanya itu, perbedaan karakter dan mindset juga mengasah para anggota tim untuk terbiasa lapang dada dan meluaskan hati. Pikiran terlatih, hati terasah, alternatif aksi semakin variatif. Hal ini menjadikan tim semakin solid.

Ini tugas berat bagi leader. Mereka harus terbiasa menghargai perbedaan. Tidak cengeng dan lemah. Adakalanya tegas, kadang harus keras. Boleh mengedepankan demokrasi, adakalanya harus otoriter. Karena, yang diperjuangkan adalah perusahaan.

Jangan pernah takut dengan jomplangnya kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam tim. Berdayakan potensi masing-masing. Biasakan sharing. Berbagi ilmu, keahlian, informasi, hingga pengalaman adalah budaya hidup superteam. Jika dikemas dengan baik dan terstruktur, akan membuat tim kaya akan pengalaman.

Dampaknya positif, ketika adalah masalah yang dihadapi, tim ini akan memiliki semangat bersama-sama untuk mencari solusi mengatasinya. Dengan demikian, kepercayaan diri meningkat, keahlian terdongkrak, wawasan bertambah.

Dengan demikian, superteam akan menjadi kekuatan super yang bisa mengalahkan superman.

Jangan heran. Di era sekarang, orang sepintar apapun akan bisa dikalahkan dengan komunitas. Orang hebat tumbang oleh mereka yang “doyan” kerja sama.

Hanya saja, semangat superteam bisa luntur jika tidak bekerja tersistematis. Harus ada sistem yang dibangun. Ada aturan mainnya. Tanpa sistem, pekerjaan kita akan sia-sia.
William Edwards Deming, seorang inspirator Amerika Serikat yang berperan besar dalam membangun Jepang pasca Perang Dunia II pun mengamininya.

“Apa yang perlu kita lakukan adalah belajar untuk bekerja dalam sistem, dan menjadi berarti bagi setiap orang, setiap tim, setiap platform, setiap divisi, setiap komponen yang ada tidak untuk keuntungan kompetitif individu atau pengakuan, tetapi untuk kontribusi terhadap sistem secara keseluruhan atas dasar menang-menang,” demikian kutipan Edward.

Dalam semangat superteam yang mengedepankan sistem, ada deskripsi kerja yang jelas, sehingga jelas pula pelimpahan kerja yang adil sesuai kompetensinya. Ada pendelegasian terhadap pimpinan-pimpinan unit yang mendapat kepercayaan mengambil kebijakan atas tanggung jawab yang diembannya.

Yang tak kalah penting, ada sistem kontrol paripurna yang menjaga kualitas sebagai target layanan terhadap penerima jasa layanan. Dengan sistem, kita diberi kesempatan besar bersama. Karena dengan bersama-sama kita memiliki kemungkinan menjadi besar.

So, goodbye superman! ***

 

Guntur Marchista Sunan
General Manager Batam Pos

Update