Selasa, 19 Maret 2024

Iskandar Bukukan Investasi 57,74 Miliar Dolar AS dalam 11 Tahun

Berita Terkait

Sebelum berdiri pada 2006 lalu, Kawasan Iskandar Malaysia banyak belajar tentang pemberlakukan kawasan ekonomi khusus, kawasan berikat, dan kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas di Batam. Namun setelah 11 tahun berdiri, Kawasan Iskandar tumbuh pesat dan jauh meninggalkan Batam yang pengembangannya sudah dimulai sejak 1971 silam.

Iskandar Malaysia yang sebelumnya bernama Iskandar Development Region (IDR) dan South Johor Economic Region (SJER), adalah koridor pembangunan selatan utama di Johor, Malaysia. Pemerintah Malaysia menetapkan kota baru di Johor ini sebagai kawasan ekonomi khusus (KEK) sejak sebelas tahun yang lalu. Tepatnya 30 Juli 2006.

Tak tanggung-tanggung, luas lahan yang masuk kawasan Iskandar mencapai 2.217 kilometer persegi. Mencakup kota Johor Bahru dan kota pinggiran Pontian, Senai, Pasir Gudang, serta pembangunan ibu kota administratif baru di Nusajaya. Keseluruhan Distrik Johor Bahru dan Pontian masuk dalam wilayah ini.

Tak hanya itu, Iskandar Malaysia dirancang mengikuti Zona Ekonomi Delta Sungai Mutiara. Dirancang untuk mendulang keuntungan dari aktivitas ekonominya bersama Singapura, serta bertujuan menguntungkan satu sama lain sebagai penghubung ekonomi. Kawasan ini dikelola oleh badan yang disebut Iskandar Regional Development Authority (IRDA).

Iskandar Malaysia memiliki keunggulan karena wilayahnya yang luas. Tiga kali lipat dari luas Singapura dan dua kali lipat luas Hong Kong serta dua kali luas Kota Batam.

Lokasinya yang strategis, Iskandar Malaysia bisa diakses dengan mudah dari bandara-bandara utama di Asia, dan berdekatan dengan beberapa negara yang sedang berkembang dan potensi ekonomi yang besar yakni Singapura dan Batam, Indonesia.

Sejak dibangun pada 2006 lalu, pemerintah Malaysia mempunyai sejumlah strategi dalam mengembangkan kota yang terletak di ujung selatan Semenanjung Malaysia itu.

Chief Executive IRDA Datuk Ismail Ibrahim mengatakan political will pemerintah memang amat diperlukan sebagai jaminan kepada para investor yang ingin menanamkan modalnya di kawasan tersebut. “Pembangunan kawasan ekonomi khusus memerlukan perencanaan yang detail dan dukungan dari pemerintah,” katanya dalam laman IRDA.

Melalui IRDA, mereka mampu menarik investasi ratusan miliar ringgit Malaysia (RM) atau ratusan triliun rupiah dalam kurun waktu satu dekade terakhir dari sembilan sektor berbeda.

Berdasarkan data IRDA dalam lamannya, komitmen investasi yang telah diraih Iskandar Malaysia dari tahun 2006 sampai Juni 2016 berjumlah RM 207,99 miliar. Dari jumlah komitmen investasi tersebut, sejumlah RM 106,43 miliar (51 persen) telah direalisasikan dalam bentuk berbagai proyek lapangan. Sementara hingga akhir 2016, IRDA telah merealisasikan investasi sebesar RM 222,44 miliar atau sekitar 58 persen dari target investasi kumulatif.

Dari jumlah komitmen investasi yang terkumpul, penanam modal domestik tercatat RM 123,93 miliar atau 60 persen. Sementara dari penanam modal asing (PMA) sebanyak RM 84,05 miliar atau 40 persen. Lima negara yang mencatatkan investasi tertinggi di Iskandar Malaysia adalah China, Singapura, Amerika Serikat, Jepang, dan Spanyol.

Sementara dari 2006 hingga kuartal pertama 2017, komitmen investasi yang mampu diraup sejumlah 227 miliar Ringgit Malaysia (RM) atau ekuivalen dengan Rp 720,8 triliun (kurs Rp 3.175).

Dari sejumlah itu, 56 persen di antaranya sudah direalisasikan dalam bentuk berbagai proyek dalam sembilan sektor. Adapun target komitmen investasi hingga 2025 mendatang sejumlah RM 383 miliar atau setara Rp 1.216 triliun.

Datuk Ismail Ibrahim yang diwawancarai jurnalis Batam Pos, Chahaya Simanjuntak, Kamis (21/9) pekan lalu mengungkapkan data terbaru. Menurutnya, dari November 2006 hingga 31 Agustus 2017, total investasi yang sudah masuk ke Iskandar menembus angka RM 242,42 miliar atau setara 57,74 miliar dolar Amerika. Jika dirupiahkan mencapai Rp 768,98 Triliun.

Dari jumlah ini, sebanyak 13,22 miliar dolar AS (RM 55,5 miliar) atau Rp 176,06 Triliun, merupakan investasi yang terealisasi dari proyek lapangan.

Menariknya, Iskandar tak menggantungkan investasi hanya pada investor asing. Sebaliknya, mereka memberikan ruang lebih besar pada investor dalam negeri.

Datuk Ismail menyebutkan komposisi investasi investor lokal di Iskandar mencapai 61 persen dari total investasi. Angkanya 35,49 miliar dolar AS (RM 148,9 miliar). Sisanya 22,39 miliar dolar AS (RM 93,94 miliar) berasal dari investor asing (PMA). Kondisi ini membuat Iskandar tak mudah goyah, meski terjadi krisis global.

“Keyakinan investor lokal terhadap pengembangan Iskandar ini sudah tak tergoyahkan lagi. Tercermin dari 61 persen kontribusi dari investor Malaysia sendiri,” ujarnya.

Sementara investasi di Batam masih didominasi penanam modal asing (PMA) dengan industri manufaktur berorientasi ekspor. Nilai investasi diakumulasi dari tahun 1971 – Agustus 2017 berdasarkan izin usaha (produksi) PMA hanya mencapai 8 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara dengan Rp 106,7 triliun (kurs 1 USD=13.338,02 IDR).

Jumlah proyek dalam kurun waktu tersebut sebanyak 932 proyek. Dari nilai investasi itu, didominasi investasi dari Singapura dengan nilai 5,3 miliar dolar AS atau setara Rp 70,6 triliun. Persentasenya 48 persen dari seluruh nilai investasi.

Tahun ini, sampai pertengahan Agustus 2017, realisasi investasi PMA berdasarkan izin usaha dan menggunakan program i23J meningkat. Total investasi telah mencapai 631 juta dolar AS atau ekuivalen Rp 8,4 triliun.

Sementara tren investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) terus menurun. Data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu satu pintu (DPM-PTSP) menunjukkan, penurunan realisasi PMDN 2017 mencapai 31,57 persen pada triwulan pertama dibandingkan periode yang sama 2016.

Pada triwulan I 2016 total investasi mencapai Rp 35,2 miliar. Data akhir 2016 investasi PMDN meningkat sampai 500 persen. Sedangkan, untuk triwulan I 2017 total investasi Rp 21,1 miliar dari rencana Rp 459,9 miliar.

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu satu pintu (DPM-PTSP) Kota Batam Gustian Riau mengatakan, tidak adanya kepastian hukum di Batam menjadi penyebab nilai investasi jauh menurun.

“Banyak teman-teman pengusaha yang mengeluhkan tidak adanya kepastian hukum itu,” kata Gustian.

***

Head of Department Strategic Communications IRDA Johor Bahru, Sulaiman Yahya, mengungkapkan rasa bangganya atas prestasi yang mereka capai di Iskandar.

“Banyak prestasi penting yang membanggakan, di antaranya jumlah investasi yang semakin meningkat seiring jumlah pekerjaan yang diciptakan. Ada juga peluang bisnis bagi pengusaha lokal dan UKM, serta yang selalu terus berjalan adalah pengembangan infrastruktur baru di kawasan Johor,” jelasnya.

Sedangkan Datuk Ismail menambahkan, dalam perkembangannya, jalur pembangunan kawasan ini dibagi dalam tiga tahap. Tahap pertama pada rencana pembangunan (Planning and Foundation Building), tahap kedua pada penguatan dan pembangunan umum berkelanjutan (Strengthening and Generating Growth), serta tahap ketiga pada mempertahankan dan inovasi (Sustaining and Innovating).

“Kami sekarang berada pada tahap ketiga ini, memastikan pertumbuhan dan kemajuannya berkelanjutan. Ini menjadi kunci utama supaya Iskandar Malaysia terus maju menjadi otoritas kawasan ekonomi nasional berpengaruh global,” jelas Ismail.

Datuk Ismail pun yakin, target komitmen investasi hingga 2025 mendatang sebesar RM 383 miliar atau setara Rp 1.216 triliun, bisa tercapai. Apalagi pihaknya terus melakukan inovasi, termasuk perbaikan layanan.

Lebih lanjut ia menyebutkan, mereka menyediakan lingkungan bisnis yang ideal bagi investor yang cerdas agar bisnis dapat berkembang. Ditambah dengan proposisi nilai unik dari segi lokasi, infrastruktur berkualitas, ekosistem, dan tenaga kerja yang berbakat dan terampil untuk mengisi sembilan sektor ekonomi yang dihadirkan di kawasan tersebut.

Datuk Ismail mengatakan, Kawasan Iskandar memberikan banyak insentif bagi investor yang menanamkan modalnya di kawasan itu. Mulai dai pembebasan pajak penghasilan bagi perorangan dan badan selama 10 tahun, hingga pembebasan bea masuk bagi pembelian kendaraan atau mobil pribadi para manajer.

Dengan memperhitungkan upah kompetitif, inflasi rendah, tingkat retensi yang tinggi, tenaga kerja terdidik dan multibahasa bersamaan dengan infrastruktur kelas dunia, masuk akal bila sampai saat ini Kawasan Iskandar di Johor menjadi kawasan ekonomi terbesar di Asia Tenggara saat ini dengan jumlah investor terbanyak.

Tampung 717.547 Tenaga Kerja

Ketua Dewan Perniagaan Melayu Malaysia (Kadin) Johor Bahru, Muhammed Farhan Basher menyebutkan, pertumbuhan investasi Iskandar Malaysia sejak berdiri hingga saat ini telah berhasil menciptakan lapangan pekerjaan bagi 717.547 tenaga kerja di sembilan sektor.

“Jumlah ini sudah termasuk tenaga kerja di bidang properti, konstruksi, dan juga ritel,” ujar Farhan.

Dari jumlah tersebut, 15 persen diantaranya adalah pekerja ekspatriat dan profesional, dan 16 persen pekerja berdasarkan kebutuhan.

Rencana jangka panjang, kawasan IRDA ini menargetkan mempekerjakan tenaga profesional dan terampil menjadi 45 persen. Jumlah ini berada 10 persen di atas target pemerintah.

“Kami yakin ini pasti terpenuhi dan bisa dicapai dengan kolaborasi yang lebih besar antara industri dan dukungan pemerintah,” ungkap Farhan.

Untuk saat ini, Farhan juga menyebutkan, pihaknya juga tengah mengembangkan industri kreatif dengan memberdayakan melalui peluang bisnis bagi pengusaha dan UKM di Johor.

Kembangkan 7 Kawasan Baru

Selain kawasan Iskandar yang dijadikan sebagai kawasan pembangunan strategis Johor Bahru, Kesultanan Negeri Johor juga kini mengembangkan tujuh daerah baru yang berpotensi menjadi Rancangan Tempatan.

Pertama, Johor Bahru menjadi pusat perdagangan dan perkhidmatan bertaraf internasional.

Kedua, Muar sebagai destinasi wisata, perkebunan, dan industri kehutanan. Ketiga, Batu Pahat sebagai pusat perindustrian kluster tekstil dan sumber pertanian. Keempat, Kluang sebagai pusat industri pembuatan perkayuan dan pertanian moden. Kelima, Segamat sebagai destinasi wisata, kawasan pendududuk dan eco-tourism. Keenam, Kota Tinggi, Ketujuh, Mersing. Keduanya sebagai pusat wisata pantai dan pulau yang masih asri.

Untuk mengembangkannya, mengadopsi dari kebijakan kawasan Iskandar, yang juga memberikan kemudahan insentif bagi para investor asing. Mereka yang membuka perusahan di Iskandar dan kawasan lainnya bisa berhubungan langsung dengan IIB (Iskandar Investment Berhad,red).

“IIB ini yang membantu mempermudah urusan investor dengan semua agensi di bawah Kerajaan Johor atau pun kerajaan Malaysia. Mereka telah menggunakan sistem pelayanan satu pintu (One stop centre), malah kawasan-kawasan potensial juga mereka akan tunjukkan,” tutupnya. (cha/uma/nur)

Update