Sabtu, 20 April 2024

Agama Mempersatu Bangsa

Berita Terkait

Mahasiswa menghadiri diskusi ragam keagamaan sebagai implementasi demokrasi Pancasila dalam memperingati Hari Kesaktian Pancasila, di Gedung LAM Bintan, Sabtu (30/9) lalu. F.Slamet/Batam Pos.

batampos.co.id – Beragam cara dilakukan masyatakat menyambut Hari Kesaktian Pancasila, mulai nonton bareng film G30SPKI, Sabtu (30/9) malam lalu. Ini dilakukan masyararakat Desa Teluk Sasah Seri Kuala Lobam dan Tanjung Permai Kecamatan Seri Kuala Lobam. Anak-anak mulai orang dewasa terlihat memenuhi kafe kulit kayu yang
berada di kampung Sukadamai, Desa Teluk Sasah. Layar lebar yang disiapkan pengelola kafe bekerjasama dengan pemerintah desa itu, dipadati pengunjung.

Seorang pengunjung Waluyo mengakui, antusias masyarakat yang ingin menyaksikan pemutaran kembali G30SPKI sangat tinggi. Terbukti, kursi dan meja yang disediakan pihak kafe dan pemerintah desa, penuh. Bahkan banyak masyarakat yang datang harus rela berdiri atau duduk di atas motor.

Ia sendiri sudah datang sebelum film diputar. Ia memilih duduk di barisan bangku paling depan agar bisa menyaksikan kembali film karya alm Arifin C Noer yang kembali diputar tahun ini. Terlihat, masyarakat tertegun saat menyaksikan adegan para jenderal diculik
pasukan Tjakrabirawa.

Sedangkan mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
(IMM) Provinsi Kepri justru menggelar diskusi publik tentang organisasi masyarakat keagamaan sebagai implementasi demokrasi Pancasila di gedung Lembaga Adat Melayu di Kijang, Kecamatan Bintan Timur, Sabtu (30/9) lalu.

Ketua IMM Kepri, Zepri Idham seusai diskusi menyampaikan, sudah terlalu banyak isu PKI diangkat, sehingga harus dilakukan penguatan Pancasila. agar ideologi itu tidak hanya dipahami, tapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, Pancasila alat pemersatu bangsa sehingga semua perbedaan bisa disatukan dalam bingkai kebhinekaan.

Sementara itu, Kakesbangpol Bintan Karya Harmawan mengatakan, agama harus tetap diutamakan, bukan justru agama yang dipolitisir. Sebagai negara hukum dan beragama, menurutnya, orang yang tak berhak hidup di Indonesia adalah orang yang tak memeluk agama. “Ormas agama bisa menjadi pemersatu bangsa,” tukasnya. (cr21)

Update