Jumat, 29 Maret 2024

Pianis Mancanegara Dominasi Batam International Open Piano Competition 2017

Berita Terkait

Setelah sukses di Bali International Piano Competition 2017 di Legian, kini Kemenpar berencana mengulang cerita sukses. Kali ini, lokasinya di crossborder Batam, Kepri. Tittle-nya, Batam International Open Piano Competition 2017, yang akan digulirkan 21-22 Oktober 2017.

Persisnya di Swissbel Harbour Bay, Batam. “Hari ini, Kamis 11 Oktober pendaftaran sudah kami tutup, lebih dari separoh peserta adalah pianis dari mancanegara, Singapore, Malaysia, Vietnam dan China,” kata Ketua Panpel Eleonora Aprilita.

Mereka harus menghafal partitur yang panjang, sekitar 1-3 bulan. Mereka sudah menyiapkan diri untuk ke Indonesia. Dan itu akan menjadi point positif, karena mereka akan mempersiapkan diri dengan optimal.

Di Kota Batam, event kompetisi piano ini baru kali pertama. Karena itu, pesertanya pun masih saling melihat kemampuan masing-masing. Sedangkan dari Indonesia, peserta yang ikut berpartisipasi antara lain: Jakarta, Tangerang, Bandung , Medan, Pontianak, Pekanbaru, Batam, Palembang, Tanjung Pinang.

Peserta yang telah masuk adalah 85 orang, secara tidak terduga peserta yang berpartisipasi pada kompetisi ini di dominasi oleh peserta dari luar Indonesia sebanyak 52 persen.

Ini adalah kompetisi International kali pertama yang di adakan di Indonesia dan diikuti oleh peserta yang 50 persen lebih peserta nya dari luar Indonesia. “Peserta yang ikut dari luar negeri pun cukup bergengsi, karena beberapa peserta dari Singapore saat ini berasal Konservatory Musik ternama di Singapore seperti Nanyang Academy of Fine Arts dan lainnya,” lanjutnya.

Sekolah2 musik di Vietnam juga tidak ketinghalan mengirim murid murid untuk berkompetisi di Batam seperti Music school Vietnam Ted Saigon.

Singapore mendominasi peserta hal ini karena Batam tidak terlalu jauh dari Singapore hanya 45 menit dengan ferry.

Peserta dari mancanegara sudah akan datang pada hari Jumat, 20 Oktober untuk melakukan daftar Ulang. Seperti biasanya peserta tidak datang sendiri, melainkan dengan para suporternya antara lain orangtua, kakek nenek, guru atau keluarga untuk memberi dukungan.

Mereka tidak hanya datang berkompetisi di Batam, tetapi sekaligus berlibur menikmati Batam dan kulinernya. Dan untuk peserta dari Singapore mendapatkan tiket Ferry Promo (PP) kerjasama dengan Swiss Bel Hotel , sebesar 32 dolar Sin.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Nusantara Kemenpar Esthy Reko Astuty menjelaskan musik adalah cultural activities yang bersifat universal. Terlebih musik klasik, yang sudah eksis di Eropa berabad-abad silam, dan sudah menjadi gaya hidup kelas atas. “Karena itu musik bisa menjadi alat promosi yang efektif,” kata Esthy.

Musik klasik juga bisa menjadi alat komunikasi non verbal, yang mengkoneksi banyak budaya di dunia. Dengan partitur yang sama, dengan alat yang sama, dengan komposer yang sama, semua bangsa bisa merasakan sensasi yang sama. “Yang beda adalah suasananya, main di Eropa, Asia, dan Indonesia, yang membedakan adalah atmosfernya,” ungkap Esthy.

Berpiano di Indonesia, bisa sekaligus menikmati alam dan budaya yang khas. Dambil berwisata, melihat pantai, gunung, bawah laut dan kuliner Batam yang enak-enak. “Biasanya, kompetisi piano itu supporternya adalah keluarga dekat, dan kompetisi ini bisa jadi alasan untuk berlibur keluarga,” ungkap dia.

Menpar Arief Yahya selalu berasumsi bahwa wisman yang masuk ke Indonesia itu lengkap. Semua level ekonomi digarap secara simultan. Ada event untuk level tertentu, seperti Golf, yachting, diving, dan piano ini. Ada juga crossborder yang disajikan atraksi musik pop seperti Slank, Wali, di Atambua maupun di wilayah perbatasan yang lain.

“Jadi jangan disikotomi kelas atas dan bawah, semua digarap berdasarkan target market. Saya paham, revenue itu dihitung dengan ARPU, average revenue per user, itu beda-beda. Belum tentu yang spendingnya kecil itu, menghasilkan profit margin yang kecil juga, kalau jumlahnya banyak, ujungnya juga menghasilkan benefit yang besar,” ungkap Menpar Arief.

Piano itu seperti kalau di telecommunication adalah pelanggan premium, biasanya corporate. Jumlahnya kecil, tapi spendingnya besar. Beda dengan pelanggan umum, yang belanjanya kecil, tapi jumlahnya besar. “Dua-duanya digarap secara bersama-sama,” ungkap Arief Yahya.(*)

 

Update