Kamis, 25 April 2024

Istri Meninggal, Suami Sesalkan Layanan Puskesmas Sambau

Berita Terkait

Gelar Apel Antisipasi Kejadian Bencana

Ganjar Tegaskan Akan jadi Oposisi

 

ilustrasi

batampos.co.id – Warga menggeluhkan kurang tanggapnya Puskesmas Sambau dalam mediagnosis penyakit. Hal itu dialami oleh Iskandar, 50, akibat kurang tanggap itu istrinya Supiyati, 48, meninggal Sabtu (14/10) lalu.

“Istri saya itu, sudah tiga kali ke puskesmas. Tapi dikatakan tidak apa-apa oleh dokternya,” kata Iskandar saat ditemui Batam Pos, Senin (16/10).

Kornologis kejadian ini diceritakan oleh Suruhwanjaya, adik dari Supiati. Senin (9/10), kata Jaya begitulah panggilan akrab pria ini, dirinya menemani Supiati ke Puskesmas. Saat itu, Supiati lemes dan sesak nafas. Lalu Supiati diberikan obat oleh dokter yang bersangkutan.

“Selasa (10/10) kami datang lagi,” ungkap Jaya.

Tapi sakit Supiati tak kunjung juga sembuh. Ia terlihat lemas, sesak nafas dan sakit bagian perutnya. Hingga akhirnya, karena tak lagi tahan dengan penyakitnya. Supiati diantarkan oleh Jaya ke Unit Gawat Darurat Puskesmas Sambau sekitar pukul 17.00.

“Sampai disana, dikasih suntik oleh dokternya. Dan setalah mendapat suntik itu, sesak nafasnya berkurang dan terlihat membaik. Dokter mengatakan sudah boleh pulang, saya percaya saja dengan hal itu,” tutur Jaya.

Tapi saat malam harinya, penyakit Supiati kambuh. Sesak nafas, muntah, badannya terasa lemas. Dan kondisi ini berlangsung hingga pagi harinya. “Paginya saya tak mau lagi bawa ke puskemas, karena katanya baik-baik saja. Kok kakak saya seperti ini,” ujarnya.

Atas saran dari Iskandar, suami Supiati. Jaya membawa kakaknya ke klinik perusahaan tempat kakaknya bekerja. Dari klinik itu ternyata dideteksi doktenya, penyakit Supiati cukup paraha. Dan harus cepat dilarikan ke rumah sakit terdekat, di kawasan Kabil.

“Langsung dibawa ke Kabil, di sana dapat pertolongan pertama,” ungkap jaya.

Tapi kondisi Supiati terus menurun, mulutnya mengeluarkan air liur. Sabtu (16/10) sore, dokter menyatakan Supiati sudah tak ada lagi.

“Penjelasan medisnya itu, karena asam lambungnya sudah naik ke paru-paru. Dan menghambat aliran pernafasan kakak saya,” tuturnya.

Tapi dia mendengar, andaikata Supiati dibawa cepat ke rumah sakit dan ditangani. Kemungkinan cairan asam lambungnya itu bisa disedot dan tak menganggu pernafasannya.

“Tapi karena sudah terlambat, dokter tak bisa berbuat apa-apa,” katanya.

Penanganan dan diagnosis yang lambat ini, sangat disesalkan oleh Jaya. Tapi walau begitu, dirinya sudah pasrah dengan kematian kakaknya. Baik Jaya maupun Iskandar, mungkin itulah takdir dari Supiati.

Iskandar menuturkan tak hanya dirinya merasakan kurang mengenakannya pelayanan Puskesmas Sambau. Tapi tetangganya yang juga meninggal Sabtu (14/10) lalu, dibiarkan sedikit lebih lama di UGD Puskesmas Sambau. Akibat tak adanya sopir yang mengantar jenazah ke rumahnya, yang berada tak jauh dari puskesmas.

“Tapi saya kurang tau bagaimana ceritanya,” ucapnya.

Terkait hal ini, Kepala Tata Usaha Puskesmas Sambau, Hasan mengatakan bahwa Supiati ini didiagnosisi menderita gastritis atau maag. Dan membenarkan Supiati sudah datang dari Senin, dan Jumat.

“Kami sudah menangani sesuai prosedur yang ada,” ungkapnya.

Saat datang Jumat (16/10), kata Hasan pihak puskesmas sudah menangani sebaik mungkin. Pasien diberikan suntikan, dan kondisinya terlihat membaik. Dan dokter yang menangani Supiati, menganjurkan pasiesn agar tidak terlalu banyak mikir yang mengakibatkan depresi.

“Lagipula, maag termasuk dari 144 penyakit yang harus oleh faslitas kesehatan I seperti puskesmas. Dan keluarga tak meminta rujukan,” ujarnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam, Didi Kusmarjadi menyanggah terkait adanya dugaan tindakan kelalaian yang dilakukan petugas Puskesmas Nongsa, Sabtu (14/10) terhadap korban yang akhirnya meninggal dunia.

“Tidak benar kami menelantarkan pasien,” kata Didi, Senin (16/10).

Ia menceritakan saat suami pasien datang meminta pertolongan untuk menjemput pasien ke rumah, petugas langsung menelpon sopir yang memang tidak berada di tempat. Tak lama setelah itu, ambulance langsung menuju ke rumah pasien.

“Pasien sudah tiga tahun menderita store yang menyebabkan dia lumpuh, sehingga tak bisa dibawa ke puskesmas menggunakan motor, dan akhirnya kami jemput,” ujarnya.

Ambulance yang membawa pasien kembali dalam waktu 15 menit, dan petugas langsung membawa korban ke Unit Gawat Darurat (UGD) untuk diberikan perawatan.

“Setelah dilakukan pemeriksaan auskultasi dengan stetoskop denyut jantung tidak ditemukan, pemeriksaan denyut nadi tidak ditemukan, bibir pasien tampak mulai membiru,” jelasnya.

Didi menyebutkan pasien sudah meninggal sebelum tiba di puskesmas. Hal ini didukung keterangan dari anak pasien, yang menyatakan pasien sudah tidak bisa merespon.

“Jadi pasien meninggal saat masih berada di rumah, bukan karena kelalaian kami,” ungkapnya.

Dia mengungkapkan saat ini pihaknya masih terus memperbaiki pelayanan di tingkat puskesmas. “Kami sudah berusaha sebaik mungkin, kejadian ini juga menjadi pelajaran bagi kami,” tutupnya.(cr17/ska)

Update