Jumat, 29 Maret 2024

Kemajuan Sepakbola Nasional Bergantung Pelatih Usia Dini

Berita Terkait

Pelatih Nasional Indra Sjafri saat melakukan choaching Clinic di aula Unrika Batuaji, Senin (23/10). Choching Clinic dan seklaigus bedah buku milik Indra Sjafri. F. Dalil Harahap/Batam Pos

batampos.co.id – Acara Coaching Clinic dan Bedah Buku bersama Coach Indra Sjafri sukses terselenggara di Auditorium Unrika, Senin (23/10).

Event yang digagas Batam Pos bersama Penerbit Erlangga ini diikuti kurang lebih 200 peserta yang terdiri dari guru olahraga dan pelatih-pelatih Sekolah Sepak Bola (SSB) se-Kepri.

“Antusias peserta cukup bagus. Semoga para peserta bisa menerapkan ilmu yang diberikan dari pelatih Indra Sjafri,” ujar Penanggung jawab Event Organizer Batam Pos, Herman Mangundap.

Acara yang berlangsung selama tiga jam penuh yang dimulai sejak pukul 9.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB ini dipandu pengamat sepakbola asal Kepri, Chris Triwinasis sebagai moderator.

Dalam pemaparannya, Indra Sjafri menekankan pentingnya pembinaan atlet sepakbola usia dini atau grassroot untuk kemajuan persepakbolaan nasional.

Banyak pertanyaan yang ditujukan kepada pelatih timnas Indonesia U-19 ini tentang penurunan performa seorang pesepakbola nasional yang sudah menginjak usia dewasa atau senior.

“Di tingkat junior, kita bisa berprestasi. Tapi bila sudah berada di tingkat senior, prestasi kita malah menurun. Tentunya ada masalah di segi transisi pembinaan dari junior ke senior,” beber Indra Sjafri.

Salah satu penyebabnya adalah kurangnya diberikan kesempatan bermain kepada pemain-pemain muda.

“Saat ini banyak klub yang lebih memilih mendatangkan dan memainkan pemain senior atau berpengalaman, mahal dan dari luar negeri daripada menggunakan pemain muda lokal yang berpotensi,” kata Indra Sjafri.

Pelatih asal Padang ini menitikberatkan tentang filosofi grassroot atau pembinaan pemain usia dini (usia 6-12 tahun) kepada peserta Coaching Clinic dan Bedah Buku ini.

Filosofi grassroot berisi tentang semua anak usia 6-12 tahun harus diberikan kesempatan bermain. Sepakbola di usia segitu bisa dimainkan di mana saja, tidak ada diskriminasi, menarik dan tetap menjunjung tinggi fair play.

“Sepakbola tidak boleh membuat anak stress, tapi harus membuat anak senang,” sebut pelatih berlisensi A AFC ini.

Tugas pelatih usia dini disini yaitu bisa melihat bakat dan potensi anak, serta bisa dikembangkan semaksimal mungkin sehingga mampu mencetak pesepakbola handal. Selain itu pelatih harus bisa memunculkan semangat, memotivasi dan mendorong tim.

“Pelatih usia dini tidak boleh intervensi anak. Pelatih juga harus sabar,” tutur pelatih 54 tahun ini.

Untuk itu diperlukan peranan pelatih usia dini dalam membangun sebuah tim. Tim tidak harus bagus dari segi teknis tapi juga harus memikirkan sikap atau attitude sehingga tim tersebut bisa dicintai masyarakat.

Seusai menjelaskan materinya, para peserta diberikan sesi tanya jawab langsung dengan pelatih Indra Sjafri. Kemudian langsung dilanjutkan dengan coaching clinic, yakni cara menggiring bola, merebut bola dan strategi dasar dalam bermain sepakbola.

Salah satu peserta, yakni Yulisman mengaku sangat senang dengan adanya kegiatan seperti ini.

Trek record Indra Sjafri sendiri dinilainya sangat berhasil dalam mencetak pemain-pemain muda potensial.

“Dengan mengikuti acara ini, kami ingin mengukur sejauh apa level kemampuan kami dalam melatih anak-anak,” jelas pelatih SSB Bermuda ini.

Yulisman berharap seusai kegiatan ini bisa memajukan SSB-SSB di Kota Batam dan sanggup mencetak pemain sepakbola berkualitas,” tutupnya. (cr16)

 

 

Update