Kamis, 28 Maret 2024

Pada Zaman Digital, 8 Anak Muda Mau Dinikahkan Tanpa Pacaran, bahkan Belum Kenal

Berita Terkait

Empat mempelai pria saat dinikahkan oleh Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Batuaji, H Suardi di Masjid Agung Hidayatullah Batam, Batuaji. Foto: Eusebius Sara/ Batam Pos

batampos.co.id – “Para pengantin pria dan perempuan ini tak pernah bertemu langsung sebelumnya. Tak ada itu pacar-pacaran,” ujar pendiri Yayasan Hidayatullah Batam, KH Jamaludin Nur.

Adalah Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Batam yang menggelar pernikahan mubarak untuk keempat kalinya. Sabtu (28/10) pukul 08.00 WIB.

Empat pasang pengantin dinikahkan secara massal oleh Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Batuaji, H Suardi di Masjid Agung Hidayatullah Batam, Batuaji.

Keempat pasang pengantin tersebut,

  • Dedi Yulianta berpasangan dengan Jibrila Karimatul Maulida,
  • Muhammad Irfan dengan Luthfiah Hani Munaf,
  • Amirullah dengan Atina Hasanah
  • Bahrus Salam dengan Sutriani

Keempat pasangan pengantin ini merupakan alumni Pondok Pesantren Hidatayullah Batam yang mengabdikan diri di pesantren tersebut menjadi ustaz dan ustazah yang mendidik para santri di pesantren itu.

Hadir pada acara tersebut Anggota Dewan Muzakaroh Hidayatullah Pusat Ustaz Naspi Arsyad, Ketua DPW Hidayatullah Batam, Ustaz Khoirul Amri, para ustaz dan ustazah, santri, dan tamu undangan.

Tokoh pendiri Yayasan Hidayatullah Batam, KH Jamaludin Nur yang menjadi saksi pada acara sakral tersebut mengatakan, di antara tujuan kegiatan ini untuk menjalankan salah satu syariat Islam yaitu pernikahan. Dengan harapan, kelak dari pernikahan ini akan lahir kader- kader pembela Islam.

“Bahwa dengan menikah nantinya akan lahir generasi-generasi Islam yang taat yang terus membela, mengokohkan dan menyiarkan agama Allah, kiranya ini menjadi harapan kita bersama, aamiin,” ujar Jamaludin saat menyampaikan nasehat pernikahan.

Lebih lanjut, Jamaludin mengatakan, bahwa menikah merupakan sebuah jihad dan sudah melaksanakan dari separoh agama.

“Kalau sudah menikah harus bisa menjadi imam buat keluarga. Penuhilah rumahtangga itu dengan kasih sayang dan tanggungjawab, dengan demikian akan diperoleh ketenangan dan ketentraman. Allah lah yang menjadikan keluarga kalian yang menjadi keluarga sakinah, mawaddah wa rohmah taatlah kepada Allah dan bertakwalah kepadaNya,” ujar pria yang juga menjadi peserta pernikahan Mubarak 100 pasang pengantin di Gunung Tembak pada 1997 silam.

Dalam sambutannya, Jamaluddin juga sempat menceritakan tentang proses lamaran untuk keempat pengantin pria tersebut.

“Kami lah yang melamar mereka untuk keempat pengantin pria ini. Mereka baru saling bertemu saat penyerahan mahar, itu pun hanya lihat sekilas saja, cuma melirik lah. Alhamdulillah sejauh ini pernikahan seperti ini berhasil dan Insha Allah tidak ada yang gagal, saya sendiri juga menikah dengan cara dijodohkan seperti ini pada tahun 1997 lalu,” kenangnya.

Jamaluddin juga mengatakan, bahwa salah satu tujuan menikah adalah untuk memenuhi kebutuhan fitrah manusia. Dan Islam pun memudahkan urusan bagi siapa yang sudah siap dan mampu untuk menikah.

“Islam mengoreksi adat jahiliah bangsa Arab yang berlebihan dalam menetapkan mahar. Mahar yang tinggi seringkali menjadi barrier bagi pernikahan. Akibatnya, banyak perkawinan yang tak dapat dilangsungkan karena ketidaksanggupan memenuhi tuntutan mahar yang tinggi dari pihak perempuan. Hal itu jelas menyalahi kehendak agama Islam,” katanya.

“Nabi menganjurkan memberi mahar walaupun berbentuk cincin besi. Sebab, mahar bukanlah simbol nilai perempuan dalam perkawinan, tetapi simbol kewajiban suami akan memberi nafkah kepada istrinya. Untuk saling menjaga, saling menghormati, saling menyayangi dan saling mengasihi,” katanya lagi.

Sementara itu Ustaz Muhammad Ramli yang menjadi ketua panitia pernikahan mubarok mengatakan, bahwa proses lamaran dan akad nikah hanya dua minggu saja, dan keempat pasangan pengantin tersebut tidak mengenal satu sama lainnya sebelumnya.

“Jadi bagi yang sudah siap untuk menikah, maka kita pun akan memfasilitasinya dengan demikian akan menutup rapat-rapat pintu perzinaan yang dilarang keras dalam Islam. Jadi keempat pasangan pengantin itu hanya tahu pasangan mereka dari biodata dan melihat foto saja,” ujar ustaz Ramli.

Amirullah, salah seorang mempelai mengatakan bahwa ia sama sekali tidak keberatan melakukan pernikahan seperti itu, meskipun ia juga tidak memiliki bayangan tentang istrinya.

“Belum pernah kenal, saya hanya tahu bahwa calon istri saya juga alumni Hidayatullah dan hapal Alquran 30 juz. Saya percaya dengan pilihan ustaz di pesantren karena tidak mungkin kami dipilihkan orang yang salah,” ujar suami Atina Hasanah itu.(iwa)

Update