Jumat, 29 Maret 2024

Puskesmas Midai Kekurangan Ruang Inap dan Bersalin

Berita Terkait

Wakil Bupati Natuna jenguk pasien inap di puskesmas Midai, Sabtu (4/11). F. Aulia/Batam Pos.

batampos.co.id – Wakil Bupati Natuna Ngesti Yuni Suprapti menerima keluhan kondisi kurangnya sarana di puskesmas saat melakukan kunjungan kerja di Kecamatan Midai, Sabtu (4/11) kemarin. Puskesmas kekurangan ruang inap dan ruang bersalin.

Sejumlah dokter kontrak yang mengikuti program nusantara sehat dari Kementerian kesehatan mengaku, sering mengalami kewalahan ketika terjadi peningkatan pasien puskesmas. Baik pasien rawat inap maupun pasien melahirkan.

“Pasien bersalin sekarang cenderung meningkat, tapi dengan kondisi sekarang puskesmas hanya bisa melayani dua sampai tiga pasien saja. Bad nya cuma segitu, apalagi ruang rawat inap juga untuk dua sampai tiga pasien,” ungkap sejumlah dokter kepada Ngesti saat meninjau kondisi puskesmas Midai.

Puskesmas Midai merupakan bangunan yang sudah dibangun sejak lama. Belum pernah dilakukan renovasi, ruang inap dan ruang bersalin masih cukup kecil. Sementara jumlah penduduk pulau Midai terus bertambah.

Wakil Bupati Natuna Ngesti Yuni Suprapti mengatakan, selain kekurangan ruang inap dan ruang bersalin. Puskesmas ini juga mengalami kendala pasokan oksigen. Sementara oksigen sentral di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) sudah rusak. Sehingga puskesmas harus membelinya dari luar Natuna.

“Oksigen sering habis, puskesmas harus belinya di luar Natuna dan dikirim menunggu jadwal kapal,” kata Ngesti.

Ngesti yang didampingi Camat Midai dan Wakil Ketua DPRD Natuna Hadi Candra dan OPD sempat meninjau seorang pasien rawat inap dan meminta puskemas tetap memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat meski dalam keadaan serba kekurangan fasilitas dan berada jauh dari pusat Kabupaten.

Pelaksana tugas Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Natuna Abdul Gani mengatakan, dengan kondisi lahan puskesmas Midai saat ini sulit untuk dilakukan pengembangan. Karena dalam standar Kementerian kesehatan, lahan puskesmas Midai kurang dari 50 kali 70 meter persegi.

“Solusinya pemerintah dapat membangun puskesmas dilahan yang baru. Apalagi saat ini di Pulau Midai sudah dilakukan pemekaran kecamatan, sehingga di Kecamatan baru dimekarkan bisa dibangun puskesmas,” kata Gani.

Di Midai juga mengalami kendala dokter, karena saat ini hanya diisi dokter yang dikontrak selama dua tahun dari Kementerian Kesehatan dari program nusantara sehat. Calon dokter yang melamar di Dinas Kesehatan belum bersedia ditugaskan di pulau-pulau, karena insentifnya masih rendah dari insentif dari Kementerian.

“Pemerintah Daerah hanya bisa memberikan insentif sebesar Rp 6 juta sampai Rp 8 juta per bulan. Tapi isentif dari kementerian sudah diatas Rp 10 juta. Namun tahun depan pemerintah daerah akan memberdayakan dokter dari putra putri daerah yang sudah menyelesaikan pendidikannya, dan kembali ke daerah,” kata Abdul Gani.(arn)

Update