Rabu, 24 April 2024

Pertamina Batasi Pasokan ke SPBU, Warga Terpaksa Beli Pertalite

Berita Terkait

batampos.co.id – Haris memasuki Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Batubesar, Batam, Rabu (15/11). Mengendarai Yamaha Vega tahun 2008, ia langsung berhenti di samping dispenser premium di SPBU tersebut. Namun setelah cukup lama menunggu, tak ada petugas yang melayaninya.

“Jangan di sana, Pak. Premium habis,” seru seorang petugas SPBU yang berjaga di dispenser pertalite. Petugas tersebut kemudian mengarahkan Haris supaya mengisi pertalite saja.

Tak punya pilihan, Haris terpaksa menuruti saran petugas SPBU itu. Ia menggeser motornya dan ikut antrean pemotor lainnya yang ingin membeli pertilite.

“Kalau premium selalu habis ini, bukan hal yang baru, Mas,” kata Haris usai mengisi penuh tangkai motornya dengan pertilite.

Warga Nongsa ini mengaku, satu-satunya SPBU di Batubesar itu memang sering kehabisan premium. Sehingga ia dan konsumen lainnya terpaksa harus membeli pertilite. Sebab jarak SPBU Batubesar dengan SPBU lainnya cukup jauh. Sehingga jika memaksakan mencari premium di SPBU lain, mereka khawatir akan kehabisan bahan bakar di tengah jalan. Itupun belum pasti mereka akan mendapatkan premium di SPBU berikutnya.

Padahal, kata Haris, dengan bahan bakar minyak (BBM) jenis premium, ia bisa menghemat cukup banyak. Selisih harga menjadi hal penting bagi Haris yang mengaku berpenghasilan rendah.

“Kerja gak menentu. Kadang disuruh ke Tiban, kadang Batuaji. Jadi gak menetap,” ujarnya.

Haris mengatakan, dengan mengisi premium Rp 15 ribu, ia sudah bisa keliling Batam. Tapi jika membeli pertalite Rp 20 ribu, ia masih harus mengisi lagi Rp 10 ribu sebelum pulang kerja.

“Hematnya itu antara Rp 5 ribu sampai Rp 15 ribu sehari. Lumayan jugalah dengan gaji saya yang pas-pasan,” ujarnya.

Ia berharap, pemerintah melalui Pertamina tetap memasok BBM jenis premium. Sebab BBM subsidi masih sangat dibutuhkan masyarakat, khususnya masyarakat miskin.

“Hidup sudah susah. Kami berharap pemerintah tetap memberikan BBM bersubsidi,” kata Haris.

Kelangkaan premiun tidak hanya terjadi di SPBU Batubesar saja. Pantauan Batam Pos, premium juga kosong di sejumlah SPBU, seperti SPBU Simpang KDA dan SPBU samping Kapita Plaza, Batamcenter.

“Habis, Pak. Paling sore (baru datang). Itu pun tak bisa janji. Isi pertalite saja,” ujar petugas SPBU Kapita Plaza, kemarin.

Sembari mengisi pertalite ke motor wartawan koran ini, petugas SPBU itu mengatakan kondisi premium langka ini sudah berlangsung lama. Bukan SPBU tak mau menjual, tetapi pasokan dari Pertamina memang dibatasi. “Kami hanya jual saja, Pak,” ujarnya.

Sejumlah kendaraan sedang melakukan pengisiian bahan bakar di SPBU Regata, Rabu (15/11). F Cecep Mulyana/Batam Pos

Pertamina Diminta Terbuka

Kelangkaan premium di Batam saat ini juga menjadi sorotan anggota DPRD Kota Batam. Mereka meminta Pertamina transparan terkait kuota BBM untuk Batam, khususnya BBM jenis premium.

“Ketika ditanya data, jawabannya kuota (premium) tetap disediakan. Sementara di lapangan, bisa dilihat sendiri masyarakat kesulitan mendapat premium,” ungkap anggota DPRD Batam, Aman, Rabu (15/11).

Ia mengatakan, pemerintah daerah harus mampu berkordinasi dengan Pertamina untuk mengetahui jatah sesungguhnya yang diberikan kepada masyarakat Batam. Selain itu, Pertamina juga harus terbuka dalam penyaluran bahan bakar subsidi pemerintah itu kepada setiap SPBU.

“Kelangkaan premium tentu merugikan masyarakat. Terutama bagi mereka yang memang tak mampu beli bahan bakar jenis lain yang harganya jauh lebih tinggi,” tegas dia.

Aman mengakui, premium sendiri masih menjadi kebutuhan pokok masyarakat Batam. Apalagi di tengah lesunya ekonomi saat ini, Pertamina tak bisa memaksakan masyarakat beralih ke BBM jenis lain.

“Pemerintah harus mampu mengantisipasi hal ini, karena bisa jadi akan timbul persoalan lain jika pemenuhan akan BBM di tengah masyarakat tidak terpenuhi,” terang dia.

Selain itu, dinas terkait harus mampu mengawasi peredaran premium di SPBU. Jangan sampai ada pihak yang sengaja bermain, menjual premium secara eceran dengan harga yang lebih mahal. “Kalau memang terbukti harus ada sanksi tegas. Pengawasan peredaran premium juga harus dilaksanakan,” jelasnya.

Kepala Dinas Perindustrian perdagangan (Disperindag) Batam Zarefriadi mengatakan, pergerakan premium saat ini sudah tidak begitu bebas lagi. Ada kuota-kuota tertentu yang sifatnya temporer.

“Jadi ketika kosong bisa saja sudah dikeluarkan habis. Besok keluar lagi. Tapi tiap hari tetap ada kok,” kata Zaref, Rabu (15/11).

Terkait berapa kuota premium Kota Batam, Zaref mengakui tidak mengetahui jumlahnya. “Kalau kuota tanya Pertamina,” ucapnya, singkat.

Namun demikian, terkait kekosongan premium ini, ia mengaku akan secepatnya berkordinasi dengan Pertamina. “Kenapa sampai terjadi kekosongan. Nanti mereka yang mengklarifikasi,” pungkas Zaref.

Sementara ketua Komisi II DPRD Kota Batam, Edward Brando, mencurigai ada permainan di tingkat SPBU. Untuk itu ia meminta Disperindag aktif melakukan pengawasan di lapangan.

“Disperindag harus aktif, bagaimana mengatasi dugaan permainan di SPBU,” kata Edward Brando saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Disperindag Kota Batam, Rabu (15/11).

Selain masalah kelangkaan premium, ia juga meminta agar kadar oktan pada BBM yang dijual di SPBU. “Saya hobi balap, jadi kadar oktan itu sangat penting dan mempengaruhi mesin-mesin kendaraan tertentu. Ini harus benar-benar diawasi,” katanya.

Hal yang sama diungkapkan anggota Komisi II DPRD Kota Batam Mulia Rindo Purba. Menurut dia pemerintah dan Pertamina harus mampu memenuhi kebutuhan premium di masyarakat, khususnya di Batam.

“Jadi Pertamina jangan diam saja. Harus benar-benar dilakukan pengawasan. Dan menurut saya kemungkinan permainan di tingkat SPBU sangat besar. Makanya Pemda dan Pertamina harus melakukan pengawasan,” katanya.

Menurutnya uji oktan harus sering dilakukan di setiap SPBU dan harusnya diumumkan kepada masyarakat. Ini untuk memberikan kenyamanan bagi masyarakat.

Dari pihak SPBU Tanjunguncang, Batuaji memasang plang bertulisan BBM Premium dalam pengiriman, Rabu (15/11). Premium di SPBU ini sering kosong. Warga selalu kesulitan mencari premium. F. Dalil Harahap/Batam Pos

Premium mulai Ditinggalkan

Area Manager Communication and Relations Pertamina MOR 1 Sumbagut, Rudi Ariffianto, mengakui saat ini distribusi premium memang diatur dan dibatasi. Sebab saat ini premium bukan lagi BBM yang disubsidi pemerintah. Sehingga tidak ada lagi penetapan kuota premium.

“Yang masih bersubsidi itu solar dan minyak tanah. Premium dan lainnya tidak bersubsidi. Jadi pengiriman berdasarkan penugasan khusus,” kata Rudi, Rabu (15/11).

Namun Rudi membantah, kelangkaan premium yang terjadi saat ini karena Pertamina mengurangi pasokan ke tingkat SPBU. Menurut dia, kekurangan yang terjadi di lapangan dikarenakan penyaluran premium tidak lagi berdasarkan kuota.

“Kalau pun ada kosong, paling itu satu dua SPBU, mungkin karena keterlambatan pengiriman,” terang Rudi.

Di sisi lain, ia mengakui terjadinya peningkatan tren pada pengguna BBM jenis pertalite dan pertamax. Bahkan, angka pengguna pertalite hingga pertamax di Batam sudah berada di 48 persen. Sedangkan untuk premium masih 52 persen.

“Konsumsi masyarakat berkurang untuk premium, mereka cenderung beralih ke pertalite,” imbuh Rudi.

Menurutnya, tren peralihan pertalite ke premium diduga karena masyarakat sadar jika kualitas dua BBM ini jauh berbeda. Selain dapat mengurangi emisi, pertalite juga diyakini lebih irit, meski harga berbeda dengan premium.

“Situasi ini juga dimanfaatkan oleh SPBU karena permintaan pertalite meningkat. Meningkatnya permintaan membuat SPBU menyetok pertalite di tangki timbun,” jelas Rudi.

Bahkan, ia mengakui permintaan untuk premium cenderung menurun karena meningkatnya pengguna pertalite. Namun, ia menampik informasi banyak SPBU di Batam yang selalu kekosongan premium.

“Kalau banyak itu saya belum tahu, soalnya pengiriman rutin. Nanti saya cek lagi kebenaraan informasi itu,” ujarnya. (ska/rng/she/ian)

 

Update