Selasa, 23 April 2024

Bekas Galian Tambang Jadi Kubangan

Berita Terkait

Lokasi pertambangan timah yang sebelumnya dikeruk hasilnya, telah menjelma menjadi kubangan. Foto diambil Senin (27/11). F. Slamet/Batam Pos.

batampos.co.idDesas desus aktivitas pertambangan pasir timah di kampung sekuning
Desa Sri Bintan Kecamatan Teluk Sebong kembali beroperasi usai disetop warga, akhirnya terbantahkan. Tidak ada lagi aktivitas tambang timah, melainkan kubangan eks pertambangan timah yang sudah dikeruk menjelma menjadi kolam-kolam ikan.

Siang itu, Batam Pos bersama beberapa warga yang dipimpin Kepala Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Sri Bintan, Miswanto mencoba menjawab keresahan masyarakat akan desas desus aktivitas pertambangan timah di kampung mereka kembali
beroperasi namun secara diam-diam. Bahkan, sejumlah warga sempat berasumsi apabila aktivitas pertambangan dilakukan malam hari.

Usai azan zuhur berkumandang, sejumlah warga telah berkumpul di salah satu rumah seorang penduduk tidak jauh dari lokasi pertambangan timah. Mereka sudah menyiapkan sepatu boat untuk menyusuri hutan sebelum sampai ke lokasi pertambangan. Setelah salat zuhur, warga langsung memanaskan mesin sepeda motor.

“Warga hanya ingin kami memastikan, apakah benar benar sudah tutup atau masih beroperasi. Soalnya kemarin sekitar jam 9 malam warga masih mendengar suara mesin. kalau angin mengarah ke sini, suaranya terdengar sangat jelas,” kata purwadi,
seorang warga.

Kecurigaan warga kuat, karena sore hari sering terlihat mobil yang mondar mandir lokasi tambang timah tersebut. “Ada beberapa kali mobil keluar masuk lokasi tambang, mungkin mengangkut hasil timah atau apakah mungkin masih beroperasi,” timpal warga lainnya.

Tak lama, sejumlah warga menaiki sepeda motor menuju jalan setapak yang menjadi salah satu akses masuk ke lokasi pertambangan timah. Lokasi jalan ini tidak jauh dari objek wisata kolam pancing poyotomo. Jika masuk dari jalan lama, lokasi jalan setapak ini setelah poyotomo, namun jika dari lintas barat, maka masuk sampai ke arah tugu durian
lalu belok ke kanan ke arah kota kara. Dari kota kara, tidak jauh dari tikungan kebun nenas, di sana lokasi jalannya.

Sebelum masuk ke lokasi, kepala bpd membagi menjadi dua tim. Satu tim yang dipimpin langsung oleh kepala bpd bersama masyarakat, sedangkan tim lainnya dipimpin warga sebagai penunjuk arah wartawan koran ini. Awalnya, jalan setapak menuju lokasi pertambangan timah masih bisa dilalui sepeda motor meski berlumpur dan becek.

Setelah 200 meter dari jalan aspal, motor tidak lagi bisa dinaiki, karena terhalang saluran air selebar kurang lebih 50 meter. “Motor parkirkan saja di sini, karena tidak bisa lewat, dari sini kita akan jalan kaki sekitar 2 kilometer,” kata Purwadi.

Batang kayu berukuran tiga jengkal tangan ukuran orang dewasa digunakan untuk menyusuri saluran air itu. Setelah melewati saluran air, terdapat sebuah rumah tua dan kosong karena tidak dihuni pemiliknya. “Rumah punya warga Tionghoa, orangnya tinggalnya di Tanjunguban,” kata purwadi.

Jalan setapak menuju lokasi pertambangan timah banyak terlihat jejak roda mobil maupun sepeda motor. Sekitar 500 meter berjalan, terdengar suara mesin beroperasi. “Itu suara mesin, mereka pasti sedang beroperasi,” katanya.

Selang sejam, tim yang dipimpin kepala badan permusyawaratan desa tiba di lokasi. Tim kedua masih bersembunyi untuk mengambil foto. Tim kembali bergabung setelah menemui perwakilan perusahaan yang berjaga di lokasi tambang timah. Di sebuah gubuk, tiga orang pekerja menerima perwakilan warga.

“Sudah hampir sebulan tidak ada operasi, lihat saja sendiri sudah menjadi kolam begitu,” kata seorang pekerja. Ia mengatakan, pas hujan deras, banyak ikan dari sungai dan dari mana mana yang masuk ke dalam kolam tersebut. “Banyak ikan gabus dan lele,” sebut pekerja, warga sungai kecil ini.

Mengenai mesin yang terkadang dioperasikan, ia menjelaskan, mesin itu sesekali hidup untuk pekerja mengecas handphone dan keperluan lain. Pantauan di lapangan, kubangan sedalam enam meter dengan lebar sekitar 16 meter dan panjang 35 meter itu penuh dengan air. Timah yang berada di dasarnya sudah tenggelam air. Sementara itu, alat berat sudah tidak ada di lokasi penambangan, yang terlihat hanya mesin.

Sementara itu, Kepala BPD Sri Bintan Miswanto didampingi Purwadi mengatakan, kedatangan warga yang kedua kali ke lokasi ini untuk memastikan apakah benar kegiatan pertambangan sudah ditutup atau masih beroperasi. “Masyarakat hanya mempertanyakan dan meminta kami memastikan. Makanya kami datang ke sini dan kenyataannya memang sudah tidak beroperasi, kubangan yang tadinya dikeruk sudah menjadi kolam
ikan,” katanya.

Miswanto mengatakan, kegiatan pertambangan timah di kampung Sekuning memang sempat beroperasi selama lebih kurang 3 bulan, lalu pada 3 november lalu disetop warga karena izinnya belum jelas. “Waktu itu perusahaan yang menyebut ada izin eksplorasi, sedangkan ini bukan lagi izin eksplorasi, akan tapi sudah tambang,” katanya.

Setelah mendapat kepastian dengan melihat langsung bahwa kegiatan pertambangan tidak beroperasi, akhirnya warga balik badan dan kembali ke jalan raya. “Menurut saya mereka akan tetap menambang tapi menunggu izinnya keluar. Tapi apapun tambang yang mau beroperasi di lokasi desa, sebaiknya perizinan harus jelas, terlebih wilayah ini bukan
wilayah pertambangan melainkan wilayah hutan produksi terbatas, untuk
pemukiman dan pertanian,” harapnya. (cr21)

Update