Jumat, 19 April 2024

Standarisasi dan Kwalitas, Instrumen Deregulasi

Berita Terkait

Perusahaan dan suatu lembaga tertentu memiliki tujuan antara lain adalah menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan, dengan dimilikinya keunggulan kompetitif di mata pelanggan dan pemangku kepentingan lainnya maka dapat memberikan nilai tambah bagi institusi tersebut untuk dapat memiliki nilai standar dai kwalitas yang di harapkan. Sangat setuju bahwasanya standarisasi sebagai perangkat strategis untuk mencapai tujuan yang akan dilakukan oleh setiap perusahaan ataupun institusi lainnya.

Standarisasi Sebagai Sebuah Alat Untuk Menciptakan dan Mempertahankan Keunggulan Kompetitif

Dalam persaingan industri yang semakin kompetitif perusahaan harus menentukan orientasi strategi kompetitif yang akan dijalankan. Porter. (1985) menyatakan terdapat 3 (tiga) strategi generik yang dapat dipilih oleh perusahaan, yaitu: berbiaya rendah, diferensiasi dan fokus. Terkait dengan strategi yang diajukan Porter tersebut, dalam rangka menjadi pemimpin sekto rindustri dalam perekonomian global, studi yang dilakukan oleh (Szymanski, et al., 1993) meneliti mengenai perdebatan apakah suatu perusahaan nasional yang ingin memasuki pasar global harus melakukan penyesuaian satu per satu (multidomestic approach) kepada negara yang sasarannya melalui proses bauran pemasaran internasional atau, melakukan standardisasi atas produk?

Standardisasi menjadi salah satu langkah untuk mengadaptasi pada selera konsumen secara global. Standardisasi inilah yang saat ini di titik beratkan oleh pemeritah Jerman terhadap perusahaan-perusahaan domestiknya, agar menjadi pemimpin dalam industry pada tatanan global. Dalam perekonomian global bentuk hubungan perdagangan bukan lagi dalam bentuk hubungan bilateral ataupun tripartit. Sehingga sasaran konsumen bukan lagi hanya satu atau dua negara, namun konsumen secara global.Melayani pasar multi-nasional karena dapat meningkatkan pangsa pasar dan penjualan.Standardisasi akan menciptakan keseragaman yang konsisten di setiap pasar sasaran, pemangkasan ongkos produksi dengan memusatkan produksi di satu tempat.

Strategi standardisasi (standardized approach) lebih cocok dari pada penyesuaian satu-persatu (multidomestic approach) untuk menjadi pemimpin dalam industri (Szymanski, et al., 1993). Pendekatan penyesuaian satu persatu dengan yang mengaplikasikan konsep bauran pemasaran (individual marketing mix) untuk masuk kenegara tertentu akan menguras lebih banyak pemakaian sumber daya sehingga produk menjadi tidak kompetitif dalam pasar global. Sementara dengan melakukan standarisasi akan menghasilkan biaya yang lebih rendah (Porter, 1981).

Istilah “buatan Jerman” seringkali dijadikan perumpamaan untuk merujuk pada kualitas yang tinggi dan konsisten dan sudah terbukti. Dengan adanya globalisasi & sistem perdagangan bebas di mana produk-produk asing begitu gampang masuk ke suatu negara, tentulah tidak mudah bagi Jerman untuk tetap mempertahankan kualitas produknya, tapi dengan harga jual yang harus menyesuaikan pasar. Biaya produksi yang makin tinggi membuat perusahaan-perusahaan Jerman mengalihkan proses produksinya ke negara-negara yang masih rendah (mis: Vietnam, Thailand, Indonesia). Namun demikian Jerman berkomitmen bahwa meskipun tidak diproduksi di Negara Jerman, namun kualitas tetap setara dengan produk yang dibuat di Jerman. Standarisasi dilakukan termasuk pada barang import yang masuk ke Jerman yang harus sudah melewati control & uji coba yang cukup ketat.

Standarisasi Sebagai Instrument Strategis Untuk Mencapai Kemajuan Masyarakat dan Ekonomi

Jerman meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui beragam standarisasi yang dihasilkannya. Strategi ini didasarkan pada asumsi bahwa prosedur teknologi yang dibakukan (codified) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi (Blind &Jungmittag, 2008). Anggapan ini telah diuji kebenarannya dengan menguji pertumbuhan ekonomi 12 sektor industri di 4 (empat) negara di Eropa dengan menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas.

Hasil empiris membuktikan bahwa jumlah paten dan jumlah standar teknologi yang dimiliki berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di ke 4 negara. Standardisasi dibutuhkan sebagai pendukung pertumbuhan industri yang intensif pengembangan litbang-nya lebih rendah dan paten menjadi pendukun dalam industri yang lebih intensif dalam litbang-nya. Standar tekniss angat penting untuk mempercepat dan meng-efisienkan difusi teknologi baru (Swan, 2000), yang akan merangsang pada berkembangnya pengetahuan, dimana pengetahuan sebagai faktor penentu pertumbuhan dalam model pertumbuhan endogen.

Kebutuhan akan pemenuhan kualitas standar minimum menjadi semakin berkembang karena dengan terpenuhinya standar akan mengurangi biaya transaksi terutama pada pasar yang telah kompleks da nbersiko. Standarisasi juga akan mendorong pada kegiatan inovatif dalam hal penyediaan produk dan jasa yang berkualitas tinggi (Blind& Jungmittag2008). Standarisasi berkontribusi pada bertambahnya pangsa pasar dan meningkatnya kualitas segmen pelanggan yang dilayani pada saat ini.
Menurut Blind & Jungmittag (2008).terdapat 3 (tiga) tingkatan standardisasi dan masing-masing tingkat dapat berdampak positif maupun negarif pada pertumbuhan ekonomi. Rinciannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Dalam menetapkan standarisasi Jerman memiliki lembaga yang disebut dengan DIN (DeutschesInstitutfĂĽrNormung) atau dikenal dengan nama German Institute for Standardization. Di dalam DIN sendiri saat ini telah terdaftar sebanyak lebih dari 30.000 standardisasi yang meliputi hampir setiap bidang teknologi (http://www.din.de/en)

Standarisasi Sebagai Instrument Dalam Melakukan Deregulasi

Deregulasi dilakukan untuk menata agar proses produksi berjalan tanpa menimbulkan eksternalitas negative bagi keselamatan konsumen, karyawan dan lingkungan (Blind &Jungmittag2008). Deregulasi diartikan sebagai kegiatan atau proses menghapuskan pembatasan dan peraturan. Sebelum adanya standarisasi, masing-masing perusahaan memiliki standar sendiri-sendiri sehingga produk yang dilempar kepasar rmenjadi bermacam-macam tingkat kualitasnya.

Belum adanya keseragaman mengenai terminologi di ranah standarisasi sehingga benchmarking untuk suatu standarisasi dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu :

  1. Standarisasi publik, yang dikelola oleh organisasi di tingkat nasional (misalnya DIN di Jerman),
  2. Standarisasi atas dasar aktivitas sector ekonomi yang didukung negara (misalnya ANSI di Amerika)
  3. Standarisasi industri. Dalam sebuah standar industry patokan dapat dibuat atas dasar standar dari konsorsium dan standar perusahaan.

Standar konsorsium adalah beberapa perusahaan duduk bersama untuk merumuskan kesepakatan bersama. Standar dari konsorsium ini pada akhirnya akan membuat perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam kesepakatan konsorsium tersebut untuk melakukan dereguasi atas standar yang sebelumnya digunakan.
Indonesia adalah Negara yang terus menerapkan standarisasi dengan selalu menempatkan setiap produk unggulan dengan menampilkan label SNI ( Standarisasi Nasional Indonesia) hal ini dapat membantu deregulasi yang diharapkan oleh pemerintah untuk dapat meningkatkan perekonomian secara baik. Namun hal ini juga harus didukung oleh setiap sektor untuk dapat membantu pemerintah khususnya Badan Standarisasi Nasional, dalam meningkatkan mutu dan kwalitas dari standarisasi tersebut, diantaranya setiap produksi harus benar –benar melakukan kwalitas sesuai dengan prosedur yang ditentukan, selain itu setiap sektor dapat mematuhi aturan yang diterapkan oleh pemerintah. Sehingga ukuran dari setiap standarisasi dan kwalitas dapat terlaksana untuk mengembangkan perekonomian di Indonesia.

Mengapa standarisasi sangat dibutuhkan..?

Pertanyaan ini sangat diperlukan untuk setiap lini produksi dan institusi dinegara manapun. Hubungan yang sangat erat jika setiap Negara mampu menerapkan standarisasi dengan baik , misalnya Jerman dengan DIN, Amerika dengan ANSI , Indonesia dengan SNI, serta diikuti dengan baik oleh setiap Negara, maka kwalitas produksi dapat terukur , perekonomian dapat berjalan dengan baik , harga akan semakin baik dari setiap faktor produksi yang dihasilkan.

Tinjauan ini memberikan dampak positif bagi perkembangan ekonomi dunia sehingga mampu mengatasi setiap langkah produksi untuk dapat dihargai dan dapat menjadi tolak ukur dan juga kemampuan yang baik bagi setiap insitusi Negara untuk dapat bersaing di pasar global. Kebutuhan akan standarisasi harus dapat segera diterapkan, karena ini dapat berdampak akan semakin lamanya perusahaan dan institusi tersebut bertahan sehingga mampu terus untuk dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi semua orang dan juga mampu membawa suatu Negara menjadi berkwalitas karena sudah memiliki standarisasidari setiap lini khususnya bidang ekonomi yang dapat membangun suatu Negara menjadi lebih baik lagi.

 


Oleh : Golan Hasan
Mahasiswa Doktoral, Manajeman Strategik Universitas Trisakti Jakarta

Update