Rabu, 24 April 2024

Krisis Obat masih Melanda RSUD Batam, Direktur: Sudahlah Jangan Terlalu Banyak Tanya

Berita Terkait

ilustrasi

batampos.co.id – Krisis obat-obatan yang terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Embung Fatimah Batam di Batuaji masih berlangsung sampai, Selasa (23/1/2018) siang. Keluhan kekecewaan pasien terus berdatangan sampai siang, kemarin. Manajemen RSUD belum bisa berbuat banyak sebab bantuan obat dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepri belum mencakupi semua kebutuhan pasien yang berobat ke sana.

Suasana rumah sakit bertipe B itu kemarin, masih seperti hari-hari sebelumnya. Masih banyak resep obat pasien yang ditolak di apotek rumah sakit tersebut. Pasien BPJS masih diharuskan membeli obat di luar rumah sakit, meskipun tidak semuanya.

Risna misalkan, pasien rawat jalan yang menjalani pengobatan gangguan pernapasan, harus membeli salah satu jenis obat di luar. Itu karena apotek di rumah sakit itu belum semuanya memiliki obat yang dibutuhkan Risna.

“Ada empat jenis obat, hanya tiga yang ada. Satu jenis saya harus beli di luar,” ujar Risna.

Direktur RSUD Embung Fatimah Batam Ani Dewiyana saat dikonfirmasi enggan berkomentar banyak. Melalui via telepon Ani hanya menegaskan bahwa kekosongan obat-obatan tersebut mulai diatasi secara bertahap.

Drg Ani Dewiyana

Sudahlah jangan terlalu banyak tanya. Sudah mulai kami atasi persoalan ini,” ujar Ani.

Disinggung terkait bantuan obat dari Pemprov Kepri Ani mengaku, sudah mulai didatangkan secara bertahap. Namun demikian Ani belum bisa pastikan apakah obat bantuan tersebut bisa mengcover semua kekosongan obat yang terjadi selama ini atau tidak.

“Sudah ada, paket (obat) untuk pasien BPJS,” kata Ani.

Apakah obat bantuan Pemprov tersebut mencakupi semua kebutuhan obat pasien BPJS di RSUD, Ani kembali menolak untuk berkomentar.

“Jangan sampai ke sanalah. Yang pasti sudah mulai diatasi,” tuturnya lagi.

Disinggung terkait dari tahun berapa rincian hutang RSUD ke vendor-vendor penyuplai obat-obatan sebelumnya yang mencapai Rp 7,6 miliar, lagi-lagi Ani enggan berkomentar.

“Aduh macam mau investigasi ini. Tak usahlah (rincian) yang itu. Saya lagi sibuk ini,” kata Ani lagi.

Sebelumnya saat rapat dengar pendapat dengan komisi IV DPRD Batam, Jumat (19/1) lalu, Ani menyebutkan krisis obat yang terjadi di RSUD selama ini dikarenakan vendor-vendor penyuplai obat sebelumnya sudah menghentikan suplai obat-obatan mereka ke RSUD. Itu terjadi karena RSUD masih hutang sekitar Rp 7,6 miliar ke vendor-vendor tersebut.

Untuk mengatasi krisis obat-obatan itu, pihaknya kata Ani memiliki solusi jangka pendek yakni meminta bantuan ke vendor-vendor lain yang ada di Tanjungpinang. Selain itu Wali Kota Batam Muhammad Rudi juga telah memintah bantuan ke Pemprov Kepri untuk sama-sama mengatasi persoalan itu.

Petugas Mulai Depresi

Peliknya persoalan yang dihadapi manajemen RSUD sebenarnya sudah lama berlangsung. Tidak saja persoalan obat-obatan tapi juga peralatan medis hingga administrasi keuangan ikut bermasalah.

Penghujung tahun 2017 lalu, puluhan sekuriti di rumah sakit tersebut melakukan aksi protes sebab gaji mereka tunggak selama empat bulan. Begitu juga, pada Agustus 2017 lalu, dokter yang praktek di rumah sakit berpelat merah itu juga melakukan aksi mogok praktek sebab insentif jasa medik mereka tak dibayar oleh manajemen. Persoalan itu cukup rumit sebab tunggakan uang jasa medik tersebut mencapai Rp 2 miliar. Dalam proses penyelesaian,diketahui tunggakan terjadi karena manajemen di rumah sakit tersebut kurang baik sehingga tagihan ke BPJS tak bisa diklaim. RSUD kehabisan anggaran sehingga tak bisa membayar uang jasa medik petugas medis saat itu.

Selain itu pada awal Desember lalu, hal yang mengejutkan ditemui oleh rombongan Komisi IV DPRD Kota Batam saat melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sana. Dalam sidak tersebut rombongan anggota Dewan itu menemui banyak persoalan seperti kekosongan stok obat pasien BPJS sampai pada peralatan medis yang bermasalah karena masa kalibrasi telah berakhir.

Deretan-deretan persoalan itu diduga pemicu terjadinya krisis obat-obatan yang terjadi beberapa pekan terakhir ini.

Sejumlah petugas medis saat dimintai tanggapan mengaku cukup sulit menjelaskan ribetnya persoalan yang ada di rumah sakit bertipe B itu. Meskipun menjalani rutinitas seperti biasa namun masing-masing petugas di sana mengaku memikul beban yang cukup berat untuk mengurai persoalan itu.

“Kalau ditanya persoalan susah mau jelasin. Intinya makin kurus kami di sini karena persoalan-persoalan itu. Stres kami dibuat,” ujar seorang petugas medis di bagian adminitrasi dengan nada canda, kemarin. (eja)

Update