Kamis, 28 Maret 2024

Intensifkan Peran Posyandu

Berita Terkait

Kader Posyandu Bunga Barelang RW 18 Tanjunguncang, Batuaji, mengukur tinggi anak yang datang ke posyandu. Di Kota Batam sampai Oktober 2017, tercatat ada 478 posyandu yang tersebar di seluruh Kecamatan di Batam. Pemerintah Kota Batam melalui Dinas Kesehatan mendorong masyarakat, terutama yang memiliki bayi umur dibawah lima tahun (balita) untuk rutin datang dan memeriksakan bayinya ke posyandu.
F. Dalil Harahap/Batam Pos

batampos.co.id – Asupan makanan yang salah jadi pemicu beberapa kasus gizi pada bayi di Batam. Untuk itu, Wakil Wali Kota Amsakar Achmad meminta Kepala Dinas Kesehatan Batam Didi Kusmarjadi agar meyampaikan pada kader posyandu se Batam agar intens mensosialisasikan ke masyakarat terkait tata cara atau pola makan untuk balita.

“Kader posyandu punya pemahaman yang lengkap terkait ini. Mereka adalah perpajangan tangan kita ke masyarakat hingga tingkat RT RW,” kat Amsakar, kemarin.

Menurutnya, sejatinya hal ini telah lama dilakukan kader posyandu. Namun sosialisasi ia nilai tak ada salahnya untuk ditingkatkan lagi. Terkait hal ini, Kepala Dinkes Batam Didi Kusmarjadi mengatakan, pihaknya siap untuk melaksanakan arahan tersebut, ia mengatakan kegiatan rutin posyandu kerap dilakukan di masyarakat.

“Kader (posyandu) tetap turun, ada waktu timbangan dan kami juga ada Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Banyak,” ucap Didi.

Untuk diketahui, beberapa kasus gizi buruk di Batam disinyalir karena asupan makanan yang salah. Sebut saja, kasus yang menimpa Mohammad Amir Maulana, 6 bulan, anak keempat dari empat bersaudara dari Rupi,ah, 38, dan Sutrisno, warga Perumahan Fortuna Raya Blok JJ Nomor 26 pada Agustus 2017 lalu. PAda usia empat bulan Maulana diberi nasi yang diulek, alhasil Maulana mengalami susah buang air besar. Saat itu sang ibu Rupi,ah mengaku memberikan bubur dan nasi ulek tersebut selain alasan agar tubuh anaknya normal juga karena produksi asinya kurang lancar.

Kasus lain yakni yang terbaru ini. Vania Atta Kafari, 9 bulan, anak pasangan Doni dan Siti yang diberi Susu Kental Manis mulai pada umur tiga bulan. “Mau beli susu formula saya tidak punya uang. Terpaksa susu kental manis saya kasih,” kata sang ayah Doni yang sehari-hari bekerja sebagai pemanjat dan penjual kelapa ini.

Persoalana ketidakmampuan secara ekonomi menjadi alasan warga terpakasa memeberikan asupan yang salah.

Wakil Wali Kota Batam Amsakar Achmad mengaku ketimpangan sosial masih ada di Batam. Hal ini yang ia klaim sedang dicariakn solusinya oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Berbagai macam program digeliatkan seperti kartu Indonesia Sehat, Bedah Rumah, beasiswa pendidikan.

“Fakta disparitas itu yang berkecukupan dan yang kurang itu ada. Dari 1,3 juta penduduk 37 ribuan ada warga yang miskin, ini yang kami mau tekan hingga 22 ribuan saja, dan selanjutnya sampai 0, kalau bisa,” katanya. (adi)

Update