Selasa, 19 Maret 2024

Diskotek Pacific, Batam, Tutup, Sebabnya….

Berita Terkait

ilustrasi

batampos.co.id – Diskotek terbesar di Batam, ditutup. Diskotek yang mampu menampung pengunjung 3.000 hingga 4.000 orang itu, resmi ditutup sejak 18 Februari lalu. Alasan ditutupnya diskotek itu karena pengunjungnya sepi.

Diskotek Pacifik mulai beroperasi sejak tahun 2003 atau sekitar 15 tahun yang lalu. Diskotek yang lebih dulu hadir dibanding hotel Pacific Palace, satu-satunya hotel berbentuk kapal pesiar di Batam.

Selain menjadi diskotek terbesar di Batam, Diskotek Pacifik juga merupakan tempat hiburan malam teratas dalam dunia hiburan malam. Selain para clubber, Diskotek Pacific dikenal oleh tamu-tamu dari berbagai kota yang datang ke Batam.

General Manager Pacific Charlie mengatakan, pihaknya keberatan dengan adanya anggapan Diskotek Pacific sarang narkoba.

“Belum tentu tempat hiburan malam menjual narkoba. Dengan ditutupnya Diskotek Pacific, kalau masih ada yang bilang tempat kami sarang narkoba, akan kami tuntut secara hukum,” ujar Charlie.

Karena dituding sebagai sarang narkoba, kata Charlie, aparat sering sekali mengadakan razia. Akibatnya, pengunjung dan tamu merasa terganggu dan tidak nyaman.

“Tamu yang mencari hiburan terganggu. Akibatnya, diskotek makin sepi. Padahal, di luar tempat hiburan masih banyak penyalahgunaan narkoba,” katanya.

Diskotek Pacific yang bisa menampung 3.000 hingga 4.000 pengunjung itu, makin lama makin sepi sehingga tidak bisa menutupi biaya operasional. Selain itu, merosotnya perekonomian Batam juga berpengaruh terhadap bisnis dunia hiburan malam. Selama ini, selain menjadi pilihan penikmat dunia hiburan malam, Diskotek Pacific juga kerap menampilkan artis-artis papan atas dari ibukota.

Meski diskotek ditutup, operasional Hotel Pacific Palace tetap berjalan normal seperti biasa. Hotel berbintang empat dengan arsitektur seperti kapal pesiar seluas 11 hektare memiliki 180 kamar dengan 61 kamar superior, 57 kamar deluxe, 44 kamar eksekutif, 17 suite dan 1 presidensial suite. Interiornya didesain ala mitologi Yunani.

Diskotek pertama di Indonesia adalah Tanamur yang berdiri tahun 1970-an, di Jakarta seiring dengan maraknya demam disko. Musik dari piringan hitam, dimainkan oleh Disc Jockey (DJ) beraliran tekno dan belakangan house music. Perkembangan kota metropolitan dan dibukanya keran investasi sehingga tempat hiburan malam juga menjamur. Diskotek kemudian berkembang di berbagai kota, termasuk Batam.(mta)

Update