Selasa, 19 Maret 2024

Festival Pulau Penyengat Gaet 10 Ribu Pelancong

Berita Terkait

batampos.co.id – Hajatan Festival Pulau Penyengat (FPP) sudah berakhir sejak akhir pekan lalu. Kendati begitu, keriuhannya masih tersisa sampai hari ini. Yang paling menyenangkan dari festival yang sudah kali ketiga digelar ini adalah keberhasilannya menggaet kedatangan wisatawan ke Penyengat.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tanjungpinang, Reni Yusneli menyatakan sederet kegiatan perlombaan dan permainan rakyat pada 14-18 Februari lalu berhasil menggaet pelancong untuk datang dan datang lagi ke Penyengat. “Kami menaksir ada sekitar 10 ribu wisatawan datang ke Penyengat selama gelaran FPP,” sebut Reni, Selasa (20/2).

Hal ini tentu menggembirakan. Karena bagi Reni, kunjungan wisatawan bukan sekadar statistik semata. Melainkan ada dampak ekonomis yang dirasakan masyarakat setempat lewat gelaran FPP kemarin. Dan hal ini yang membuat semangatnya ke depan dalam menyelenggarakan FPP lebih tinggi.

“Kami tentu ingin tampil beda setiap tahun. Lebih besar, lebih baik, dan lebih istimewa. Kami juga akan menggandeng banyak pihak untuk tahun depan,” ujar Reni.

Sementara itu, bagi Penjabat Wali Kota Tanjungpinang, Raja Ariza, gelaran FPP 2018 merupakan pembuktian bahwasanya festival yang dikemas dalam semangat kepariwisataan menjadi daya tarik bagi kedatangan wisatawan.

Ariza berharap, FPP bisa terus ada dan menjadi agenda wajib tahunan Pemko Tanjungpinang. Selain itu, sambung dia, agar tidak menimbulkan kebosanan, juga perlu dipikirkan format baru dan berbeda dalam penyelenggaraan FPP ke depannya.

“Dengan begitu, turis selalu semangat datang ke sini. Kemas festival ini dengan format baru, tanpa meninggalkan ciri khas budaya Melayu, tampilkan seni dan budaya, serta khazanah yang ada di Pulau Penyengat Tanjungpinang, sehingga FPP lebih dikenal di kancah Nasional dan Internasional,” ujar Ariza.

Bagi Ariza, FPP adalah kegiatan kepariwisataan yang spesial. Sebab festival ini, kata dia, dapat mempersatukan serumpun Melayu di Asia Tenggara di pulau Penyengat yang memang punya pertalian sejarah panjang dengan rumpun Melayu sejak berabad-abad lalu.

“Memang ini cuma sebuah pulau kecil, tetapi pulau kecil ini adalah sebuah simbol kejayaan kita pada masa lalu. Tentu, kita tidak ingin khazanah sejarah hilang begitu saja, oleh karena itu, kita harus komitmen menjaga bersama ikatan serumpun Melayu antara Indonesia, Singapura, dan Malaysia,” pungkas Ariza. (aya)

Update